Assalaamualaikum...
Sebelumnya mohon maaf ya teman2 Kak Masha lagi jarang muncul. Maaf jg komen di bab sebelumnya nggak dibalesin 1.1. Oh iya, ini masih di bulan Syawal ya.Selamat Hari Raya Idul Fitri
1 Syawal 1440 Hijriahتَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ صِيَامَنَا وَصِيَامَكُمْ تَقَبَّلْ يَا كَرِيْمَ
Taqabbalallohu Minna wa Minkum shiyaamanaa washiyaamakum
taqabbal ya KariimMohon maaf lahir batin atas segala salah & khilaf.
Semoga amal ibadah dan Puasa kita diterima Allah SWT.Berdasarkan vote akhirnya bagian promo ini dipublish. Semoga sedikit mengobati rindu.
🐣🐣🐣
"Mei, Dek Nopal gangguin kakak terus dari tadi," adu Masha ketika pensil warnanya diambil Naufal.
"Dikasih pinjam satu, Kak."
"Tapi gangguin Kakak mewarnai, Mei. Mau nyoret-nyoret dari tadi."
"Coba dikasih kertas kosong, biar adeknya nggak ganggu Kakak," ujar Bila menjawab santai.
Bukannya memberikan kertas pada Naufal, Masha justru beranjak mendekati ibunya.
"Memei tuh buat apa, sih? Dari kemarin main benang terus. Sini, Kakak mau main benang juga buat nali balon. Yang panjang, ya."
Bila meringis.
Harganya kan mahal, Kak.Fuhh, pada akhirnya benang satu meter berakhir untuk mainan Masha.
"Mei, balonnya Dek Nopal sekalian juga. Udahan mewarnainya, sekarang main aja." kata Masha tak berselang lama.
Lagi? Untung saja balonnya cuma dua.
Tak lama kemudian, Masha kembali menghampiri ibunya.
"Mei, Kakak boleh minta tali lagi?"
"Buat apa, Kak? Kan balonnya udah abis."
"Kakak mau buat pagar bunganya memei."
"Talinya kan buat bikin boneka, Kak. Bukan buat mainan," ujar Bila menjelaskan.
"Kakak ndak mainan kok."
Bila mendesah. Masha ini paling jago urusan beragumentasi. Ada saia alasan untuk membela diri. Baiklah, berarti dia harus menyimpan benang demi kebaikan bersama.
**
"Yah, Memei tuh mainan benang terus. Kakak mau minta satu gulung aja ndak boleh."
Masha mengadu pada ayahnya yang sedang menemani bermain sambil memangku Naufal. Di sisi lain, Ibunya ada di seberang dengan mata fokus pada benang dan hakpen.
"Yah, beliin kado buat adeknya Dek Raffa napa? Biar Memei ndak sibuk terus."
Daffa tersenyum geli, dilihatnya Bila yang sibuk membongkar kembali hasil rajutannya. Wajahnya mulai tampak frustrasi.
"Belum nyerah juga, Mei?" tanyanya kalem.
Bila terlihat menghela napas.
"Aku kalau lihat Nada buat gitu kok kaya gampang banget ya, Yah? Mana bonekanya lucu-lucu. Kan lumayan bisa buat kado adeknya Raffa nanti. Ternyata emang paling enak ngelihat, giliran buat dari kemarin gagal terus.""Pasti mahal ya Nada jualnya?"
"Banget."
"Itulah mahalnya kreatifitas, handmade, nggak bisa dikerjain mesin. Nilai plusnya di situ. Sudah, pesan sama Nada aja mainan bayi. Kasihan Masha caper gitu kamu cuekin."
"Boleh?"
"Iya."
"Beneran? Beli jadi aja nih? Mahal lho, Yah."
"Hm."
"Kakak mau dipesenin boneka juga, Yah. Boneka yang baju sama kerudungnya bisa dilepas gitu," sahut Masha yang tiba-tiba menyahut obrolan orangtuanya.
Bila menahan tawa ketika melihat Daffa menghela napas. Boneka yang dimau Masha itu harganya bs lebih mahal dari kado buat Raffa.
"Kakak kan bonekanya udah banyak," tolak Daffa mencoba menghindari permintaan Masha.
"Tapi kan yang dari benang belum punya, Yah. Bonekanya Nte Najwa lucu-lucu deh. Nanti biar aku kasih lihat ke Daun, ke teman-teman juga."
"Pamer, Kak?"
"Bukan pamer, Ayah. Tapi biar teman-teman beli juga bonekanya, terus nanti jualan bisa Nte Najwa laris."
"Terus?"
"Nte Najwa sering ajakin Kak Masha main. Katanya -Kak, Tante alhamdulillah jualannya laris, main yuk-. Begitu!"
Jadi, tetap saja ada udang di balik batu gitu Kak?
Anggep aja lapak Nte Najwa😂😂
💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Harian Masha
HumorIni cerita tentang seorang anak bernama Masha. Ini bukan cerita tentang bagaimana cara mendidik anak dengan baik dan benar, melainkan hanya hal-hal sederhana yang sering dijumpai pada anak-anak.