Assalaamu'alaikum. Adakah yang rindu Kak Masha? Semoga sedikit terobati rindunya, ya. Maafkan karena jarang muncul, karena kakaknya lagi kalem🤣
Selamat berjumpa Kak Masha😎
💖💖💖
"Kak, Uti bisa minta tolong dibeliin kecap?" tanya Bunda Alya kepada Masha yang hari ini datang berkunjung.
"Di warung sebelah, Ti?"
Masha yang tadinya sibuk memotong wortel menghentikan aktifitasnya dan memandang uti-nya penuh tanda tanya.
"Iya, di warung sebelah."
"Boleh. Mana uangnya, Ti? Tapi, ini wortelnya jangan dipotong ya, Ti. Nanti kakak mau lanjutin."
Beruntung sekali ada warung tepat di sebelah rumah. Jadi, meminta tolong Masha untuk membelikan kecap aman. Tidak melewati jalan raya, pun cukup berjalan kaki saja. Akan tetapi, sudah lima belas menit berlalu, Masha belum juga menunjukkan batang hidungnya. Kecapnya sudah mau dipakai untuk memasak rica-rica. Hmmm, dia tidak mungkin nyasar, kan? Baru saja berniat akan menyusul, suara yang tidak asing terdengar.
"Assalaamu'alaikum. Utiiii, ini kecapnya."
Suara teriakan Masha dari depan membuat Bunda Alya lega. Alhamdulillaah.
"Wa'alaikumsalaam. Dapat Kak kecapnya?"
"Ini di plastik, Ti. Sama kembaliannya juga."
"Kok belinya lama, Kak? Antri, ya?" tanya Bunda Alya sambil mengeluarkan plastik yang diberikan Masha. Plastik berisi satu kemasan kecap dan uang kembalian senilai sembilan ribu rupiah.
Bukannya menjawab Masha justru tertawa sebelum kemudian berkata, "Uti lama ya nungguinnya?"
"Iya."
"Tadi itu di sana ada kakak-kakak lagi dikepangin rambutnya sama ibuknya. Terus Kakak lihatin. Cantik deh, Ti. Besok Kakak mau manjangin rambut juga ah biar bisa dikepangin sama Memei."
"Ohh, begitu. Ya sudah, makasih ya kak sudah dibelikan kecapnya. Ini uang kembaliannya boleh buat Kakak, besok buat uang saku ke sekolah, ya."
Mata Masha langsung berbinar mendengar ucapan utinya. Tapi....
**
"Mei, Yah, besok Kakak rambutnya mau dipanjangin, ya," ujar Masha ketika dalam perjalanan pulang bersama ayah dan ibunya.
"Wahhh, boleh, Kak. Pasti cantik deh."
Ayahnya menjawab paling semangat. Dia dari dulu memang berharap Masha memanjangkan rambut. Sayangnya, setiap kali sedikit panjang, anakya meminta untuk dipangkas. Hm, padahal Masha berambut panjang baginya adalah hal yang menggemaskan.
"Yakin, Kak?" tanya Bila ragu.
"Iya, Mei! Tadi pas beliin Uti kecap di warung, Kakak lihat ada kakak-kakak dikepangin rambutnya sama ibuknya, cantik deh, Mei. Terus diujungnya dikasih pita pink! Wahhh, kaya Barbie kalau lagi dilepas kerudungnya gitu, Mei."
Bila tersenyum menanggapi cerita Masha. Barbie putrinya itu memang dimodifikasi menjadi boneka muslimah. Dipakaikan kerudung dan gamis juga. Hasil dari tangannya yang memanfaatkan pakaian tak terpakai. Bermodal jarum jahit biasa, jadilah pakaian Barbie versi baru. Dengannya, dia mengajarkan Masha agar berpakaian tertutup ketika keluar rumah dan boleh melepaskan kerudungnya ketika di rumah. Alhamdulillah, cara ini cukup efektif baginya.
"Oh iya, Mei. Tadi Kakak dikasih uang Uti habis beli kecap. Uangnya tolong ditukar dua ribu, Mei. Buat Kakak sekolah besok."
Uang lima ribu pemberian utinya dikeluarkan Masha. Dia mengulurkannya kepada ibunya untuk ditukarkan.
"Kak, kalau bantuin beliin Uti, ya boleh minta imbalan," tegur Daffa dengan mata tetap fokus mengemudi.
"Siapa bilang imbalan, Yah?" tanya Masha dengan suara tinggi, tidak terima dengan tuduhan ayahnya. "Tadi Kakak sudah bilang sama Uti kalau bantu nggak boleh pengen imbalan. Terus Uti Bilang, ini bukan imbalan, tapi hadiah soalnya Kakak jadi anak baik mau bantuin Uti."
Jawaban panjang dari Masha membuat Bila mati-matian menahan tawa. Dilihatnya Daffa yang mengusap kepala karena mati gaya.
"Masha kok dilawan, Kak. Tanya dulu sebelum diprotes anaknya," ujarnya dalam hati.
"Oh, Ayah salah ya, Kak? Maaf, ya."
"Iya Ayah salah! Kakak yang benar,"jawab Masha dengan kesal karena merasa diragukan oleh ayahnya.
Ups, sekarang saatnya Bila menjadi penengah.
"Jadi, ayah dimaafin ndak, Kak? Terus uangnya jadi ditukar?"
Masha terdiam lama, tidak langsung menjawab.
"Yahhhhh!" teriak Naufal yang memecah keheningan.
"Dimaafinlah. Nanti kalau ndak diminta Dek Nopal ayahnya." Sahut Masha cepat, teriakan Naufal seakan memberikan alarm baginya.
Jawaban yang diberikan setengah ikhlas itu membuat ayah dan ibunya tertawa.
Selanjutnya, Bila mengambil dua lembar uang duaribu-an dan satu lembar lagi senilai seribu, lalu memberikannya kepada Masha. Namun bukannya mengambil semua, putrinya hanya mengambil satu lembar dua ribu saja.
"Kok cuma satu yang diambil, Kak?"
"Kan kakak uang jajannya memang cuma satu, Mei."
"Tapi ini uangnya Kakak semua, kan tadi ditukar."
"Buat Dek Nopal aja. Kakak udah punya uang saku," jawab Masha santai.
"Alhamdulillah, rezekinya Dek Naufal."
**
Dua hari kemudian.
"Yah, tolong ikatin rambut Kakak," pinta Masha sambil menghampiri ayahnya dengan ikat rambut.
Daffa yang sedang memangku Naufal kemudian mendudukan si Bungsu di lantai.
"Gerah, Kak?"
"Iya."
"Yup, Sudah selesai!"
"Makasih, Yah!"
Masha langsung undur diri dari hadapan ayahnya dan kembali bermain lego. Rambutnya yang tadi tergerai, sekarang sudah diikat ekor kuda. Akan tetapi, tak lama kemudian dia kembali mendatangi ayahnya.
"Yah, diikatnya diputer-puter kaya rambut Memei aja. Kaya konde kecil."
"Rambutmu kan masih pendek, Kak. Mana bisa."
Masha memanyunkan bibir. Sesekali dia menyeka keringat yang ada di leher. Cuaca Jogja akhir-akhir ini memang panas sekali. Terlebih ketika akan hujan.
"Mau dipotong aja apa, Kak? Biar ndak gerah?" tanya Bila menghampiri ketiganya.
"Iya, potong rambut aja. Ke Mbak Ari sekarang yuk, Mei!" jawab Masha cepat sambil menyebutkan salon tetangga langganannya.
"Katanya mau dipanjangin biar bisa dikepang, Kak."
Ucapan ayahnya membuat Masha terdiam. Anak itu terlihat berpikir serius.
Duh, dia ingin bisa dikepang, tapi tidak suka dengan rasa gerah yang menyapa.
Ketika membantu seorang, jangan mengharapkan imbalan. Anggap saja imbalan itu sebagai hadiah atau bonus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Harian Masha
HumorIni cerita tentang seorang anak bernama Masha. Ini bukan cerita tentang bagaimana cara mendidik anak dengan baik dan benar, melainkan hanya hal-hal sederhana yang sering dijumpai pada anak-anak.