27

61 8 0
                                    

Author Pov-

"Lagi Seira?! kakak capek tau ga ngurus kamu kalau kayak gini terus! ga pernah bisa dibilangin, kakak udah bilang bawa jaket kan? trus kenapa masih basah-basahan?!"

Seira hanya diam dengan tampang datar dan bibir yang telah membiru.
Lania memegang keningnya frustasi lalu kembali menatap Seira yang masih berdiri mematung.

"Kenapa ga dijawab?! obat yang kemaren kakak bungkusin buat di sekolah kamu minum ga?" tanya Lania dengan nada tinggi.

Seira menggeleng lemah dengan kepala tertunduk.
Lania menyingkap rambutnya, emosinya benar-benar naik saat ini.

"Hari ini minum ga?" tanyanya lagi.

Seira kembali menggeleng.

"Kamu tuh ya! kakak ga tau lah gimana cara ngasih tau kamu lagi Sei. Capek kakak Sei, capek!" ungkap Lania dengan mata berkaca-kaca.

Seira ikut menangis dalam diam, tapi tak bisa melakukan apapun.
Akhirnya Reynand keluar dari kamarnya, matanya melotot marah saat dilihatnya Seira yang kembali kuyup hari ini. Ia berjalan cepat lalu berdiri tepat di hadapan Seira yang masih menunduk dalam.

"Kamu harus dibilangin dengan cara apalagi ha?!" bahkan Reynand ikut berubah seperti Lania, berbicara kasar kepadanya.

"Seira cuma.."

"Cuma cuma cuma. Cuma apa ha? semua orang di rumah ini khawatir sama kamu! tapi kamu bebal, keras kepala tau ga?!" potong Reynand emosi.

Seira memberanikan diri mengangkat wajahnya menatap Reynand lekat.
"Kenapa kak? kenapa Seira ga boleh main hujan?"

"Ga baik buat kese.."

"Karena Seira sakit? iya?"

Reynand diam, menatap rasa sedih yang terpatri jelas di wajah Seira, bibirnya bergetar dan airmata menggenang di pelupuk matanya.

"Jawab kak," mohon Seira samar.

Reynand membuang muka, tak mampu jika harus melihat tangis Seira.

"Udah Sei. Sekarang kamu ke kamar, bersih-bersih trus turun makan malam sama minum obat." Timpal Lania mengubah topik.

Seira membeku dengan tatapan kosong ke arah Reynand, seluruh tubuhnya terasa ngilu, benar-benar ngilu.

"Kamu ga denger kakak?" tanya Lania mengulang.

Gubrak!

Dan untuk kesekian kalinya, ia kembali pingsan.

***

"Bajingan!"

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Angga melayangkan pukulan tanpa ampun ke tubuh Alfian yang kini telah tersungkur di tanah basah.

Deru napasnya tak beraturan tapi tak menyurutkan emosinya untuk menghabisi Alfian malam itu. Angga terengah sebentar, memberi peluang untuk Alfian menjarak dari Angga.

"Lo kenapa sih?!" teriak Alfian sambil menyeka ujung bibirnya yang sobek.

Angga masih mengatur napas sambil tertawah remeh, "Bangsat lo anjing!"

Alfian masih tak mengerti, kenapa Angga tau-tau datang menghampirinya lalu memberinya bogem mentah di beberapa bagian tubuhnya.

Angga bangkit, berjalan mendekati Alfian lalu menarik kerah bajunya kasar, "Lo sadar ga? lo itu bajingan! nyesel gue percaya sama lo!"

HER  √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang