Chapter 34

176 34 2
                                    

I saw you in my dreams again. It felt so real.
-Kim Seira-

Hari ini, Seira nampak begitu tidak sehat. Kemarin malam, ia terserang flu karena akhir-akhir ini kurang tidur. Ia terlalu banyak memikirkan tentang karya-karya yang akan ia suguhkan dalam pagelaran tata busana perdananya yang tinggal menghitung minggu. Semua ini ia lakukan demi mempertegas kepada publik bahwa dirinya akan tetap konsisten dalam dunia fashion.

Dengan syal yang menutupi bagian leher juga masker yang ia kenakan, membuat pegawai di butiknya tidak mengenali dirinya.

"Maaf, kami belum buka. Anda bisa kembali setelah tiga puluh menit dari sekarang."

Salah satu pegawainya menghalangi Seira untuk masuk.

"Apa aku tidak boleh masuk ke dalam butikku sendiri?"

Pegawai tersebut langsung terperangah begitu mendengar suara bosnya.

"Maaf, saya tidak tahu itu Anda."

Kedua kakinya bergetar bersiap menerima amarah dari bosnya itu.

"Hm. Jangan ulangi lagi." kata Seira mengabaikan sedikit keributan di pagi ini.

Pegawai itu menatap takut-takut kepada Seira yang telah berlalu dari hadapannya dan bernafas lega. Ia tahu bosnya itu adalah orang yang baik, namun kalau dia sudah marah, maka jangan berharap akan mendapatkan belas kasihan darinya.

Di dalam ruangannya yang sunyi, Seira mendesis sebal kepada dirinya sendiri. Ia menyesalkan kenapa ia harus jatuh sakit saat pagelaran itu tinggal sebentar lagi. Hal itu tentu saja akan berpengaruh terhadap konsentrasi bekerjanya.

"Tolong bawakan aku rancangan yang telah kalian buat kemarin. Aku akan memeriksanya sebentar sebelum diserahkan ke pihak produksi."

"Baik."

Ia memeriksa lembar demi lembarnya. Tersenyum puas saat melihat hasil karyanya dan tim mendekati ekspektasi. Ternyata ia tak salah memilih orang-orang itu untuk bekerja dengannya. Ia jadi tidak sabar menunggu hari itu tiba.

"Aku suka sekali. Aku yakin ini tidak akan mengecewakan." ujarnya.

"Sepertinya kondisimu sedang tidak baik. Mau aku buatkan teh chamomile?" tawar Cheonsa.

"Terimakasih, aku bisa membuatnya sendiri nanti." tolak Seira halus. Ia cukup peka kalau Cheonsa juga tak kalah sibuk mempersiapkan pagelaran itu.

"Tidak apa-apa. Tunggu sebentar."

Cheonsa melangkah keluar dari ruangan Seira dengan diiringi tatapan tak enak dari Seira. Seira sebenarnya sudah menolak Cheonsa saat dulu sahabatnya itu ingin membantunya di butik. Akan tetapi, Cheonsa bersikeras ingin membantunya. Bukannya apa-apa, kalau beginikan ia jadi tak enak hati menyuruh Seira melakukan ini-itu padahal Cheonsa sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri.

"Ini."

"Terimakasih. Kau tak perlu melakukannya."

"Never mind. Oya, ku dengar kau berencana melanjutkan hubunganmu dengan Sehun ke tahap yang lebih serius lagi, apa itu benar?"

LafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang