Seira Pov-Entah sudah kali ke berapa aku terbangun di tengah malam seperti ini. Kalau kalian ingin tahu aku dimana, aku tidak di kamarku saat ini, bahkan sejak satu jam yang lalu.
Dan baru tiga menit yang lalu aku bisa bernapas lega sambil bersandar pada dinding kamar mandiku.
Iya. Aku muntah lagi malam ini.
Aku merasa kelelahan setiap saat, mual-mual dan pusing. Setiap malam aku terbangun hanya untuk melelahkan diriku di dalam kamar mandi dan berakhir dengan keringat dingin dan tubuh yang kuyup. Bahkan untuk kembali ke kamar saja aku tak mampu berjalan seorang diri. Padahal aku sudah meminum obatku.
Kupejamkan mataku erat, melipat kedua bibirku kuat menahan rasa mual yang akan merenggut habis kekuatanku malam ini. Kusandarkan punggungku ke dinding sambil menengadah, keringat dingin menjamur di sekujur tubuh dan leherku.
Tidak lama. Hanya beberapa menit, aku memutuskan untuk keluar, berjalan tertatih dengan bergantung pada dinding-dinding ruangan. Kutarik kenop pintu kamarku pelan lalu berjalan keluar.
Aku ingat, aku belum bertemu kak Angga sejak kemarin. Aku berjongkok di depan pintu yang kini sudah teetutup rapat itu, mencari dengan susah payah tulisan beberapa tahun yang lalu—yang kutuliskan di ujung bawah pintu yang tak pernah terbuka untukku itu.
Kutegakkan kembali badanku, memberanikan diri untuk menarik kenop pintu itu hati-hati. Terdengar dengkuran halus dari bawah selimut disana, sang pemilik kamar masih asik dengan mimpinya.
Aku diam sebentar sebelum memilih mendekati ranjang itu, menatap dari dekat sosok lelaki disana. Tapi, sebelum aku sempat melangkah rasa mual itu kembali menyergapku, memaksaku keluar dan kembali mendekam di kamar mandi.
Aku berjalan secepat yang kubisa, membungkam mulutku dengan telapak tangan yang telah berlumur keringat. Kau tahu? rasanya menyakitkan.
Perutku bagaikan di kocok dengan paksa, kumuntahkan semua rasa pahit yang bersarang di tenggorokanku, tetap saja, hanya salivaku yang berhasil tertarik keluar. Rasa mual ini hanya menghabiskan tenagaku.
Aku lelah, ingin rebah dan tertidur pulas. Aku bahkan lupa rasanya bermimpi karena penyakit ini selalu saja menyeretku untuk terbangun.
Aku tidak tahan lagi.Kutarik pintu lemari kecil yang bertengger di samping cermin kamar mandiku, mengambil botol berwarna putih lalu mengeluarkan isinya. Tanganku bergetar hingga butir-butir yang kukeluarkan jatuh ke dalam pembuangan air, tersisa dua butir di genggamanku. Kuteguk paksa obat itu tanpa bantuan air minum.
Mataku terpejam kuat sembari merasakan obat itu sudah bekerja. Sekarang yang kurasakan adalah—mengantuk.
***
Author Pov-
-
"Berhenti manggil gue pake panggilan norak lo itu!"
"Emang ken.."
"Terserah! Intinya gue ga suka!"
"Yaudah mulai sekarang gue panggil sayang, gimana?"
"Raka!"
KAMU SEDANG MEMBACA
HER √
Random[REVISI] Bagi Seira, Angga itu abu-abu. Tidak ada warna yang mencolok, entah hitam atau putih. Terkadang dia begitu dingin, tapi dilain sisi ia sangat penyayang dan terlihat hangat. AmazeCover by: @carpediaem # 179 - DIA // 180511 # 814 in RANDOM...