Bab 47

10.4K 439 1
                                    

***

Aku kembali mengantar nadira ke kamar kakaknya. Nadira memegang tanganku, kurasa nadira sudah baikan.

Aku membuka handle pintu, kulihat si gagu, orang tuanya dan si chameleon sedang berbincang, tertawa bersama.

Syukurlah semuanya berjalan baik. dan kapan si chameleon datang?

Aku mengantar nadira sampai di ranjang pasien si gagu, dan berpamitan dengan kedua orang tua si gagu, tadi ayahnya sempat menepuk puncak kepalaku lalu tersenyum padaku.

Tidak percaya bukan?

Sama aku juga tidak percaya, betul kata nadira, ayah si gagu sulit mengutarakan perasaannya, hanya melalui tindakannya aku paham, bahwa beliau ingin mengucapkan terima kasih? hahaha entahlah aku terlalu Gr, benar-benar mirip si gagu.

Saat aku keluar dari kamar inap si gagu, si chameleon ikutan keluar.

Aku menghentikan langkahku di lorong rumah sakit, dia juga menghentikan langkahnya tepat di sampingku.

"Apa?" dia mengernyitkan dahinya.

"Kakak yang kenapa? kenapa ngikutin aku? bukannya tadi kakak masih di kamar kak Dafa?" aku ikut mengernyitkan dahiku.

Dia tidak menjawab dan malah menarikku menuju parkiran. aku mengikuti langkahnya dengan wajah menunduk.

Dia melepaskan tanganku yang ia tarik tadi, lalu, dia menyodorkan helmnya.

"Pakai!" dia memberiku helm dengan nada perintah.

"Lah, kalau aku pakai, kak zayn pakai apa dong? khan kak zayn cuman punya 1 helm?lagian kenapa kak zayn menyodorkan helm?" aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

"Bodoh!" si chameleon memakaikan helm. aku menatapnya kesal.

Hey, apa sih maksud orang ini memakaikan helm? kamu terlalu misterius bang,ini bukan soal teka-teki! pertanyaanku bahkan belum di jawab!'arghhh mengesalkan.

"Jangan banyak tanya, dan berhenti berwajah kesal seperti itu, naik cepat sebelum aku berubah pikiran!" titahnya memerintah.

Dia memang bossy, aku naik dengan ogah-ogahan. "Pegangan," aku memegang tasnya."Kamu mau jatuh?" dia melihatku di kaca spion motornya.

"Apa sih kak! mau kakak itu apa? tadi aku nanya gak dijawab, sekarang nyuruh aku naik, aku naik, terus nyuruh aku pegangan, aku pegangan!trus mau apa lagi?!" aku kesal jelaslah, manusia chameleon ini selalu gak jelas dan selalu berhasil menguras emosiku.

Dia menarik tanganku, melingkarkan tanganku di perutnya.

Kalau ditanya ekspresi wajahku saat ini? udah tidak terbaca antara kaget, heran, dan tersipu malu.

Dia tersenyum samar di kaca spionnya, aku melihatnya sekilas lalu karena malu, aku bersembunyi di balik punggungnya.

Dia menyalakan motornya, lalu meninggalkan area parkiran rumah sakit.

"Hey, Bangun," dia mengetuk-ngetuk helmnya.

Aku terbangun, kaget. ini orang tidak bisa membangunkan secara lembut apa! mengesalkan.

"Iya kak, sabar!" aku turun dari motornya, aku membuka helm dengan tampang kusut. aku menyodorkan helmnya, dia mengambil helm dari tanganku.

"Masuk sana! ngapain masih berdiri disini?" dia menyuruhku masuk dengan sikap bossy.

"Lah, kakak sendiri ngapain masih di depan rumahku?" aku menatapnya heran. Aneh.

"Aku cuman mau pastiin kamu tidak tidur disini" dia mengangkat bahunya cuek.

Sial! dia ngira aku gak punya otak apa?! ngapain aku tidur di depan rumah!

"Terserah kak, kakak mau ngapain juga, malas debat sama kakak." aku melangkah masuk tanpa menoleh, saat aku memegang handle pintu, motornya sudah menyebrang ke rumahnya.

Chameleon sok misterious! menyebalkan.

Saat masuk, aku melihat orang tuaku di depan ruang tamu sedang mengobrol. Aku melangkah ke ruang tamu, duduk di samping mama dan memeluknya.

"Ma, laura kangen mama." aku memeluknya erat, sebenarnya aku ingin menangis tapi tidak di hadapan orang tuaku, lebih tepatnya di hadapan orang tua kak abel.

Ma, Pa, bolehkah aku terus memanggil kalian seperti itu?

Bolehkah aku terus berada di keluarga ini?

Aku hanya dapat berucap dalam hati, terlalu takut mengutarakan isi hatiku, nadira salah kalau menganggapku gadis pemberani, untuk kali ini aku gagal menjadi gadis pemberani, aku takut, jika mengeluarkan isi hatiku, semuanya tidak akan sama lagi, semuanya akan berbeda, dan semuanya tidak akan baik-baik saja.

" Aduh anak mama, akhir-akhir ini laura manja ya pah?" mama tertawa bahagia sambil memelukku.

"Iya mah, bukan laura yang biasanya, maaf ya sayang kami meninggalkanmu lama." papa mengelus rambutku.

Aku melepaskan pelukanku dari mama.

" Ma, laura ke atas dulu ya, capek, ingin istirahat, laura tinggal ya, Ma, Pah?" rasanya air mataku ingin segera keluar, makanya aku pamit ke kamarku.

"Iya sayang." mama dan papa mengangguk.

Aku menaiki tangga, air mataku menetes tapi segera ku hapus, aku tidak ingin besok berakhir dengan mata bengkak, itu malah akan menjadi pertanyaan kedua orang tuaku.

Tapi aku yakin, pasti besok mama dan papa, keluar kota lagi, akhir-akhir ini bisnis mereka mengalami beberapa kendala, sehingga mereka harus turun tangan langsung. padahal aku masih ingin bersama mereka. mereka belum tau, jika aku sudah tau tentang kenyataan itu.





CGC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang