Jadilah Readers yang baik. tinggalkan Vote dan Comment
Happy Reading 💜✏
"Seira mana Lan?" tanya Reynand setelah membereskan barang-barangnya sepulang dari pekerjaan luar kotanya.
"Belum pulang kak," jawab Lania lemah.
Reynand duduk di salah satu bangku teras belakang, di samping Lania.
"Kuliah kamu gimana?" tanya Reynand lagi.
Lania menunduk sebentar, menoleh lalu memaksakan sebuah senyuman.
"Aman kak, cuma lagi sibuk skripsi aja."
Reynand mengangguk, "Angga gimana?"
"Seperti biasa,"
Beberapa menit suasana hening, hanya suara gemuruh yang mengisinya. Langit akan merintik sebentar lagi, membawa pergi jingga yang harusnya hadir senja ini.
"Ada yang lagi kamu pikirin Lan?"
Lania menatap Reynand dalam, dari wajahnya Reynand tahu Lania sangat kelelahan. Entah karena perkuliahannya atau karena sesuatu mengganggu pikirannya.
"Kemarin Seira nangis, dia kangen papa, mama." Tutur Lania lemah.
"Kalo gitu, besok kita ke makam." Jawab Reynand pasti.
Lania hanya menanggapinya dengan seutas senyum, senyum yang menandakan ada sebuah rahasia besar dibalik itu, senyum yang ia harap Reynand bisa mengerti tanpa ia harus bicara.
Reynand berdiri dengan sebelah tangan di dalam saku celananya, menepuk pelan bahu Lania.
"Kamu jangan stres Lan, jangan terlalu dipikirkan skripsi itu. Jaga makan trus istirahat," pesan Reynand, ia sangat tahu apa yang tengah dihadapi adik perempuannya itu.
Betapa banyak beban pikirannya sebagai mahasiswi ilmu kedokteran tingkat akhir, juga sebagai pengganti Mama untuk kedua adiknya.
Reynand sangat menyayangkan, kenapa ia harus selalu sibuk bekerja, harus keluar kota paling sedikit dua kali sebulan. Tetapi, segalanya juga demi keluarganya, demi kelangsungan kehidupan adik-adiknya, demi sekolah ketiga orang tersayangnya.
Hanya itu, demi mereka.
Mereka yang menjadi alasan kenapa Reynand bisa sekuat sekarang.
Reynand bahkan rela bekerja keras demi mereka, rela menahan lelah bolak-balik kota demi bekerja, bahkan nyawa pun ia mau menukarnya.Sekali lagi, demi mereka.
Ckrek!
Bersamaan dengan terbukanya pintu depan rumah, kedua makhluk bernyawa itu refleks menoleh ke arah pintu.
Reynand segera berjalan menuju ke arah pintu, lebih tepatnya mengejar lelaki yang baru saja masuk ke dalam rumah.
"Kapan pulang kak?" sapa Angga lalu menyium punggung tangan Reynand.
Reynand tersenyum, "Tadi pagi, gimana kalau kita jalan keluar sebentar?"
Angga diam, sepersekian detik berikutnya ia menatap kembali wajah Reynand.
KAMU SEDANG MEMBACA
HER √
Random[REVISI] Bagi Seira, Angga itu abu-abu. Tidak ada warna yang mencolok, entah hitam atau putih. Terkadang dia begitu dingin, tapi dilain sisi ia sangat penyayang dan terlihat hangat. AmazeCover by: @carpediaem # 179 - DIA // 180511 # 814 in RANDOM...