Bab 73

9.6K 379 3
                                    

***

Pantai Ancol? Kenapa dia membawaku kesini?

Di perjalanan tadi aku hanya diam begitupula Si Cabe.

Setelah memarkirkan motornya, Dia turun dan berlalu begitu saja Dihadapanku, Aku Tertinggal jauh Darinya, Namun, Aku masih dapat melihatnya, karena tatapanku terus berpusat padanya sejak tadi.

Aku melihat dia berdiri Di Sudut bibir pantai, lalu, dia merogoh sesuatu di Balik celana Abu-Abunya.

Dia mengeluarkan Bungkusan Rokok dan sebuah Korek Api, Aku melihatnya dengan sangat jelas karena aku sudah berdiri disampingnya.

"Oh, Jadi Jauh-Jauh Kakak Membawaku dari sekolah kesini cuman untuk Mempertunjukkan Adegan Kakak merokok? Buat apa? Pamer dihadapanku? Sayangnya gue gak tertarik sama cowok perokok! gue pulang kak!" Ujarku membalikkan Badan.

Dia memanggil Namaku dari belakang, Aku semakin mempercepat langkahku, Hingga tiba-Tiba Aku terjatuh karena tersandung oleh kakiku sendiri.

Ouch! Ringisku Dalam hati.

Kenapa mesti harus Jatuh disaat begini?

Aku menunduk, Menyentuh pipiku yang sudah basah Akibat bulir Mata yang jatuh perlahan Bagaikan tetesan Air hujan.

Entahlah, Kenapa Aku menangis? Apa karena Jatuh? Atau karena Aku lelah berdebat dengannya? Aku lelah menghadapi Sikapnya yang terlalu temperamental.

Biasanya Aku tidak selemah ini, Mungkin Karena Aku sudah benar-Benar Lelah dengan semuanya.

"Hey, Apa sesakit itu sampai Kamu menangis?" Dia mengelus Kepalaku.

Aku menggelengkan kepalaku.

Kamu? di tengah Isakku bisa-Bisanya dia membujukku dengan sikap lembut dan ucapannya setelah semua perlakuannya padaku.

"Maaf Ra, Tadi di Aula Aku membentakmu, Jujur itu lost Control,Maaf Juga Karena Aku membuat Tetesan Air mata mengenangi pipimu." Dia sudah berjongkok di Hadapanku, Lalu mengusap Air mataku ketika aku menengadahkan kepalaku ke arahnya.

Aku tertegun akan tindakannya, Bahkan suara Isakku tercekat di tenggorokan seakan rasa sakitku menguar begitu saja digantikan perasaan berdebar.

Dia menyodorkan jari kelingkingnya padaku.

"A-Apa?" Ucapku Gugup, Mungkin Karena Kebingunganku dia Menautkan Jari kelingkingku dengannya.

"Ingat Hari Ini, Ra, Pantai Ini Jadi Saksi Janji Pria Sejati Dihadapan Gadis Cengeng," Dia menunjuk Pantai, Aku Meliriknya jengkel, mencoba melepaskan jari Kelingkingku Darinya.

Apa Coba Maksudnya mengejekku? Ini Juga Karenamu!!

Namun, Aku Heran kenapa wajahnya begitu serius? Bahkan Biasanya kalau Aku meliriknya dengan tatapan jengkel pasti diikuti dengan Nada terkekeh darinya. Apa dia sedang serius? Serius Untuk Apa?

Dia merogoh Sesuatu dari Balik Celananya, Yah! Ternyata Rokok dan Korek Apinya tadi.

"NauFal Erlangga R, Akan mencoba perlahan-Lahan tidak menghisap Rokok lagi," Dia melempar Rokoknya bersamaan Korek Apinya Ke Arah Laut.

Terkejut? Tentu saja! Bahkan Rasanya, Saat ini Aku sedang berkhayal jika seseorang berjanji di hadapanku.

Coba Katakan, Bagaimana Aku tidak menyukainya? Bagaimana bisa aku menolak Pesonanya? Setiap Tindakan Kecilnya  yang sederhana Membuatku Bahagia.

Aku Meneliti Wajah bersihnya yang tepat berada di hadapanku, dia masih berjongkok dengan tautan jari kelingking Kami, dia menoleh ke Arahku, Aku memalingkan Wajah dan melepaskan Tautan Jariku tiba-tiba karena rasa gugup yang amat besar menyergapku.

CGC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang