7

114 24 10
                                    

Jadilah Readers yang baik. Tinggalkan Vote dan Comment sebagai rasa saling menghargai. Tekan Bintang di pojok kiri bawah ga ngabisin kuota segiga kok.

Happy Reading 💜

"Kak Angga mana kak?"

Reynand membantu Seira untuk duduk di sofa ruang keluarga. Reynand tak menggubris pertanyaan adiknya itu, ia hanya melengang menuju kamarnya.

"Loh, kak Rey kenapa sih?" tanya Seira lagi dengan dahi dikerut.

Lania yang baru saja masuk ruangan itu berdiri di belakang Seira yang dibatasi sandaran sofa. Ia mengelus puncak kepala Seira.

"Lagi capek mungkin, ayo kakak bantu ke kamar."

Seira menoleh menatap Lania, "Kak Angga belum pulang ya kak?"

Lania berhenti menggerakkan tangannya di puncak kepala Seira, pikirannya sedang bertengkar harus jujur atau bagaimana?

"Kak?"

"Ha? Udah kok, lagi di kamar mungkin." Lania berjalan menuju hadapan Seira.

"Kok kak Angga ga liat Seira di rumah sakit sih?" gerutu Seira lalu mencoba berdiri dengan bantuan Lania.

Tiba-tiba suara pintu dibuka dengan paksa, sontak saja mereka mematung. Seira menaikkan kedua alisnya tak percaya, Angga pulang dengan jaket kulitnya yang dijinjing ditangan kirinya. Angga tak menoleh apalagi menyapa dua gadis yang sedang terkejut karena kehadirannya. Ia berjalan cepat menuju kamarnya.

"Kakak boongin Seira?" Seira beralih mendongak menatap wajah Lania yang kini diam seribu bahasa.

"Bukan gitu Sei,"

"Kakak tau kan, Seira benci dibohongin."

Lania membeku menatap wajah Seira yang sedang kesal sekarang, ia mencoba melunakkan keadaan. "Udah ayok kakak anter ke kamar."

Seira melepaskan tautan tangan Lania dilengannya, "Seira bisa sendiri."

Seira berlalu tanpa melirik Lania, ia berjalan pelan menuju kamarnya atau mungkin mengejar Angga. Lania hanya menunduk, adik bungsunya itu memang sangat benci kebohongan.

***

Seira mengendap-endap menuju dapur, setelah memastikan Lania sudah berada di kamarnya. Ia memapah kakinya yang terkilir tempo hari untuk menuruni satu-persatu anak tangga seraya berpegang pada pagar tepian tangga.

Seira mengobrak-abrik isi kulkas, menyeduh teh panas dan membuat dua lapis roti bakar isi kacang. Setelah sibuk di dapur, ia membawa nampan berisi makanan itu ke lantai dua.

Dengan susah payah, ia melangkahkan kakinya yang masih nyeri. Gerakan kakinya berhenti di depan sebuah pintu, setelah menarik napas dalam, ia menggerakkan kepalan tangannya ke permukaan pintu bertuliskan DANGER!! itu.

Tak ada sautan, tak ada bunyi pergerakan sedikitpun. Seira masih Setia mengetuk pintu yabg tertutup rapat itu. Masih jam sembilan malam, biasanya pemilik kamar sibuk menonton koleksi animenya. Tapi kali ini kenapa? Apa dia tau bahwa Seira yang berada di balik pintu?

Seira tak mau menerima kenyataan, ia terus mengetuk pintu itu berulang kali. Geram tak dapat jawaban, ia mencoba menarik kenop pintu itu perlahan. Mencoba mencuri pandang isi kamar itu, Seira melongo ke ruangan itu.

Ada seseorang di balik selimut dengan posisi membelakanginya. Lampu kamarnya sudah padam, tersisa lampu nakas yang remang-remang sebagai teman tidurnya. Seira memasukkan seluruh badannya ke ruangan itu, kemudian menutup pintu itu dengan sangat pelan.

HER  √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang