10

103 19 2
                                    

Jadilah Readers yang baik, tinggalkan Vote dan Comment yang bermanfaat.
Happy Reading 💜

Author Pov-

Sekali lagi, tangan kiri gadis itu terangkat untuk menyingkirkan bulir-bulir peluh di sekitar wajahnya. Dengan kepala yang diharuskan mendongak menghadap bendera, ia sudah kelelahan. Tangan kanannya juga tampak sudah meloyo, berulang kali ia mengulum bibirnya.

Hampir setengah jam ia masih setia berdiri di hadapan tiang bendera pagi itu, yang entah kenapa cuacanya lumayan terik. Walaupun panas matahari pagi itu menyehatkan, tapi kali ini tidak bagi gadis dengan gerai rambut panjang sebahu itu.

"Makan dulu!" suruh seorang lelaki yang tiba-tiba menghampirinya dan menyodorkan sebungkus roti coklat.

Seira mengernyit menghadap lelaki itu, lalu menggeleng.

"Engga, ga usah. Gue lagi dihukum bego,"

"Lo mau pingsan?" tanya lelaki itu tajam.

Seira mendelik kesal, "Kalo ketauan, hukuman gue ntar ditambah."

"Engg.."

"Udah deh, balik ke kelas aja sana." Usir Seira pada lelaki yang masih menuntutnya untuk makan.

Lelaki itu masih diam, memandang tajam Seira yang masih keras kepala.

"Gue bisa! Lagian bentar lagi kelar kok,"

Lelaki itu tak berkutik, masih dengan tatapan awalnya.

"Raka balik!" titah Seira dengan nada sedikit tinggi.

Angga mengeraskan rahangnya, memperhatikan sepasang remaja sedang berdiri di tengah lapangan. Entah apa lagi yang diperbuat gadis itu, selalu saja jadi biang masalah.

Lelaki bersama Seira yang bernama Raka itu akhirnya mengalah, sebenarnya ia tak tega melihat Seira dihukum seperti itu. Sudah hampir lewat setengah jam, tapi guru piket belum juga memberhentikan waktu hukumannya. Raka sampai rela keluar kelas, berlari di sepanjang koridor hanya untuk membelikannya roti. Karena Raka tahu, gadis itu pasti belum sarapan.

Seira mengedipkan matanya berkali-kali, pandangannya tampak buram. Tapi diusahakannya untuk terus melanjutkan hukumannya, kepalanya pusing luar biasa, sesak di dadanya kembali meradang. Ada nyeri hebat di sekitar rongga dadanya, serasa pernapasannya kehilangan oksigen.

Seira memejamkan matanya untuk menahan, ia meremas dadanya yang terasa sakit. Ia kekurangan oksigen, ia membuka mulutnya untuk bernapas, berharap dengan cara itu ia bisa menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

Tapi tak bisa, matanya mengabur, penglihatannya serasa bergoyang tak tentu arah. Ia bisa mendengar degup jantungnya yang tak beraturan, seragamnya sudah kusut tepat di bagian dimana ia meremasnya sekuat tenaga.

Kakinya mati rasa, benar-benar mati rasa. Tidak sanggup menahan tubuh kecilnya lagi,
Belum lebih dari tujuh langkah Raka menjauh dari Seira,

Bruuuukkk!

Akhirnya gadis itu ambruk. Menyatukan tubuhnya ke permukaan lapangan. Raka segera berlari mengejar Seira, berharap waktu membiarkannya menahan tubuh gadis itu, sayangnya tidak bisa.

HER  √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang