Bab 44

10.2K 490 6
                                    

***

Aku tiba di depan pintu gerbang si gagu, dan kalian tau apa yang terjadi?

Aku melihat papa, mama dan adik si gagu sedang bersenda gurau, tertawa di teras rumahnya.

Apa mereka benar-benar tidak tau kalau anaknya berada di rumah sakit?
Bagaimana bisa mereka masih sempat tertawa seperti itu?

Aku mencoba berfikir positif, tidak ada orang tua yang tidak peduli pada anaknya! Pasti begitu. "Mereka belum tau, laura, ini tugasmu untuk memberitahukan mereka!"aku berbicara pada diriku sendiri.

Aku menghembuskan nafasku sebanyak 3 kali, rasanya dalam diriku, debaran jantungku berpacu sangat cepat.

Aku melangkah menuju teras rumah mereka, dan sekarang aku berdiri tepat di hadapan mereka, orangtua dan adiknya berhenti tertawa.

"Siapa ya dek? Dan ada keperluan apa?" Ibunya mendatangiku, kulihat wanita ini sangat ramah, buktinya baru pertama aku datang, dia langsung menyapaku.

"Maaf sebelumnya tante, om, nadira. Perkenalkan saya temannya kak dafa."Kulihat nadira tersentak kaget,nadira tidak dapat melihatku, dia hanya mendengar suaraku,ketika aku menyebutkan namanya, sedang papanya? Hanya menampilkan wajah datar begitupun ibunya yang tadi ku pikir sangat ramah, bagaimana bisa sekarang, dia menampilkan ekspresi wajah seperti itu?

Aku baru pertama kali ini, melihat keluarga seperti ini.

"Aku hanya ingin memberitahukan, jika anak kalian, berada di rumah sakit karena kecelakaan, kata dokter dia sudah melewati masa kritisnya."

Mama dan papanya terlihat sangat terkejut, bagaimana aku tau? Aku melihat mereka terdiam tapi itu hanya sesaat. Sedangkan nadira jelas, dia memperlihatkan wajah khawatir, panik dan takut.

"Oh, anak itu sudah selamat bukan? yasudah, kalau begitu, silahkan anda pulang. ma, nadira, ayo, kita masuk." ayahnya berucap seakan semuanya baik-baik saja.

Ketika akan beranjak meninggalkan teras untuk masuk ke rumah mereka, tiba-tiba langkah mereka terhenti karena aku tertawa.

Lucu, sungguh lucu!!! Biarkan saja mereka menganggapku gila.

"Aduh, aku sakit perut karena tertawa," aku memegangi perutku,    "Kalian tau? aku baru menemukan keluarga yang seperti kalian, bagaimana mungkin, anda menganggap semuanya baik-baik saja? Anak anda baru selamat dari perjuangannya melawan maut agar dapat bertahan hidup, tapi bagaimana bisa sikap anda seperti ini?" Aku mengubah ekspresi wajahku menjadi serius, kulihat ibunya terdiam begitupula dengan adiknya.

"Tau apa anak kecil sepertimu, tentang keluargaku!? Jangan memperlihatkan tingkah kekanakanmu yang tertawa seperti orang yang tidak waras! Pulanglah, suruh orangtuamu mengobatimu, sebelum berbicara pada saya!" Ayahnya berujar dengan emosi yang meletup karena aku tadi menertawainya.

Aku sengaja agar ayahnya terpancing dan mau mendengar ucapanku.

"Memang aku sudah tidak waras om, tapi coba pikir, orang yang tidak waras sepertiku masih peduli pada orang lain sedangkan anda yang katanya waras, bagaimana bisa memiliki pikiran yang tidak waras? Anda orangtuanya! Kak dafa Darah daging anda! ...."

Ucapanku terpotong oleh ayahnya, "Jadi kamu menganggap saya tidak waras!" Ayahnya membentakku, dia terlihat geram, dan sangat marah. Tapi aku tidak akan takut, aku akan menghadapi ayah kak dafa.

"Kalau anda memang merasa waras, coba pergunakan otak waras anda untuk berpikir apa yang anda lakukan saat ini sudah benar? Saya memang anak kecil yang tidak bisa menasehati orang tua, manusia itu pasti pernah melakukan kesalahan, maka dari itu, kita diciptakan sebagai manusia sosial, tugas manusia sosial, jika satu orang khilaf, maka yang lain mengingatkan." Kulihat semua terdiam. ayahnya sudah tidak menyelaku lagi, Peduli setan saat aku berbicara mulai kurang ajar, aku hanya ingin agar mereka menjenguk kak dafa.

"Om coba tanya pada diri om, apa om sudah merasa benar? Begitu pula tante, kalian sebagai orang tua, apa pernah kalian bertanya mengenai perasaan anak kalian? Coba tanya Nadira om,

Apa dia senang bersekolah di sekolah internasional? Apa senyuman yang dia perlihatkan tiap hari itu, senyuman tulus pada kalian?

Coba tanyakan, kenapa bisa, dia sampai mau bunuh diri ? Apa kalian pernah menanyakan padanya? Kurasa tidak!

Anak om, kak dafa dan dania bahkan rela melakukan semua yang om inginkan, nadira berpura-pura bahagia agar kalian semua bisa bahagia, walaupun dia tertekan, Kak dafa? apa kalian pikir kak dafa tidak menyesal? aku pernah melihatnya sangat putus asa om, menyalahkan dirinya berulang kali.

Bahkan aku yang hanya orang lain, sedih melihatnya yang terus menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada adiknya, tapi apa itu salahnya? Bukan! Apa itu salah om? Bukan juga!

Disini tidak ada satupun orang yang salah atas apa yang menimpa nadira sampai dia buta, tidak ada yang berhak menyalahkan, om jangan menyalahkan kak dafa atas semua ini,bahkan takdir,

Kita tidak bisa menyalahkannya,Semua sudah di atur, itu sudah menjadi rahasia tuhan, kita sebagai manusia harus ikhlas menerima kenyataan itu, jadi tolong om, perbaiki semuanya, cobalah untuk memahami perasaan anak om, dan jenguklah kak dafa, dia membutuhkan orang tuanya."

Kulihat ibu kak dafa dan adiknya,sudah menangis tersedu-sedu. sedangkan ayahnya hanya berdiri, terdiam tanpa mengatakan apa-apa,lalu tiba-tiba dia masuk ke dalam rumahnya.

Aku kaget, aku tidak habis pikir dengan sikap ayah kak dafa, lihatlah tanpa mengatakan apapun dia langsung saja masuk, setelah tadi, dia emosi dengan mengebu-gebu.

Ibunya menghampiriku, "pulanglah nak, saya janji akan datang bersama suami saya, terima kasih, sudah mengatakan hal yang mengetuk hati kami yang selalu merasa benar ini."

aku tidak bisa berkata apa-apa lagi, entah darimana datangnya keberanianku tadi untuk mengatakan semua hal itu, aku merasa berbicara tanpa sadar tadi.

Aku mengangguk, sebelum membalikkan badan, aku melihat ibu kak dafa tersenyum tulus padaku lalu memeluk nadira.

Aku meninggalkan rumah mereka, aku tidak tau, apakah ayahnya akan datang atau tidak, entahlah, tapi ada sedikit rasa keyakinan dalam diriku bahwa ayahnya akan datang.

CGC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang