Chapter 29

226 38 13
                                    

Luka telah mengajarkanku banyak hal. Dan semenjak luka itu ada, aku bukanlah orang yang sama lagi.
-Kim Seira-

Sudah terhitung tiga hari semenjak Sehun tahu Seira membuka butik disini. Dan selama itulah Sehun selalu menunggu Seira keluar dari sana. Tapi hingga pukul setengah sebelas malam pun Seira tak kunjung keluar.

Keesokan harinya, Sehun kembali datang ke butik milik Seira. Kali ini ia tidak hanya berdiam diri di dalam mobil. Ia bertekad akan menemui Seira di dalam. Ia siap akan segala resiko yang mungkin akan diterimanya nanti. Termasuk penolakan dari Seira.

Sesampainya di dalam, ia melihat pengunjung lain yang mulai berdatangan. Pandangannya menelusuri ruangan ini secara menyeluruh. Berharap seseorang yang dicarinya ada disini. Seorang perempuan yang sudah tidak asing lagi baginya menghampirinya.

"Ada urusan apa kemari?" tanya Cheonsa dengan nada yang tidak ada ramah-ramahnya. Ia tentu tak lupa pada apa yang pernah pria itu lakukan kepada sahabatnya.

"Aku ingin bertemu Seira." jawab Sehun tanpa ragu.

"Kheh. Dia tidak ada waktu untuk menemuimu. Lebih baik sekarang kau pergi. Kami sedang sibuk." ujar Cheonsa sinis.

Sehun menghela nafas sebelum melangkahkan kakinya ke anak tangga yang menghubungkan dengan lantai atas. Ia yakin Seira ada di salah satu ruangan itu. Tanpa bisa dicegah, Sehun melangkah secara pasti. Cheonsa yang kewalahan dengan Sehun dan pengunjung lain pun tak bisa menahan Sehun lebih jauh.

Tangan Sehun meraih salah satu gagang pintu yang terletak di ujung kiri.

Pemandangan Seira yang sedang mengukur tubuh salah satu pelanggannya tersaji di hadapan Sehun setelah pintu kayu bercat putih itu terbuka.

Atensi Seira pun beralih kepada sosok pria bersetelan jas mahal dengan postur tubuh tinggi dan menawan itu.

Tubuh Seira menegang mendapati Sehun berdiri di depan pintu ruangannya. Darimana pria itu tahu ia ada disini? Kenapa tidak ada yang mencegah Sehun masuk ke ruangannya?

Sebisa mungkin ia harus tetap bersikap profesional di hadapan pelanggannya.

"Untuk sesi pengukuran hari ini sudah selesai. Saya usahakan dua minggu lagi ibu sudah bisa kembali lagi kemari untuk fitting bajunya. Sesuai kesepakatan kita tadi."

"Kalau begitu, saya pamit ya. Semoga hasilnya tidak mengecewakan."

"Iya, ibu. Terimakasih atas kerjasamanya. Hati-hati di jalan."

Setelah ibu itu keluar dari ruangan tempat Seira bekerja, Sehun melangkah masuk lebih dalam.

Seira menghiraukan keberadaan Sehun dengan membereskan peralatannya yang sedikit berantakan.

"Kita harus bicara." ujar Sehun setelah terdiam cukup lama.

"Nggak ada yang perlu dibicarain. Kita udah selesai." balas Seira dengan kedua tangan bersedekap di depan dada.

"Enggak. Kita belum selesai. Dan tentang ucapanku waktu itu, aku serius."

Seira mendongak demi melihat ke arah mata Sehun.

"Apa maumu sebenarnya?" tanya Seira menantang.

"Mau ku?" Sehun menyeringai.

"Kau yakin ingin tahu apa mau ku?"

Seira tak gentar bahkan setelah Sehun mendekatkan tubuhnya.

"Aku sudah bilang untuk jangan menemuiku lagi. Apa kau terlalu bodoh untuk memahami ucapanku? Kurang jelas apa lagi? Aku tidak ingin kamu hadir di hidupku. Kamu yang mendorongku menjauh. Lalu, sekarang kau memintaku untuk kembali?"

LafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang