Bab 37

11.3K 469 0
                                    

***
Aku masih memikirkan kejadian kemarin, betapa sulit hidupnya selama ini.

Apalagi kemarin adiknya mencoba bunuh diri, memotong nadinya, karena adiknya merasa jika dia hidup di dunia ini, hanya menjadi beban untuk semua orang, dan tak bisa melakukan apa-apa dengan keadaannya yang buta.

Betapa pendek pemikiranku selama ini, kukira hanya aku saja yang selalu di salahkan atas setiap kejadian yang menimpaku, tapi aku salah! Aku, Kak Dafa, dan mungkin semua orang pernah di salahkan entah dia melakukan kesalahan ataupun tidak.

Dunia ini sangat sulit ku mengerti, sungguh!

Aku akan mencari tau, apa yang terjadi dengan kak zayn si chameleon kenapa dia terus menyalahkanku, aku akan mencari tau semuanya!

Aku ingin membuktikan bahwa aku Laura Pratiwi dewi bukan gadis murahan, seperti si chameleon katakan.

Aku akan menghadapi kenyataan sepahit apapun itu.

***
Hari ini adalah hari minggu, aku menelpon papa kak zayn. Aku sudah bertekad, untuk mengetahui semua yang terjadi dari papanya, aku tau pasti papa kak zayn tau hal ini.

Aku tidak bisa terus menerka-nerka apa yang terjadi.

Aku sudah sampai di sebuah rumah yang sangat mewah, ku bunyikan bel berulang kali tapi tak ada jawaban.

Kemana Om Atmajaya? kenapa aku tau namanya? aku tau saat kami sempat berbincang sebentar waktu lomba konser beberapa waktu yang lalu.

Aku membunyikan bel sekali lagi, tapi tak ada yang membuka pintu, kemana semua orang?

Aku mencoba membuka handle pintu dan ternyata terbuka, aku masuk dan nyatanya di rumah om atmajaya sangat sepi, tidak ada seorang pun.

Bagaimana om atmajaya bisa tinggal dirumah seluas ini tanpa seorang pun yang menemaninya?

Saat mengedarkan pandangan aku melihat om atmajaya sudah terbaring tak sadarkan diri di sofa.

Aku bergetar, aku menghampiri om atmajaya, bahkan untuk mengetikkan nomor ambulan saja, perlu berulang kali kutekan karena jariku bergetar saat aku mencoba menekan tombol di layar hpku, nomor yang kuketikkan beberapa kali salah, karena aku begitu panik dan akhirnya nomornya benar setelah ku coba dengan susah payah.

Aku menangis, entahlah aku seperti melihat bayangan orang tua sendiri dalam posisi ini.

Ambulance datang, aku menuju rumah sakit.

Aku berjalan mondar-mandir di depan ruangan ICU, dimana om atmajaya sedang di tangani.

Tiba-tiba ruangan terbuka, aku menghampiri dokternya, dia menyuruhku ke ruangannya.

Dokter mengatakan apakah aku anaknya atau bukan, aku mengatakan aku bukan anaknya, aku menjelaskan pada dokter kalo saat ini dia hanya sendiri, dan dia, saat ini memiliki hubungan yang tidak baik dengan anaknya, tapi aku berjanji pada dokter akan membawa anaknya ke rumah sakit.

Dokter mengatakan padaku, jika keadaan om atmajaya sudah stabil, tadi kalo aku terlambat sedikit saja, dia pasti akan meninggal karena serangan jantung.

Untunglah tuhan masih memberi kesempatan pada om Atmajaya untuk hidup.

Dokter juga mengatakan kalo om atmajaya sudah mengidap kanker stadium akhir mungkin di prediksi hidupnya tidak akan lama lagi.

Aku membeku, napasku tercekat, aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku keluar dari ruangan dan menemui om atmajaya di kamarnya.

Om Atmajaya sudah di pindahkan ke kamar Vip khusus untuk pasien karena sudah stabil.

CGC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang