26

66 9 5
                                    

Author Pov-

"Kamu mau sakit lagi?!" tanya kak Reynand dengan nada sedikit tinggi dari biasanya.

Seira tak bergeming, menundukkan kepalanya menatap tautan jemarinya.

"Kamu tu baru pulang dari rumah sakit Sei, dan sekarang ka.."

"Seira cuma main sebentar kok kak, ga lama." Sambarnya tanpa menatap wajah Reynand yang kini kusut.

"Kakak udah ingatin kan? Kak Lania juga sering pesan ke kamu, jangan main hujan-hujanan lagi. Ga baik buat kesehatan kamu," nada bicaranya sudah merendah.

"Kakak tau kan Seira suka hujan, dari dulu juga Seira sering main hujan, trus kenapa sekarang kakak ga bolehin?" diberanikannya untuk membalas tatapan Reynand.

"Seira. Jangan ngejawab." Sagah Lania yang kini menyeduh teh panas di balik konter dapur.

Reynand geleng-geleng kepala frustasi,
"Kalo dibilangin tu ya nurut lah Sei, demi kebaikan kamu."

Seira membuang muka kesal,

"Teh nya diminum dulu, trus mandi ganti baju. Jangan lupa makan malam sama minum obatnya Sei, udah kakak siapin di meja." Ucap Lania dengan wajah masih sedikit kecewa.

Lania beranjak dari dapur menuju ruang tengah, Reynand pun ikut beranjak menjauh menuju kamarnya.
Hanya Seira yang masih berdiri kedinginan di tempatnya.

Ditatapnya Lania yang kini duduk di sofa ruang tengah, tak memedulikannya, aneh tak seperti biasanya.

Seira memilih untuk berjalan menuju kamarnya dalam diam, mengabaikan suruhan Lania tadi untuk meminun teh hangat yang telah disiapkannya.
Dihidupkannya shower kamar mandinya, berdiri menghadap dinding.

Kembali diguyurkannya air ke seluruh tubuhnya yang masih terbalut seragam putih abu-abu yang awalnya juga telah kuyup.

Ada yang mengganggu pikirannya sejak sepulang sekolah tadi,
tentang Raka,
tentang Angga yang tampak begitu akrab bersama Lala,
tentang Alfian yang tak lagi menghubunginya beberapa hari terakhir ini,
tentang Reynand yang bersikap over protective dan tentang Lania yang tak seperti biasanya.

Semuanya terasa aneh bagi Seira, belum lagi perkara foto yang ditemukannya di dompet Reynand. Ia sedang menunggu waktu yang tepat untuk mempertanyakan hal itu.

Tepat setelah keluar dari kamar mandi, ketukan pintu kamarnya terdengar.

"Kenapa kak?" tanyanya pelan.

"Kamu belum jadi makan?" Lania balik bertanya.

Seira terdiam sebentar lalu menggeleng lemah, membuat Lania menghembuskan napas lelah.

"Kalo kamu ga makan, gimana mau minum obat?"

Seira mengulum bibirnya, "Iya bentar lagi Seira makan kak."

Pintu itu kembali ditutup oleh sang pemilik kamar, direbahkannya tubuh kecilnya ke atas kasur, memandang kosong langit-langit kamarnya.

Cukup lama ia dalam posisi itu, hingga matanya terpejam lemah.

***

"Baru pulang Al?"

Alfian menghentikan langkah kakinya, tanpa berbalik badan ia menjawab,

"Iyaa."

Ana menoleh ke sumber suara, mengernyit heran mendengar jawaban putra sulungnya itu. Tak biasanya Alfian seketus ini padanya,

HER  √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang