Jadilah Readers yang baik. tinggalkan Vote dan Comment
Happy Reading 💜✏
Author Pov-
Tanah bekas hujan masih basah, cuaca masih mendung dan udara dingin. Air becek yang menghuni lekukan tanah tak hentinya memercik akibat pijakan langkah kaki siswa-siswi SMU Perdana.
Begitu juga Raka yang kini berjalan gontai dengan kedua tangan di dalam saku hoodie putihnya, tak terlalu ambil hati dengan air becek yang mengotori ujung celana abu-abu nya.
Matanya sayu, ditariknya kepala hoodie yang dikenakannya agar dapat menghindari kontak mata dengan siswa lain. Berusaha untuk menutupi bekas memar dibeberapa bagian wajahnya.
Sesungguhnya ia sangat enggan untuk ke sekolah, tapi hari ini ada ulangan untuk materi geografi. Bagaimanapun, nilai sekolah tetap nomor satu.
"Raka bangsat! tungguin gue njir!!"
Raka menoleh dengan senyum tipisnya, memerhatikan seorang lelaki sedang berlari tergesa-gesa menuju ke arahnya. Ranselnya ikut terombang-ambing.
"Santai dong jalannya," gerutu lelaki yang acap dipanggil Ipan itu.
Mereka berdua berjalan beriringan, "Elo aja yang lelet,"
Ipan melirik tajam lewat ujung matanya, "Kayaknya baju gue cocok dibadan lo,"
Raka mengamati seragamnya sepintas lalu membuang muka. Jujur saja, ia tidak pulang kemarin. Ia tidak bisa pulang dalam keadaan babak belur, Fauzan akan melakukan sidang dadakan nantinya. Jadi, ia memutuskan menginap di rumah Ipan.
Ia meletakkan asal ranselnya di atas meja, lalu duduk sambil membaca buku geografinya. Sementara Ipan sibuk mengamati wajahnya lekat. Sebenarnya Ipan mencemaskan keadaan Raka, luka diwajahnya memang tidak parah, tapi melihat memar akibat pukulan yang Ipan prediksi sekitar empat sampai lima pukulan itu lumayan terlihat mendominasi di wajah yang biasanya mulus itu.
"Biasa aja liatnya, merinding nih." Ujar Raka dengan fokus tetap pada bukunya.
Ipan menatapnya kesal, lalu membuka ranselnya.
"Mending ke UKS deh lo, rada ngeri gue biarin lo dalam kelas."
Raka membolak-balik lembar bukunya, seakan tak mendengar perkataan Ipan.
"Guru-guru lagi pelatihan bego," jujur Ipan akhirnya.
Tap!
Ditutupnya keras buku ditangannya, lalu mengerling pada Ipan.
"Pantesan semalam lo nolak gue ajak belajar ya tai." Geram Raka.
Ipan terkekeh, "Ya maap. Emang lo ga dapet info lewat osis?"
"Lo pikir osis kerajaannya ngabsen siapa guru yang hadir sama engga? sotoy banget!" jawabnya kesal.
"Lo ke UKS deh, semalem gue paksa obatin memar lo ga mau. Mending obatin bentar, biar cepet mendingan." Omel Ipan.
Ipan berdiri dari duduknya, sampai di ambang pintu ia berbalik menatap Raka yang terdiam.
"Gue tunggu di kantin, kali ini gue traktir." Ipan mengedip mesra.
Setelah Ipan pergi, Raka masih asik duduk termenung di kursinya. Kadang sudut bibirnya nyeri saat bicara, ia mengeluarkan ponselnya. Membuka kamera lalu mengamati betapa berantakannya ia saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HER √
Aléatoire[REVISI] Bagi Seira, Angga itu abu-abu. Tidak ada warna yang mencolok, entah hitam atau putih. Terkadang dia begitu dingin, tapi dilain sisi ia sangat penyayang dan terlihat hangat. AmazeCover by: @carpediaem # 179 - DIA // 180511 # 814 in RANDOM...