Bab 7

15.4K 601 2
                                    

***
Sesampainya di rumah.

Aku membuka pintu. Sepi. seperti inilah kehidupanku.

Orang Tuaku Pekerja, Mama membuka usaha kue dan Papa seorang arsitektur.

Hebat bukan kedua orangtuaku?

Walaupun mereka pekerja keras dan jarang meluangkan waktunya, aku mengerti, ini semua demi kami.

Aku sangat bersyukur menerima rejeki yang tuhan anugerahkan padaku, sehingga aku, walaupun gak pernah sehangat keluarga yang lain, aku tidak pernah marah ataupun melakukan hal-hal buruk.

Mama dan Papa melakukan ini demi kami, anak mereka, kata itu selalu menjadi kompas agar aku tidak salah arah.

Aku menuju kamar dan kulihat Kak Abel menghampiriku di Anak Tangga.ternyata dia sudah tiba duluan.

"Ra, kakak ingin bicara." Kak Abel berucap dengan wajah lebih serius dari biasanya.

"Ya, kenapa Kak? kalau masalah tadi aku males ngebahas, aku mau mandi dulu, Capek Kak," kataku saat ingin membuka pintu kamar.

"Kamu kenapa Sih? Kenapa sikapmu berubah pada Kakak? Ingat, Kamu Adekku! Apa kamu masih membenci kakak karena kejadian 2 tahun yang lalu?" Ujarnya, dengan raut wajah yang mulai frustrasi.

"Tidak apa-apa Kak, Laura cuman capek, Aku gak pernah benci Kakak dan jangan ngebahas masa lalu Kak, aku mohon." Tuturku dengan suara pelan.

"Kalau begitu, kenapa kalau disekolah kamu selalu menghindar!" kak abel mulai menaikkan oktaf suaranya.

''harus berapa kali sih ku bilang, aku tidak apa-apa kenapa kakak selalu memaksa!!? kalau kakak mau tau, iya!! aku sangat benci kakak, Puas? itu khan yang mau kakak dengar?"

Aku Melampiaskan emosiku yang tanpa bisa kucegah lagi.

Aku membuka pintu kamar dan masuk, tak kupedulikan kak abel yang mengetuk pintu dan meminta maaf di luar sana.

Terserah!!! katakanlah LAURA PRATIWI DEWI, adik yang JAHAT!

Itu memang pantas untukku, sudah ku katakan aku tidak membenci kakakku tapi aku kecewa pada diriku dan untuk melampiaskannya aku menghindari kakakku.

Aku tidak mau kejadian 2 tahun yang lalu terulang lagi dan berakhir kak abel yang sedih. Aku ingin dia selalu tersenyum.

***
Jam 20.00 P.M

Aku menangis terlalu lama tanpa mengeluarkan suara dan alhasil aku tertidur lama.

Aku mandi dan membersihkan diri.aku tidak mau terlihat menyedihkan seperti sekarang dihadapan mama, papa dan terutama kak abel.

Aku turun ke bawah. kulihat mereka menatapku terutama kak abel, aku tau dia pasti merasa bersalah, itulah kak abel wanita malaikat nan cantik walaupun kadang bikin keki. dia selalu baik dan aku membenci diriku karena tidak bisa menjadi adik yang baik buatnya.

"Ayo makan sini, kamu kenapa sih? matamu bengkak, bisa ceritakan pada kami? apa sekolahmu baik nak?" Kata Mama dengan khawatir.

"Tidak apa-apa mah, aku cuman pusing dikit jadinya menangis, hehehe, sekolahku baik, Ma."

Alasan macam apa itu laura betapa bodohnya aku, pembohong yang buruk.Ucapku dalam hati.

"Masih sakit nak?" Mama berdiri,    mengelus kepalaku. "Ayo kita ke dokter, biar kita periksa siapa tau serius." Mama khawatir ya tuhan, maafkan laura berbohong ma.

Terkadang mama suka berlebihan khawatir seperti sekarang ini.

"Tidak apa-apa mah," Aku memeluknya betapa pelukan seorang ibu itu hangat, andai setiap saat aku bisa merasakannya, andai setiap saat aku bisa berbagi dengan mama.

Aku tidak mau menambah beban mama dengan memikirkanku.makanya aku bersifat sok tegar.

"Tidak apa-apa mah, Aku lapar, Ma," Ujarku Manja, Aku sengaja agar bisa mengalihkan topik dengan sifat manjaku.

terkadang aku memanfaatkan sifat manjaku untuk menghindari sesuatu yang tidak bisa kujawab.

"Yaudah, Ayo Makan." Kami makan dengan diam, Dan kulirik Kak Abel pun melakukan hal yang sama, diam dan menunduk. Mungkin dia menyesal.

Aku jadi gak Tega, "Eh, Mak Lampir, tadi aku lihat kamu mepet-mepet sama si chameleon, untung banyak tuh, si chameleon." Tuturku, mencoba tertawa palsu.

Inilah caraku agar Kak Abel tidak terlalu sedih. Tidak Apa-Apa Aku sedih, Asal Kak Abel bisa tersenyum.

Sudah Aku bilang, LAURA PRATIWI DEWI, Sudah terbiasa dengan semua ini.

Kulihat sejenak Kak Abel Terkesiap, dia tersenyum tulus sebelum membalas ucapanku, "Apasih! Si Chameleon itu, kak zayn dek, jangan ubah nama orang sembarangan, emang sanggup beli kambing?" Kak Abel mulai bersemangat.

" Sangguplah, khan ada kambing mang sukijan, aku khan bisa nego, ya khan mah?" Ujarku diikuti nada becanda.

"Udah, kalian itu aneh, tadi saling diem-dieman giliran sekarang saja, bisingnya kayak knalpot, lama-lama mirip juminten yang kerjaannya suka bikin gaduh." kata mamah menyinggung juminten.

Juminten yang sibuk di belakang, yang merasa terpanggil datang dengan heboh.

"Ada yang perlu Syahrini bantu bu?" Ujar juminten dengan sigap.

Aku lupa memperkenalkan pembantu kocak kami.

Juminten
nama panggilan syahrini Alias Syahrini KW, dia fans berat syahrini makanya ingin di panggil syahrini padahal mah, dilihat dari ujung kuku pun tidak ada miripnya, syahrini jelas lebih cantik.
pembantu dari aku masih kecil
usia 28 tahun
bolot
tukang gosip
tukang gaduh
lawakers

Walaupun dia bolot, hanya dia tempatku kadang berkeluh kesah saat mama sibuk dengan pekerjaannya walaupun tidak kupungkiri banyakan keselnya daripada curhatnya, dia manusia bolot. tapi aku sayang juminten, dia mengerti apa yang sering aku rasakan.

"Gak ada minten! apa yang tadi mama bilang bener khan? Juminten si tukang gaduh." mama menghela napas.

Dan kami semua tertawa, mama pasti jengkel. juminten -juminten. selalu bisa mencairkan suasana.

Juminten hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

****

Aku berjalan ke kamar setelah makan malam dan tadi kak abel minta maaf, aku hanya tersenyum ke kak abel, kuharap kak abel mengerti dengan sifatku.

Aku berjalan ke arah balkon, aku butuh oksigen. aku menatap lurus.

Di sana.......

CGC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang