Suasana dirumah yang biasanya penuh dengan keharmonisan itu, mendadak berubah drastis.
Aura gelap dan mencekam mulai meliputi sisi-sisi gadis itu.
Sebuah kalimat yang sangat tak ingin didengarnya saat ini, malah akhirnya terlontarkan juga dari sang ibu.
"kenapa kau pergi dari rumah, hyun?" helaan nafas berat mulai terdengar dari bibir gadis itu.
Dengan bersusah payah, cairan liquid dari mata indahnya itu, ia tahan.
Berusaha agar tidak menyeluruh dan menyentuh pipinya. sang ibu akan khawatir jika melihat air matanya turun dengan bebas.
Inginnya, mengatakan hal lain yang berbeda jauh dari alasannya, namun bibir merah itu tidak ingin mengatakan kebohongan yang akan membuat keluarganya kecewa.
Alhasil, bibirnya itu hanya bergeming dalam diam.
"hyun." kali ini sang kakak yang memanggil, membuat gadis itu mendongak.
Dan,
air mata yang dari tadi berusaha ditahan olehnya, akhirnya turun dengan mudah.
Bibir yang dari tadi hanya tertutup rapat, mulai menampakkan lidah merah dan gigi putihnya.
"aku bukan bermarga park kan?" gadis itu menatap orang tuanya dengan mata berairnya.
Kilauan sendu itu membuat hati orang-orang disekitarnya terasa sakit.
Kedua kakak dan adiknya terlihat bingung dan cemas dengan keadaan so hyun.
"apa maksudmu, sayang?" senyuman hangat yang biasanya ditunjukkan oleh ibunya, berbeda dengan senyuman yang sekarang ditunjukkan olehnya. padahal mereka orang yang sama, namun untuk waktu yang berbeda, senyuman itu juga berbeda.
"aku bukan anak kalian kan. " sang ayah dan ibunya terlihat tertohok dengan pernyataan so hyun. Melihat kedua orang tuanya yang tiba-tiba terdiam, entah kenapa hatinya terasa panas. padahal dari awal, ia memang menjauh karena kenyataan dan takdir pahit itu.
"tentu saja tidak hyun. kau putri kami." so hyun menatap ayahnya dengan wajah berharap. berharap apa yang dikatakan oleh ayahnya itu ialah sebuah kenyataan, namun takdir memang tak mengizinkannya.
"jangan berbohong pa! hentikan drama ini. aku sudah muak, aku lelah." nada intonasi terakhir gadis itu mulai melemah, yang menandakan dirinya sedang ingin menangis keras, dengan meraung pada dunia.
Seungyoon mendekati sang adik, dan langsung memeluknya erat. Dan, pelukan kakaknya itu membuat gadis itu mau tak mau menangis dibahu lelaki itu, menumpahkan seluruh hal yang telah dipendam olehnya selama beberapa bulan terakhir ini.
Seungyoon mengelus perlahan pucuk kepala adiknya, mencoba menenangkannya. tak menyangka dengan apa yang baru saja dilontarkan oleh adiknya itu.
"hyun, kau tau kan bahwa kau ialah anak kami?" so hyun melepas pelukan sang kakak.
"ma, aku tau jelas bahwa aku bukan anak kalian. aku sendiri yang mendengarnya, dan aku sudah mencari tahu mengenai hal ini. aku berdarah Kim kan? aku bukan Park seperti kalian, aku bukan bagian dari kalian! tolong berhenti membuatku berharap, aku bisa gila memikirkan bagaimana bisa, kau dan papa bukanlah orang tua asliku! aku mencintai kalian, dan hal itu membuat hatiku terasa sakit, aku tidak tau bahwa realita memang sesakit ini!rasanya seperti ribuan jarum mulai mendekatiku dengan perlahan ma!menusuk jantungku tanpa ampun! Aku benar-benar—hiks, tidak bisakah kalian mengatakan aku anak kalian saja?huwaa, tidak bisakah pa? hiks." gadis itu berbicara dengan tangisan histeris yang mengikutinya, membuat sang ayah tak tahan untuk tak memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby[?].✔️
General Fiction[[E N D !]] ❝stop talking. This's your baby.❞ Highest rank #53 in general fiction. #02 in sohyun. Warn! Khusus dewasa. Harsh words Adek-adek jan masuk ya. 9.9.17(start.) 12.1.18(end.) ©𝓟𝓲𝓴𝓪. ©pikachuu. 2017.