Chapter 30

289 41 17
                                    

Seira POV

Aku tidak tahu kenapa aku dengan mudahnya memberikan kesempatan kepada dia untuk memperjuangkanku. Wajah penuh dambanya saat memohon maaf padaku ditambah cerita dari Cheonsa membuatku luluh. Walaupun belum sepenuhnya. Ada apa dengan diriku ini?

Aku...hanya merasa takut. Takut dia berubah. Sedikit banyak, rasa cinta yang dulu pernah ada untuknya malah menjadi boomerang untukku. Aku trauma. Butuh waktu bagiku untuk berdamai dengan masa lalu. Aku membencinya sekaligus merindukannya. Ini sedikit terasa tidak adil bagiku.

"Aku nggak mau liat Sehun lagi. Aku itu benci Sa, sama dia. Aku nggak mau liat dia lagi. Setiap kali aku liat dia, bayangan tentang aku yang menangis sendirian di kamar setiap kali aku merasa sakit hati karena sikapnya selalu hadir dan menggangguku. Seolah memperingatkanku kalau tidak seharusnya aku kembali mencintainya. Aku takut kalau cintaku ini malah menyakitiku nantinya."

"Kamu tahu kalau aku selalu ada di pihakmu. Kamu nggak sendirian menghadapi ini semua. Kalau kamu nggak suka, aku juga nggak suka. Aku juga sebenarnya nggak suka sama sikap dia yang begitu. Aku juga sedih liat kamu sedih. Tapi, kali ini aja. Aku mohon banget sama kamu buat mikirin ini baik-baik. Jangan sampai kamu menyesal nanti, saat dia sudah berbalik arah dan memutuskan untuk tidak mengejarmu lagi. Kalian tuh kayak main kucing-kucingan, tau nggak?"

Seira POV End

Pintu yang semula terbuka kembali tertutup. Menyisakan kesepian dan kesendirian bagi Seira.

***

Minggu pagi, Seira memutuskan untuk melakukan olahraga sebelum memulai aktivitas. Ia bersama Daniel jogging berkeliling kompleks. Hanya olahraga ringan yang biasa dilakukan masyarakat ibu kota seperti dirinya.

Peluh mulai membasahi area lehernya. Ia sempat melirik ke arah Daniel setelah berhasil menyusul ketertinggalan. Sangat berbeda dengan keadaan Seira, Daniel seperti tidak mengeluarkan keringat setetespun.

"Lama banget larinya, kayak siput." ejek Daniel.

"Emang siput bisa lari?" tanya Seira sambil terus berlari.

"Bisa. Dengan kecepatan 0,3 mil/jam."

Seira menoleh setelah mendengar jawaban dari Daniel yang sedikit membuatnya tertawa.

"Apaan, sih? Nggak jelas."

Daniel berniat menggoda Seira dengan menyenggolkan badannya sedikit agar Seira oleng dan berhenti berlari.

"Eh! Awas aja ya!"

Seira kemudian mengejar Daniel yang sudah lebih dulu berlari. Seira meninju lengan Daniel sekuat yang ia bisa untuk membalaskan kekesalannya.

"Aduh! Jangan keras-keras dong mukulnya."

"Biarin. Kamu sekali-kali harus diberi pelajaran biar nggak main-main sama bos mu ini."

"Cih, ngaku-ngaku. Mana mau aku jadi anak buah bos galak."

Seira tertawa. Entah apa yang lucu pada kata-kata yang harusnya membuat Seira tersinggung itu.

Mereka berhenti mendadak saat sebuah mobil melintas dan menepi di depan mereka. Seorang laki-laki keluar dari mobil tersebut dengan setelan olahraga lengkap. Semuanya terlihat pas di tubuh atletisnya. Tak lupa kaca mata hitam yang dikenakannya menambah aura ketampanan laki-laki tersebut.

Seira dan Daniel penasaran dengan pemilik mobil yang menghalangi track lari mereka. Rasa penasaran mereka segera terobati setelah orang tersebut membuka kaca mata hitamnya.

"Mau ku temani?" tanya Sehun sambil mengerlingkan mata.

Seira yang sempat tidak menyangka Sehun akan menemuinya pagi ini kembali dibuat kesal.

LafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang