"Mei, kita kapan beli baju baru?"
Baju baru? Bila tidak mengerti kenapa tiba-tiba Masha membicarakan baju baru. Mereka tidak pernah membahas soal baju baru sebelumnya.
"Maksudnya, Kak?"
"Daun kemarin abis beli baju baru, Mei. Katanya kalau lebaran itu pakai baju baru. Jadi, kapan Kakak dibeliin baju baru?"
Daun lagi? Bila menghela napas. Sahabatan sih boleh, tetapi tidak semua yang Daun lakukan harus ditiru. Kemarin, Masha juga baru saja mengajukan protes karena Daun. Ketika pulang mengaji, Masha tiba-tiba berkata ingin dijemput olehnya, lalu makan disuapi waktu berbuka. Saat dikonfirmasi kepada ayahnya, ternyata setiap usai Maghrib ibu Daun datang ke mushola untuk menjemput Daun. Akan tetapi, selanjutnya jadi menyuapi Daun yang sedang memakan takjilnya agar cepat habis. Sementara Masha, ayahnya baru akan keluar mushola ketika sudah selesai makan.
"Anak soleha udah gede harus makan sendiri. Kalau makan di rumah terus Memei sama Ayah tidak sibuk, baru disuapi."
Memang sudah anak ayah, Masha yang tadinya merengek minta dijemput akhirnya berhenti ketika ayahnya berkata demikian.
"Kak, nggak setiap lebaran harus pakai baju baru. Kakak kan kemarin sebelum puasa baru beli baju waktu diminta ayah kasih tiga alasan. Terus sekarang kalau mau baru harus kasih lima alasan, kan. Udah punya alasannya?"
Bila mencoba memberi pengertian. Kalau dituruti keinginannya, putrinya ini tipe semua ingin dibeli.
Masha menggeleng.
"Jadi nggak usah beli baju, ya, Kak? Kan besok mau dibeliin Om Didi juga."
"Ya udah, deh," jawab Masha pasrah.
Anak pintar.
"Mei, kalau minta sandal boleh? Kakak belum punya alasannya, tapi kakinya udah keluar, Mei. Kekecilan."
Kalau sudah begini, Bila tidak bisa mengelak lagi.
"Boleh. Kalau Ayah udah libur nanti beli, ya. Oh iya, Kak, nanti sore Om Didi minta kamu nemenin buka bersama. Mau, Kak?"
Masha menggeleng lagi.
"Kenapa?" tanya Bila heran. Tumben Masha menolak ajakan omnya. Padahal, biasanya malah dia yang mengajak omnya berpergian.
"Kakak kan mau latihan takbiran, Mei. Memei lupa toh kalau Kakak boleh ikut takbiran besok?"
Masha menjawab dengan senyum merekah. Wajar saja, ini adalah pertama kalinya dia diperbolehkan ikut takbir keliling. Sehabis tarawih, Masha tak langsung pulang karena latihan. Dia juga tidak mengantuk lagi ketika shalat, karena justru bermain dengan teman-temannya di halaman mushola. Ck.
"Latihan kan abis tarawih, Kak."
"Kata Mbak Ana, nanti pas ngaji sore juga latihan," jelas Masha yang kekeh tidak mau pergi buka bersama.
"Ya udah, nanti Memei bilangin Om Didi-nya."
❤❤❤
Setelah Asar, Didi muncul dengan goodiebag di tangan. Rupanya dia membawa baju lebaran pesanan Masha.
"Om itu baju buat Kakak, ya?" tanya Masha heboh, tangannya hendak mengambil alih ketika Didi dengan cekatan mengangkatnya lebih tinggi.
"Bukan," jawab Didi menjelaskan.
Masha yang melompat-lompat membuatnya tertawa geli
Percuma, Kak, kamu masih pendek.
"Kakak mau lihat, Om. Sini turunin!" rengeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Harian Masha
HumorIni cerita tentang seorang anak bernama Masha. Ini bukan cerita tentang bagaimana cara mendidik anak dengan baik dan benar, melainkan hanya hal-hal sederhana yang sering dijumpai pada anak-anak.