Bab 74

9.7K 425 4
                                    

***

Si Cabe Menarik kursi dan duduk di sisi Ranjang Inapku.

"Hey, Hm, Kamu," Dia menggaruk kepalanya, " Baik-Baik saja?"

Dia kenapa?

Tanganku terulur menyentuh sudut bibirnya.

Dia meringis kesakitan.

"Maaf, Kak, Kamu Kenapa?" Tanyaku Penasaran ketika kuperhatikan luka di sudut bibirnya.

Dia Hanya menjawab dengan sedikit senyum simpul darinya.

Aku mau mendengar Jawaban bukan diberi senyuman!

"Akhem," Batuk keras Adenna membuatku melepaskan jariku pada sudut bibir Si Cabe.

Bagaimana bisa Aku melupakan fakta kalo di kamar ini sedang banyak orang?

Tatapanku beralih pada mereka.

Hal pertama yang membuatku merasa Bersalah ketika pandanganku berhenti Pada Kak Abel, Tatapan terluka nampak jelas.

Apakah sedari tadi Kak Abel memperhatikanku?

Rasanya detik ini, Aku sudah bersikap jahat pada Kakakku sendiri, Harusnya tadi Aku tidak memperlihatkan sikap peduli seperti itu, yang akan melukai hati kakakku, beberapa menit aku lupa akan batasanku.

Sejenak Hening, Tidak Ada yang bersuara.

Ada apa dengan mereka? Apakah mereka sudah tau?

Jujur Aku tidak ingin mereka menatapku dengan tatapan kasihan seperti itu, seolah Aku sedang sekarat.

Tapi Aku memang sedang sekarat akan penyakit.

Namun, bisakah mereka mengerti  jika tatapan kasihan seperti itu justru melukaiku.

"Bisakah Kalian Keluar? Aku ingin istirahat," Ujarku menahan sesak yang entah kenapa muncul begitu saja.

Aku rasa mereka mengerti, Buktinya mereka meninggalkan Kamarku.

"Aku.." Si Cabe menatapku cukup Lama.

Entahlah Tatapannya sedikit berbeda, apakah semenyedihkan itu? sampai dia menatapku seperti itu?

"Kenapa Kakak masih Ada disini? Keluarlah, Aku ingin istirahat." Ucapku Lirih dan langsung membelakanginya.

Terdengar Pintu Yang ditutup. Aku membalikkan Badan menatap pintu keluar.

Dengan Tatapan kalian, Cukup jelas membuatku mengerti, Kalau sekarang aku tidak baik-Baik saja.

Aku menyentuh pipiku, Bahkan Air Mata ini Cukup menyadarkan Keadaanku, Bahwa nyatanya aku hanya gadis lemah dengan penyakit yang baru kuketahui.

Dan aku sekarang sadar, Aku, Laura pratiwi Dewi, yang kupikir tidak akan membebani mamaku, nyatanya selama ini Akulah beban terberat baginya.

Aku memejamkan mataku, tanpa terduga air mata jatuh dari pelupuk mataku.

Ya! Inilah Asliku, gadis lemah yang berpura-pura kuat dihadapan orang lain.

Kuharap Ini Hanya Mimpi, Tuhan, Aku mohon beri aku waktu, Aku masih ingin melihat orang-Orang yang kucintai.

***

Aku mengerjapkan mataku, Ternyata aku tidaklah bermimpi.

Aku masih dirumah sakit.

"Ra?" Aku menoleh ke Asal Sumber suara, Adenna sedang memanggil namaku.

" Kenapa masih disini Den?" Entahlah, Aku bingung kenapa perkataan itu yang justru aku lontarkan pertama kali.

CGC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang