"Kak Masha, memangnya kamu pengen punya adik lagi, Kak?" tanya Najwa yang hari ini bertemu Masha di rumah Ayah Reffi. Dia bertugas mengantarkan nasi hajatan dari kerabatnya.
"Iya. Terus maunya adik cewek, Nte. Nanti bisa Kakak ajak main barbie, terus rambutnya nanti dikepangin. Cantik deh, kayak Kak Masha."
Najwa nyaris tergelak mendengar kicauan keponakannya. Ajarannya siapa ini percaya dirinya bukan main?
"Kak, kalau kamu punya adik nanti ndak disayang lagi lho," isengnya.
"Siapa bilang, Nte?"
"Kamu kan yang bilang, katanya apa-apa Dek Naufal, dikit-dikit Dek Naufal, terus katanya kamu ndak disayang lagi."
Najwa ingat betul ketika Masha bercerita tentang ibunya yang sibuk mengurus Naufal dan dia merasa diabaikan. Sindrom menjadi kakak baru. Tepatnya ketika Naufal masih belum lama terlahir di dunia. Saat itu Masha beberapa kali diinapkan ke rumah Ayah Reffi, juga ke rumahnya demi mendapatkan perhatian.
"Oh, itu." Masha menjawab tanpa pikir panjang. "Kak Masha salah, Nte."
"Kamu bisa salah juga, Kak? Salah gimana?" tanya Najwa tidak mengerti.
"Iya, Nte. Jadi, dulu Memei sama Ayah urusin adek terus soalnya adek masih kecil, bisanya cuma nangis. Laper, nangis. Ngompol, nangis. Haus, nangis. Cengeng kan, Nte?"
"Iya, kamu dulu juga begitu Kak pas kecil, cengeng," jawab Najwa mengiyakan.
Bukannya protes ketika dibilang cengeng, Masha justru tertawa renyah. Najwa terheran-heran dibuatnya. Masha yang dulu, selalu protes, sambil berteriak akan mengatakan kalau dia itu tidak cengeng.
"Bukan cengeng, Nte. Kata Ayah, kalau masih kecil ya begitu. Bisanya cuma nangis, sama kayak Kakak dulu. Makanya adeknya harus diperhatiin. Ayah, Memei, sayang adek, juga sayang kakak. Kayak lagu itu lho, Nte."
Najwa mengangguk saja mendengar jawaban Masha.
"Terus Nte, kalau adek kan pas Kakak sekolah udah sama Memei. Makanya buat Kakak, Ayah sama Memei suka ngajakin pergi, adeknya ditinggal tempat Uti. Kayak tadi pagi Kakak diajakin ke timezone terus makan ayam. Ayah sama Memei tetep sayang Kakak jadinya, cuma sayangnya dibagi sama adek. Ngerti ndak, Nte?"
Ngerti sih, Sha, tapi endingnya ndak enak banget. Gaya bahasamu itu lho.
"Kak, dipanggil Uti mau dikasih ubi rebus."
"Asikkkkkk! Ubi rebus enakkkk!" teriak Masha kegirangan mendengar ucapan ibunya. Dia langsung meninggalkan Najwa yang tadi menemaninya bermain begitu saja.
"Lain kali, kamu nggak boleh mengatakan hal itu sama anak kecil, Wa."
Najwa menatap kakak sepupunya tidak mengerti.
"Kenapa, Kak?"
"Karena anak kecil itu suka menangkap mentah-mentah apa yang didengarnya. Dulu, Masha itu udah jadi korban banyak omongan yang bilang nggak disayang itu. Hari ini dia semangat pengen punya adek, besoknya tiba-tiba bilang nggak mau punya adek. Alasannya, katanya A, katanya B, katanya C, kalau punya adek nanti dia nggak disayang lagi. Terus dia bilang temennya, Kak Deni habis punya adek suka ditinggal di rumah sama eyangnya, kalau pergi cuma adeknya aja yang diajak. Makanya, aku sama Kak Daffa selalu ngasih pengertian kalau itu nggak bener, sayangnya kami ke dia nggak berubah. Yahh, walaupun tetap aja pas Naufal lahir dia masih merasa nggak disayang, suka ngambek, caper. Pokoknya ada aja tingkahnya."
Najwa menatap Bila sambil menghela napas, "Ternyata nggak sesederhana kelihatannya, ya? Aku lihatnya enak dan seru aja gitu punya anak."
"Enak sama serunya sih memang, tapi ada pahit-pahitnya dikit," jawab Bila sambil tertawa. Naufal yang ada di gendongannya pun ikut tertawa seakan paham.
"Jadi, Naufal kadang dititipin ke sini terus ajak Masha piknik tanpa adiknya itu tujuannya biar dia nggak merasa diabaikan?"
"Betul."
"Idenya sederhana, tapi keren! Dulu, kupikir karena Kak Bila sama Kak Daffa nggak mau ribet bawa dua bocil makanya ditinggal" Najwa berkata dengan takjub.
"Aku dulu juga nggak kepikiran sampai situ, Wa. Kak Daffa justru yang punya ide demikian."
"Kak Daffa ada KW-nya nggak sih, Kak? Dia itu bapak dan suami yang keren."
"Memangnya barang branded," jawab Bila cepat.
"Huh, coba aja punya adek, aku ajak nikah deh. Atau barangkali mau nambah istri biar kekinian?"
Najwa nyaris tergelak usai mengerjai kakak sepupunya. Dia tahu betul kalau Kak Bila suka baper jika ditanyakan masalah ini. Jadi, Kak Bila pernah bercerita kalau dia tahu secara agama poligami memang dibolehkan. Akan tetapi, hatinya tidak bisa mengijinkan. Hm.
"Satu aja tidak habis, Wa."
Jawaban yang datang dari kakak ipar yang baru saja muncul dari dalam bersama Masha membuat Najwa mengalihkan pandangan.
"Terus ya, syaratnya berat, tidak semudah yang kelihatannya. Bila sama Masha yang suka berebut cari perhatian saja sudah luar biasa, apalagi sekarang ada Naufal. Berat, sama kayak rindunya Dilan, jadi biar yang lain saja."
"Cieee, tumben update film terbaru, Kak? Biasanya juga nggak pernah ke bioskop."
"Kan Kak Daffa anak 90-an, Wa," jawab Bila dengan suara ceria.
Najwa tersenyum, memang ya hanya dengan sepotong jawaban singkat saja bisa mengubah mood seseorang.
"Hahaha, iya betul. Generasi lama," ujarnya kemudian.
"Generasi lama dan stok terbatas, Wa. Spesial cuma buat Bila."
Ah, rasanya Najwa ingin segera pulang daripada baper melihat keluarga kakaknya ini.
**
Cerita ini terinspirasi dari postingan UmmuBalqis, juga postingan yang sempat viral tentang kakak yang tanpa sengaja membunuh adiknya. Jadi, teman-teman, mulai sekarang hati-hati dalam bertutur kata, ya. Biasakan untuk berkata yang baik-baik saja. *catatanuntukdirisendirijuga
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Harian Masha
Hài hướcIni cerita tentang seorang anak bernama Masha. Ini bukan cerita tentang bagaimana cara mendidik anak dengan baik dan benar, melainkan hanya hal-hal sederhana yang sering dijumpai pada anak-anak.