Capek minta voment, terserah aja.
✏
Angga berdiri dalam diam, senyumnya merekah dengan kedua tangan di dalam saku celana denimnya. Memperhatikan setiap pergerakan seorang gadis yang tengah duduk di salah satu bangku taman di pinggir jalan setapak. Kepalanya menengadah bersandar pada punggung bangku tersebut.Gerai rambutnya berayun dimainkan angin, earphone putih masih bertengger manis di kedua telinganya. Sementara Angga menikmati pemandangan kala itu, sang gadis bahkan tak menyadari kehadirannya sedikitpun.
Masih lebih tertarik menatap langit biru yang jarang sekali muncul akhir-akhir ini. Gadis itu mengetukkan ujung sepatunya ke tanah pijakan, mengikuti irama lagu yang di dengarnya.
Membuat Angga semakin gemas. Angga berjalan memutar ke arah belakang bangku, lalu menongolkan wajahnya tepat di atas wajah gadis itu.
Membuat gadis itu terlonjak kaget sambil memegangi dadanya yang nyaris menyembulkan jantungnya keluar.
Angga hanya terkekeh geli lalu duduk di sebelahnya, merangkulnya hangat.
"Aku ga bisa lama-lama,"
Gadis itu mendongak, "Kenapa?"
Angga mengelus pucuk kepala sang gadis,
"Adik aku sakit,"
***
Seira Pov-
Kupandangi lekat-lekat selang infus di punggung tanganku, lalu kualihkan ke arah kak Lania yang kini sibuk memotong buah apel menjadi potongan kecil.
Punggungku mulai keram, padahal belum penuh setengah jam aku duduk bersandar pada kepala ranjang. Aku menggeliat, berusaha mencari posisi yang lebih nyaman. Tapi, tampaknya kak Lania memergokiku.
"Mau posisi yang gimana lagi? baring udah, duduk udah, nyender udah.." kak Lania geleng-geleng dengan helaan napas di ujung kalimatnya.
Aku meringis saja mendengarnya,
"Seira mau berdiri aja kak, disana.." tunjukku pada pinggir jendela kaca bening ruangan putih ini.
Kak Lania melepas apel dan pisaunya, berjalan menuju ke arahku. Membantuku untuk bangkit, memapahku berjalan menuju pinggir jendela.
"Kamu kuat?" tanyanya cemas.
Aku mengerling jahil, "Seira cuma demam kak karena kehujanan, kakak lebay banget."
Kak Lania mengetuk ujung hidungku lalu kembali ke sofa untuk bergelut dengan pisau dan apelnya.
Kuhela napas dalam saat jendela bening itu kubuka lebar, kuperhatikan langit yang kali ini tampak cerah walau dalam musim hujan bulan ini.
Aku tepekur, memandang kosong hamparan luas di atas sana. Pikiranku melayang,
Kenapa aku selalu berakhir di ruangan ini? Sungguh, aku benci tempat ini.
Segaris air hangat mengalir dari kelopak mataku, menyusuri tiap gurat pipiku. Aku menyekanya cepat,
Refleks kutolehkan wajahku saat ponselku berdering, entah untuk kali yang kesekian sejak malam tadi. Sengaja kubiarkan, aku sedang tak ingin berbicara dengan siapapun.
"Diangkat dong Sei, kali aja penting." Sahut kak Lania dari tempatnya.
Kembali kuhadapkan wajahku pada sang langit, mencoba mengabaikan panggilan dari ponselku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HER √
Random[REVISI] Bagi Seira, Angga itu abu-abu. Tidak ada warna yang mencolok, entah hitam atau putih. Terkadang dia begitu dingin, tapi dilain sisi ia sangat penyayang dan terlihat hangat. AmazeCover by: @carpediaem # 179 - DIA // 180511 # 814 in RANDOM...