12

81 18 5
                                    

Jadilah Readers yang baik, tinggalkan Vote dan Comment yang bermanfaat.
Happy Reading 💜

"Tau ah, capek!" Seira memalingkan wajahnya dari buku paket sosiologi itu.

"Ya ampun, itu aja ga ngerti! baca dulu materinya elah, belum apa-apa udah capek aja." Ujar Raka sewot.

"Udah hampir siang ini Raka, gue capek, laper, gerah, pusing, ngantuk tau ga?!" Seira merungut melirik Raka sekilas kemudian kembali memperhatikan dedaunan yang terseret angin sedari tadi.

"Gimana mau pinter lo? belajar aja males." Balas Raka ketus.

"Enak lo pinter," jawab Seira tanpa melirik Raka.

"Gue gini juga berjuang belajar tauk!"

Seira mendengus sebal, tak ingin terlibat perseteruan lagi dengan Raka. Memang otaknya tidak bisa mengemban materi sebegitu banyak, jadi mau diapakan lagi?

Hening, sampai suara lembut bak malaikat itu memecahnya menjadi suasana yang sedikit hangat.

"Makan siang disini ya Sei," ajak Ana sambil membawa sepiring cupcakes dan cemilan keripik.

Seira menoleh dengan senyum lebarnya, senyum yang ia tak mengerti kenapa harus sesenang ini hanya dengan mendengar suara Mama Raka.

Ana duduk di samping Seira, lalu menyodorkan piring cupcakes itu padanya.

"Cobain deh, Tante baru pertama kali masak cupcakes, kalau rasanya amburadul dimaklumin aja ya Sei." Ana tersenyum seraya mengusap gerai rambut Seira sayang.

Seira balas menatap Ana dengan lembut, tak tahu kenapa Seira merasa begitu nyaman saat di dekat Ana, iris mata milik Ana sangat menenangkan bagi Seira. Seolah Seira tak ingin beranjak sedikitpun dari samping Ana saat ini, ia ingin waktu lebih lama.

Apa karena ia sangat merindukan Risa? Mamanya yang telah lama pergi.

Seira mencomot potongan kecil cupcakes itu, lalu memasukkannya cepat ke dalam mulut. Beberapa detik dikulumnya kue berbahan dasar coklat itu, matanya mengerling seakan menikmati potongan kecil yang kini memenuhi mulutnya.

Ana terlihat sangat gemas, senyumnya tak pudar-pudar semenjak bertemu Seira tadi. Raka mencebik, melihat Seira berlagak sok imut begitu.

"Gimana?" tanya Ana tak sabar.

Seira memutar bola matanya jahil, "Enak kok Tan, enak."

"Masa sih? padahal Tante masih coba-coba loh,"

"Raka ga ditawarin Ma?" tanya Raka seakan keberadaannya tak dianggap.

"Iya dicoba dong Ka," Ana tersenyum simpul.

Seira masih nyaman memandang sisi wajah Ana saat ini, tarikan senyumnya yang natural dan sorot mata penuh kasih sayang.

Seira kangen Mama,

Ana menoleh lagi pada Seira yang kini ketahuan memandanginya, "Dimakan lagi Sei, Tante sengaja bikin ini buat kamu."

HER  √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang