6

110 24 2
                                    

Jadilah Readers yang baik. Tinggalkan Vote dan comment sebagai rasa saling menghargai. Tekan Bintang di pojok kiri bawah ga ngabisin kuota segiga kok.

Happy Reading 💜

Angga memacu sepeda motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Pikirannya hanya tertuju pada Seira, Angga sangat mengkhawatirkannya. Beberapa kali Angga melayangkan pukulan ke stang motornya, mencoba berpikir positif tentang adik bungsunya itu.

Angga pergi ke rumah Raya, menanyakan dimana tempat biasa yang sering mereka kunjungi. Tapi nihil, setelah mengunjungi satu persatu tempat itu Seira tak ada disana.

***

Napas Raka memburu saat pesan masuk dari Raya mengatakan bahwa Seira belum pulang.

Ka, postingan terakhir Seira masih di sekolah, aula sekolah.

Pesan itu terus terngiang dikepala Raka. Raka menegang, apa mungkin Seira disana? Tapi tidak ada salahnya untuk memeriksa kesana dulu.

Hal yang ada di kepala Raka adalah sekolah, dimana ia meninggalkan Seira terakhir kali. Diperjalanan menuju sekolah, setetes demi setetes air hujan mengenai lengan Raka. Tapi itu tak penting jika Seira sebagai lawannya.

Raka memarkir sepeda motornya asal, lalu berlari menuju lapangan sekolah ditemani guyuran hujan malam itu. Ia berhenti sebentar, mengusap rambut basahnya ke belakang lalu mulai berlari lagi menuju aula.

Raka berdiri di tengah aula yang kosong dengan lampu yang remang, berputar di tempat seraya mengamati setiap penjuru ruangan besar itu. Tidak ada tanda-tanda keberadaan orang disana.

"Sei?"

"Seira?" teriak Raka masih terus berputar di tempat.

Tidak ada jawaban, tidak ada sedikitpun pergerakan. Hanya suara hujan yang terdengar.

"Seira!!!" pekik Raka lagi, berharap gadis itu menjawab panggilannya.

Tapi hasilnya tidak ada, tenggorokan Raka bahkan sudah sakit karena terus berteriak. Raka menjatuhkan lututnya ke lantai aula, menutupi wajahnya dengan kedua tangannya frustasi.

Tiba-tiba suara ketukan terdengar, sangat samar. Raka mendongakkan kepalanya, mencoba mencari tahu dimana asal ketukan itu.

Raka berdiri kembali, "Seira! Lo dimana!"

"Tolongin.."

Raka berdiri mematung, mendengar suara samar milik Seira. Raka mengamati setiap sudut ruangan itu, matanya berhenti saat mendapati sebuah pintu yang dikunci dengan tangkai sapu.

Bukankah isinya hanya barang-barang yang tak lagi terpakai?kenapa harus dikunci seperti itu?
Rahang Raka mengeras, Raka berlari menuju pintu itu. Menggedor pintu itu keras dan penuh emosi.

"Sei? lo denger gue?" teriak Raka kuat.

Seira tak sanggup lagi mengeluarkan suara, ia hanya bisa mengetuk pintu itu lemah beberapa kali.

Akhirnya Raka mendobrak pintu itu sekuat tenaganya, pintu terbuka memperlihatkan seorang gadis yang tengah meringkuk di sudut ruangan di dekat pintu. Mata Raka membelalak saat melihat Seira dengan kondisi yang sangat buruk.

Raka meraih tubuh lemas Seira, membawanya ke dalam pelukannya. Ia menyesal karena telah meninggalkan Seira tadi, semuanya karena Alfian.

"Raka?" panggil Seira setengah sadar.

Raka terus mendekap tubuh Seira, ia pasti kedinginan. Wajahnya pucat dan hampir kehilangan kesadarannya.

"Iya gue disini, gue bakal bawa lo pergi dari sini." Racau Raka panik.

HER  √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang