Diary Ramadhan 18

7.6K 1.3K 80
                                    

Ramadhan

"Mei, kok sekarang yang shalat tarawih itu cuma dikit banget, toh?" tanya Masha di suatu sore.

Bila tersenyum mendengar pertanyaan Masha. Faktanya memang demikian, jamaah di mushola hanya ramai di awal Ramadhan. Semakin lama, semakin terkikis, seperti seleksi alam.

"Jamaahnya lagi pada pergi mungkin, Kak. Jadi, shalatnya di rumah karena pas waktunya shalat belum pulang."

"Kayak Daun pas beli baju baru itu, Mei? Ndak tarawih gara-gara beli baju? Padahal beli baju kan bisa pagi."

Masha yang kurang puas dengan jawabannya mengajukan protes. Namun, apa yang dikatakan Masha sama sekali tidak salah. Mall menjelang hari raya itu sadisnya minta ampun, pengunjungnya nyaris seperti pasar. Tidak peduli pagi, siang, atau pun malam harinya akan selalu ramai. Bahkan di waktu shalat pun demikian. Memang sih, shalat sunnah bisa dilakukan di rumah, tapi kan....

"Mei, memang lebaran berapa hari lagi, ya? Takbirannya kapàn?" potong Masha menyela pikirannya.

"Lusa, Kak. Puasa tinggal hari ini sama besok. Besok malam udah takbiran."

"Kak Masha sedih, Mei."

Jawaban Masha membuat Bila terpaku beberapa saat. Biasanya, Masha selalu semangat ketika membicarakan takbiran dan lebaran.

"Sedih kenapa, Kak?"

"Sedih soalnya bulan Ramadhan udah mau pergi. Padahal Kakak puasanya kayak belum lama."

MasyaAllah, Kak.

Bila pun merasakan hal yang sama. Ramadhan seperti baru kemarin datang dan sekarang akan segera berpisah. Tahun depan? Belum tentu bisa bertemu lagi. Kalau sudah begini, dia merasa belum rela, masih ingin bersama.

Ya Allah... apakah selama Ramadhan ini mereka sudah melakukan ibadah dengan baik? Atau justru sebaliknya?

"Besok kalau Ramadhan udah abis, Kakak ndak puasa lagi, ndak tarawih lagi, ndak latihan takbir lagi. Kakak kalau malam di rumah aja belajar sama tidur. Terus kalau ngaji ndak dapat takjil lagi."

Perkataan Masha yang tiba-tiba membuat Bila seperti dibawa terbang ke awan lalu dilempar ke bumi.

Baru juga baper, Kak. Malah urus takjil.

"Terus nanti abis lebaran Om Di kerja lagi, ndak pulang-pulang sampai lebaran lagi. Kakak dibeliin baju barunya lamaaaaa lagi."

Jadi, sedih karena takjil dan baju baru?

Arti Ramadhan bagi Masha masih sesederhana ini.

Ramadhan segera undur diri, manfaatkan sisa hari untuk terus mendekat pada Illahi.

❤❤❤

Catatan Harian MashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang