Jadilah Readers yang baik, tinggalkan Vote dan Comment yang bermanfaat.
Happy Reading 💜✏
Author Pov-
"Papa masih di rumah ma?" tanya Raka saat melihat Ana sibuk di balik konter dapur.
"Papa di taman belakang sayang," balas Ana tanpa menoleh pada Raka, karena ia sedang sibuk dengan kompornya.
Raka tahu, Ana selalu rajin memasak jika Fauzan di rumah.
Raka memutuskan langsung menyusul Fauzan ke taman belakang, masih dengan ransel yang bergelayut di salah satu bahunya.
"Pa-p.."
Suaranya tercekat saat mendapati Fauzan tengah berbincang seraya terkekeh sesekali bersama seseorang.
Seseorang yang selama ini ia anggap sebagai abangnya, orang yang menyebabkannya selalu menjadi yang nomor dua.
Raka mengurungkan niatnya untuk menemui Fauzan, ia memutuskan untuk ke lantai dua saja menuju kamarnya dari pada menyaksikan adegan Ayah dengan anak kesayangannya.
Dengan cepat ia menaiki anak-anak tangga menuju lantai dua, ia membuka pintu kamarnya dalam satu sentakan kasar. Dilemparnya asal ranselnya lalu berjalan menuju balkon kamarnya.
Dari sini, ia bisa melihat betapa akrabnya dua lelaki di bawah sana. Asik bergurau tanpa kehadirannya,
Raka tidak membenci lelaki yang dianggapnya abang itu, bahkan menyayanginya. Tapi dalam waktu yang bersamaan, terkadang ia juga benci dan iri pada lelaki yang lebih tua dua tahun darinya itu.
Tok tok tok,
"Kenapa ma?" tanya Raka membuka pintu kamarnya sedikit.
"Papa nyariin kamu, ayok turun dulu. Mama bikin sandwich sayur,"
Setelah mengangguk pelan, Ana berlalu dari kamar Raka, ia mengacak rambutnya kesal. Raka tidak suka berada diantara orang tua dan abangnya itu. Ia sudah tahu topik pembicaraan apa yang akan dibahas nantinya.
"Kamu udah pulang Ka?" sapa Fauzan saat melihat Raka berjalan mendekat ke arah bangku taman.
Raka hanya mengangguk lemah dengan senyum seadanya, lalu mengambil posisi di seberang abangnya.
"Mama bikin sandwich," ujar Ana sumringah seraya meletakkan piring berisi sandwich itu di tengah meja.
Fauzan mencomot satu, begitu pula abang Raka. Hanya Raka yang masih diam menatap kosong piring itu.
"Dimakan dong Ka," suruh Ana kala tahu anak bungsunya hanya diam.
Raka mengedip dua kali lebih cepat, lalu segera mencomot isi piring itu.
"Kapan kamu ajak Seira main ke rumah lagi Ka? Mama kepengin ketemu Seira,"
"Uhuk,huk."
Terdengar suara batuk yang bersamaan dari kedua remaja lelaki itu. Dengan cepat Ana berlari menuju dapur untuk mengambil air minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
HER √
Random[REVISI] Bagi Seira, Angga itu abu-abu. Tidak ada warna yang mencolok, entah hitam atau putih. Terkadang dia begitu dingin, tapi dilain sisi ia sangat penyayang dan terlihat hangat. AmazeCover by: @carpediaem # 179 - DIA // 180511 # 814 in RANDOM...