Chapter 15

292 39 17
                                    

Karena bahagiamu adalah bahagiaku juga.
-Kai-

Hangatnya mentari mengiringi langkah Seira menuju ruang kelas. Langkahnya tegas dan anggun khas seorang putri bangsawan. Matanya menatap lurus ke depan, mengabaikan tatapan memuja kaum laki-laki dan tatapan iri kaum perempuan. Pemandangan yang sudah biasa baginya.

Grep

Langkahnya memelan seiring dengan sebuah tangan besar menahan pergelangannya.

"Ada yang mau gue omongin."

Seira memutar badan 90° untuk melihat siapa gerangan yang merusak mood nya di pagi yang cerah seperti ini.

"Apa?" tanyanya dingin.

"Ikut gue."

Tangannya ditarik pelan oleh pemuda tersebut sambil mengira-ngira kemana pemuda itu akan membawanya.

Halaman belakang sekolah. Disanalah keduanya sekarang berada. Keheranan muncul di wajah ayu Seira. Pemuda itu kini justru membelakangi dirinya dengan tangan kanan berkacak pinggang dan tangan kiri mengacak surai hitam tebalnya. Seperti tengah memikirkan sesuatu yang sulit sekali untuk diputuskan.

"Gue hitung sampai sepuluh, kalo lo nggak ngomong juga gue tinggal." ucapnya dengan tangan bersedekap di depan dada.

Lelaki itu masih tetap pada posisi semula. Sedangkan Seira sudah jengah dengan sikap pemuda di depannya ini yang sungguh tidak jelas.

"1...2...3...4..."

Seira menunggu.

"...5...6...7...8...9...9,5..."

"Ok-ok, fine! Kali ini gue serius."

Matanya menantang sang pemuda untuk mengatakan sesuatu.

"Dengerin baik-baik setiap kata yang keluar dari mulut gue. Karena gue hanya akan mengatakannya satu kali. Dan kalo gue nanya, lo wajib jawab. Nggak mau tau, apapun pertanyaannya lo harus jawab. Deal?"

"Hahh...yayaya, tuan pemaksa. Waktu gue nggak banyak."

"Jadi...."

Seira mengangkat alis tanda siap mendengarkan apa yang akan dikatakan pemuda tersebut.

"Gue tau lo nggak buta. Kita udah kenal lebih dari tiga tahun. Dan tiga tahun itu bukan waktu yang singkat sebenarnya. Dengan semua yang telah gue lakuin sama lo, ehm...maksudnya apa yang udah kita jalani selama ini, lo ada perasaan gitu nggak sama gue?"

"Maksudnya?"

Kai menarik nafas sebentar sebelum akhirnya berucap.

"Gue ngerasain sesuatu yang lebih dari sekedar teman. Gue tau ini mungkin bikin lo terkejut, tapi seenggaknya gue udah berusaha jujur sama diri gue sendiri...Aku sayang sama kamu, Sei. Bukan sebagai sahabat, tetapi sebagai seorang laki-laki dan perempuan. Aku udah lama menanti saat-saat seperti ini. Saat dimana aku bisa mengungkapkan apa yang aku rasakan selama satu tahun belakangan ini."

Seira tetap diam dengan pengakuan mengejutkan ini. Daripada salah tingkah, ia justru lebih ke arah bingung.

"Kamu nggak perlu bingung untuk bersikap atau merasa canggung setelah ini. Kita tetap akan jadi teman. Aku cuma mengungkapkan perasaan. Bukan memintamu menjadi pacarku atau semacamnya. Jadi, aku mohon. Tolong jangan menjauh dariku dan tetaplah menjadi Seira yang selama ini ku kenal."

Kai menahan malu, sebenarnya. Apalagi kini ia sudah berani menggunakan kata aku-kamu, bukan lo-gue seperti yang sering ia katakan. Matanya menangkap senyuman dari bibir gadis didepannya ini. Semakin salah tingkah dibuatnya.

LafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang