"Lho, kok belum mandi, Kak?" tanya Bila kepada Masha yang masih memakai piyama.
Hari ini adalah hari Sabtu, yang berarti kalau suaminya libur. Sebelum keluar untuk menyuapi Naufal, Bila sudah menanyakan kepada Masha ingin ke sekolah dengan siapa, yang pilihannya jatuh ke tangan ayahnya. Namun, saat waktu sudah menjelang siang, Masha justru masih bergelung di sofa sambil menonton televisi.
Masha menggeleng. Bila mengalihkan pandangan kepada Daffa, meminta penjelasan.
"Sudah aku minta siap-siap, Mei. Sudah dirayu-rayu juga. Dia bilang tetap nggak mau sekolah."
Daffa menjelaskan sambik berdiri, diambilnya Naufal dari gendongan Bila.
"Biar aku mandiin Naufal, kamu coba bujukin kakaknya."
Bila ikut duduk bergabung bersama Masha. Diusapnya rambutnya yang sekarang mulai panjang.
"Mandi yuk, Kak? Kan hari ini masih sekolah, besok baru libur."
"Ndak mau, Mei. Kak Masha hari ini ndak mau sekolah."
"Kenapa?"
"Ya, pokoknya ndak mau."
"Katanya Kak Masha pengen jadi dokter kayak Om Andra, ya harus pintar dulu dong. Kalau mau pintar, harus sekolah," rayu Bila mencoba membujuk Masha.
"Kak Masha capek, Mei."
Tangan Bila reflek terulur untuk menyentuh kening Masha. Biasanya, Masha akan mengeluh capek jika sedang tidak enak badan, tetapi kali ini suhunya terasa normal. Kemarin, Masha juga hanya bermain seperti biasanya. Pulang sekolah, mereka ke tempat Rangga untuk menengok Raffasya dan baru pulang sore hari ketika suaminya menjemput. Itu pun Masha masih sempat tidur di sana.
Ini bukan alasan Masha buat malas-malasan aja, kan?
"Kak Masha belum mandi juga? Dek Naufal saja sudah ganteng, Kak," tegur Daffa setelah selesai memandikan Naufal. Tiga puluh menit sudah berlalu sejak dia meninggalkan Masha, tetapi anaknya itu masih dalam posisi yang sama. Bergelung dengan guling kesayangannya.
Bila mengangkat bahunya, tanda menyerah.
"Ya sudah, hari ini saja ya boleh bolosnya, Kak? Besok-besok Ayah tidak suka kalau Kak Masha bolos."
"Beneran, Yah?" tanya Masha dengan mata berbinar. Dia tersenyum puas dan kembali mencari posisi yang nyaman.
"Iya, tapi sekarang mandi dulu, ya. Kita mau ke rumah Dek Raffa."
"Oke, Yah!" Masha langsung bangkit dari posisinya, dia berlari kecil menuju kamar mandi, "Asikkk, ke rumah Om Rangga, rumah Nte Syafa, ketemu Dek Raffa. Siapa tahu nanti ada Syifa sama Syafa."
"Tadi alasannya kecapekan, sekarang kok jadi semangat empat lima gitu," kata Bila sambil berdecak. Dia akhirnya bangkit untuk menyusul Masha, meninggalkan Naufal yang sudah menguap bersama ayahnya.
"Meiiii, buruan!"
Suara teriakan dari kamar mandi terdengar, membuat Bila menggelengkan kepala geli.
💖💖
Tepat jam sembilan pagi, keluarga Bila bertamu ke rumah Rangga. Mereka membawa serta ayunan electric milik Naufal yang sekarang sudah tidak digunakan lagi. Naufal hanya memakainya sampai usia satu tahun, sehingga Bila menawarkannya untuk dipakai Raffasya. Tentu saja, Rangga dan Syafa dengan senang hati menerimanya.
"Lho, Kak Masha kok nggak sekolah, Kak? Ini hari Sabtu, belum libur, kan?" tanya Rangga kepada Masha.
"Ndak, Om."
"Kamu libur, Kak?" Syafa menebak.
Masha menggeleng. "Ndak, Nte. Kak Masha ndak berangkat sekolah, soalnya nanti kalau sekolah ditinggal ke sini sama Memei, Ayah, Dek Nopal juga."
Bila dan Daffa bengong mendengar penjelasan Masha. Jadi, alasan capek dan segala macamnya yang tadi diberikan oleh Masha itu hanya agar dirinya ikut ke rumah omnya?
Padahal, mereka sempat berpikir kalau Masha sedang bosan sekolah, sampai-sampai Daffa memberinya ijin membolos agar tidak jenuh."Jadi, kamu nggak berangkat sekolah biar nggak ditinggal gitu, Kak?" tanya Rangga sambil tertawa.
"Iya, Om."
"Kok kamu tahu, Kak kalau Ayah sama Memei mau ke sini?" tanya Bila penuh selidik. Seingatnya, dia baru memberi tahu suaminya tentang rencana ini ketika malam hari dan Masha sudah tidur.
"Kemarin, waktu Kak Masha udah ngantuk, Memei bilang sama Om dan Tante kalau mau bawain ayunannya adek pas Ayah libur."
Rangga tergelak mendengar penjelasan keponakannya.
"Kak Raffa, jangan ditiru ya, Kak," ujarnya seolah anak yang digendongnya sudah mengerti. Bayi itu tertawa, senang karena diajak bicara.
"Besok-besok harus hati-hati kalau ngomong," ujar Bila dengan dramatis. Kalau saja dia tahu akan seperti ini, pasti akan meralat ucapannya, misalnya saja akan mengantar ayunan sepulang Masha sekolah. Huffft.
💖💖
Seorang anak biasanya merekam dengan baik apa yang pernah didengarkan, karenanya sebagai orangtua harus pintar meramu kalimat agar bisa menjadi contoh bagi anaknya.
Jangan salah fokus ke Om-nya Masha ya, Nte😄😄. Btw, kalau belum move on boleh ikutan giveaway.nya di instagram😘😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Harian Masha
HumorIni cerita tentang seorang anak bernama Masha. Ini bukan cerita tentang bagaimana cara mendidik anak dengan baik dan benar, melainkan hanya hal-hal sederhana yang sering dijumpai pada anak-anak.