5

136 26 15
                                    


Jadilah Readers yang baik, tinggalkan Vote dan Comment yang bermanfaat.
Happy Reading 💜

"Sei?" panggil Angga pelan.

Tapi sepersekian detik berikutnya ia menggeleng cepat, menyadari apa yang baru saja dilakukannya.

Beruntung Seira tak mendengar, Angga beralih menatap hamparan danau. Menikmati angin sepoi yang ia harap bisa membawa pergi rasa benci dan takutnya terhadap Seira.

Seira tak salah, bocah itu bahkan tak bersalah sama sekali. Ada sesuatu hal yang membuatnya harus menjauhi gadis itu, alasan yang hanya dialah yang mengetahuinya. Entah sampai kapan, Angga juga tak tahu. Tapi intinya, dia hanya harus menjauhi Seira selama ia masih bisa melakukannya.

Dering ponsel Seira membuat Angga menoleh, Seira tampak terkejut juga. Ia merogoh tasnya lalu mengeluarkan benda pipih persegi panjang dari sana.

"Iya Ray?"

"...."

"Gue lagi ga enak badan, besok gue ceritain."

"...."

Panggilan berakhir. Seira kembali memasukkan benda itu ke dalam tasnya, lalu menatap sisi wajah Angga yang sedang menikmati udara pagi itu.

"Kakak sering kesini?" tanya Seira sedikit ragu.

Angga meliriknya dengan sudut mata, tapi enggan untuk menjawab.
Seira menunggu jawaban dari Angga, tapi nihil.

"Tempatnya bagus, Seira suka."

"Berisik." Sagah Angga tanpa menoleh.

Seira tersenyum kecut, "Kapan-kapan ajak Seira kesini lagi ya kak."

"Ga akan."

Seira kembali tersenyum geli. Berapa kalipun Angga mengabaikan dan menolaknya, Seira tetap ingin bisa berbicara dan dekat dengannya. Entahlah, Seira juga bingung kenapa harus Angga yang sangat disayanginya? Kenapa jika Angga marah ia merasa ingin sekali segera berdamai? Kenapa saat Angga membentaknya ia tak dendam sedikitpun? Kenapa saat Angga mengatainya ia tak tersinggung? Atau mungkin karena semua ucapannya memang nyata benar? Seira yang cengeng, Seira yang merepotkan, Seira yang jadi biang masalah, Seira yang manja.
Seira juga tak tahu.

***

Tidak diketahui
Ketemu di aula sekolah ya.

Seira berhenti mengunyah, Seira tak tahu siapa pengirim pesan itu. Seira menyipit mencoba mengingat siapa pemilik nomor telepon itu, ia mengetuk jari telunjuknya ke sisi ponselnya.

Apa mungkin Raya? Raya selalu saja cemas berlebihan kepadanya hingga memintanya menemuinya.
Seira meletakkan kembali ponselnya, ia akan menemui Raya sepulang dari sini nanti.

Angga menyesap kopi susunya pelan, dengan tatapan tertuju ke luar jendela yang menghadap danau.

"Kak, nanti antarin Seira ke sekolah dulu ya." Pinta Seira seraya memasukkan satu sendok penuh nasi goreng seafood ke mulutnya.

"Kalo ngomong jangan sambil ngunyah." Angga meletakkan cangkir kopinya ke atas meja.

"Kak Reynand bilang, Seira malah lucu kalo ngomong sambil ngunyah."

Angga berdecak sebagai ungkapan tidak setuju. Angga memperhatikan Seira yang sedang makan, lahap sekali.

Angga ingin sekali bertanya, kenapa Seira harus ke sekolah lagi? Tapi diurungkannya, itu bisa membuat Seira mengira bahwa Angga peduli padanya.

HER  √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang