Chapter 31

240 40 10
                                    

Seira menengok ke arah Sehun yang masih berdiri di ruang tamu. Ada rasa kecewa dan menyesal di dalam hatinya saat melihat Sehun. Ia memikirkan kata-kata yang telah diucapkannya terakhir kali pada Sehun. Tidakkah itu sedikit keterlaluan?

"Jangan terlalu mendorongnya menjauh. Kamu nggak takut dia mundur?" pecah Daniel saat Seira hendak meneguk air dari gelas yang digenggamnya.

"Takut? Justru bagus kalau dia nggak menampakkan batang hidungnya lagi di hadapanku."

"You're so naive."

Setelahnya Daniel masuk ke kamar lantai atas. Daniel memang tinggal di rumah Seira selama pria itu berada di Indonesia.

Saat Seira sibuk memikirkan ucapan Daniel barusan, ia dikejutkan dengan suara Tuan Kim dari arah ruang tamu. Ia pun menghampiri kedua orang yang sama-sama memiliki posisi penting di perusahaan itu.

"Kemana Seira? Kenapa kau sedirian di sini?"

"Seira sedang ada perlu di dalam tadi, appa." sahut Seira tiba-tiba, sebelum Sehun menjawab pertanyaan itu. Membuat Sehun dan Tuan Kim menoleh.

Seira menatap Tuan Kim dan Sehun bergantian. Dan ketika mata Seira bertemu dengan mata Sehun, Sehun tersenyum lembut.

Senyuman yang mampu memacu detak jantung Seira.

"Appa kenapa pulang cepat? Apakah ada masalah di kantor?" tanya Seira sambil menyembunyikan salah tingkahnya.

"Tidak, perusahaan baik-baik saja. Appa pulang cepat karena besok appa ada perjalanan bisnis ke New York."

Sudah biasa dirinya ditinggal sang appa keluar negeri untuk urusan bisnis. Sehingga dirinya tidak perlu terkejut dengan kabar ini.

"Ya sudah, appa masuk dulu. Seira temani Sehun dulu di sini. Ajak dia sarapan bersama Daniel juga."

"Ah. Kurasa Sehun tidak bisa berlama-lama di sini. Ia juga pasti punya keperluan lain. Dia kan juga sibuk dengan perusahannya. Iya kan, hun?"

Sehun menatap Seira sebentar sebelum berujar.

"Iya. Seira benar. Terimakasih atas tawarannya. Lain kali saya akan berkunjung lagi. Saya pamit undur diri, Tuan Kim."

Seira menatap punggung Sehun yang semakin menjauh. Ingin rasanya ia menahan Sehun pergi dan memeluk punggung tegap itu dengan erat.

Aish, apa yang sedang ku pikirkan? Batin Seira.

Tuan Kim yang mengamati keduanya pun tersenyum kecil. Kelakuan mereka persis seperti dirinya saat masih muda dulu.

"Seira."

"Ne, appa?"

"Kemarilah. Appa ingin berbicara denganmu."

Seira mengikuti sang ayah untuk duduk di sofa.

"Apa yang ingin appa bicarakan?"

"Sejauh mana perkembangan butikmu?"

"Hingga saat ini cukup baik. Sepertinya design baju yang Seira buat juga disambut baik oleh masyarakat. Mereka mulai merasa bangga mengenakan brand Seira sendiri. Ehm, tidak biasanya appa menanyakan tentang hal ini. Ada apa?"

"Sepertinya appa membutuhkan seseorang seperti kamu untuk bergabung di perusahaan. Kamu juga bisa membantu kakakmu nantinya."

"Tapi, Seira tidak menyukai dunia perkantoran seperti itu appa. Bukankah Seira pernah mengatakannya dulu?"

"Appa sudah hampir pensiun. Appa ingin anak-anak appa yang meneruskan perusahaan turun-temurun ini. Setelah kakakmu menggantikan posisi appa, kamu yang akan menggantikan kakakmu di perusahaan."

LafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang