***
"Gue perhatiin Sejak lu dijadiin bahan Aturan Kak naufal lu sering banget dah tersenyum?" Ucap Adenna setelah mengunyah Baksonya pada jam istirahat dikantin sekolah.
Sekarang Kami berada dikantin sekolah, sekedar memberi makan untuk Perut yang keroncongan habis pelajaran Fisika.
"Emang Gak boleh gitu Laura Tersenyum? Khan itu tandanya dia sedang bahagia walaupun dipenuhi aturan." Kini Dania yang menyahut Dengan ke sok Tahuannya.
"Bukan begitu, Maksud gue gini, Mana ada gitu orang yang bahagia saat disuruh ini itu, apalagi Laura udah jarang makan bareng sama kita di kantin belakangan ini, dia malah sibuk jadi pesuruhnya kak naufal," Ucap Adenna dengan perasaan gondok.
"Sudah- sudah, Kenapa kalian malah mendebatkan gue sih? Haha, Lagian gue santai saja sih, walaupun dia kadang menyebalkan tapi ya, Dia selalu membuat gue terkejut," Ujarku dilengkapi sebuah tarikan diujung bibirku yang membentuk senyuman.
"Lagi Bahas Apa?" Kak Athar tanpa terduga Datang menyerobot bakso Adenna.
"Kak Beli sendiri, Astaga, itu bakso gue!!" Adenna Bersungut-sungut ke arah Kak Athar yang ada di Samping kirinya.
Aku dan Dania hanya saling berpandangan dan sebuah nada terkekeh lolos dari bibir kami.
"Kalian malah ketawa ishh! Gini nih punya kakak kere, yang taunya asal nyerobot makanan orang, Bikes deh!" Adenna memberenggut kesal seraya menatap kakaknya yang makan dengan lahap dengan tampang polos.
"Oh Iya, Ra, Gue sejak lama pengen kenalin lu sama seseorang, Tapi gue takut lu bakal nolak?" Adenna Menatapku dengan mimik serius.
"Siapa?" Tanyaku tertarik akan ucapan yang dilontarkan Adenna.
"Tapi janji, Lu Gak boleh langsung nolak saat gue kenalin, Gimana?" Adenna terus menatapku menunggu jawaban dari hasil tawarannya.
Sebetulnya, Siapa orang itu? dan kenapa adenna berucap seperti itu?
"Oke, Akan kupertimbangkan," Tuturku ragu akan kalimatku sendiri, seperti Ada sesuatu yang ganjil.
Kak Athar Bahkan Menghentikan Menyantap Bakso milik Adenna dan menyeret Adenna entah kemana.
"Mereka Kenapa sih? kenapa tiba-tiba pergi begitu saja?" Dania bersuara sejak kepergian Adenna dan kakaknya beberapa menit yang lalu.
"Entahlah, Sepasang Kakak Adik yang sulit dipahami," Aku terkekeh sambil mengangkat bahu, Dania Hanya mengangguk dan Kami kembali Menyantap makanan yang sejak tadi tertunda karena kami asik bercerita sampai hampir melupakan makanan lezat dihadapan kami.
***
"Ribet betdah bikin Acara Ginian, Kemarin Ngecat Triplek, Sekarang malah Membentuk huruf dari Gabus Styrofoam," Ujar Adenna menggerutu Sejak tadi, Kami sekarang berada di Gedung Aula pensi setelah jam pulang, mendekor Panggung yang tinggal sedikit lagi selesai.
"Sabar khan persiapannya gak gampang, lagian syukurlah kerjaan kita gini aja, Daripada yang lain tuh lihat Sibuk Manjat-Manjat buat masang hiasan, dan Sibuk ngangkat-ngangkat bawaan berat," Aku menunjuk Anak cowok yang Sudah basah akibat keringat, Untunglah mereka hanya mengenakan kaos tanpa Seragam sekolah, Bisa kotor tuh akibat kerjaan mereka.
Semua Nampak sibuk dengan kerjaannya, Beberapa Anak cewek dari X.5 membentuk kelompok dan mengerjakan hiasan dengan ditemani sebuah gosip-gosip terkini, Mereka memang sejak awal suka menggosip, walaupun kutau terkadang mereka berbisik seraya melirikku, entahlah apa yang menjadi topik gosip mereka, aku tidak begitu peduli.
Aku mengedarkan pandangan, Mencari Seseorang yang Sejak tadi menari-nari dipikiranku.
Tiba-Tiba pandanganku terhenti pada satu fokus, Kulihat Kak Abel, Si Chameleon dan Si Cabe duduk menyender di pojok Aula yang akan dijadikan tempat pensi.
Aku bergerak mencari tasku, Ingin memberikan Makanan yang dipesan oleh Si Cabe tadi pagi.
Ketika Aku ingin memberikan padanya Bungkusan yang sudah kubeli tadi sebelum kesini, langkahku terhenti, Kak abel sudah lebih dulu Mengeluarkan Tupperware Kotak Berisi Kue buatannya tadi pagi, Ya, Tadi pagi aku sempat melirik Kak abel yang sibuk di dapur, ternyata dia sudah mempersiapkan hal itu.
Aku meringis menatap bungkusan yang ada ditanganku.
sia-sia saja aku membawanya.
Aku memutuskan membalik Arah, Ingin menyimpan Bungkusan Makanan ini kembali ke dalam tasku.
Namun, Langkahku terhenti Saat aku melihat Si Chameleon Kesusahan Membawa Sebuah Pot yang amat Besar, Aku membantunya, Lagipula bukan hanya cowok saja yang bisa mengangkat hal seperti itu, Kami wanita juga bisa, Asal Dengan beberapa Campur tangan.
Dia Memiringkan Kepalanya menoleh kearahku.
Aku tersenyum padanya, dia membalas Senyumanku.
Kurasa Si Gagu sudah tidak sekaku dulu lagi, dia sudah mulai sedikit berekspresi dihadapanku.
"Hey kak, Lama tidak bertegur sapa," Ucapku spontan, saat kami berhasil menempatkan pot bunga ke sisi Tangga panggung, Aku berucap seakan kami adalah orang yang cukup akrab.
"Iya, kamu sekarang sudah Terikat sih," Ucapnya dengan raut wajah yang tidak terbaca, "Di Kantong Plastik itu apa?" Dia menunjuk Kantong plastik hitamku.
"Oh, ini Makanan, Kakak mau? Tadinya aku mau ngasih sama seseorang tapi yah! sepertinya dia gak mau lagi, Sayang Kalau tidak ada yang makan," aku mengangkat kantung plastik Ke hadapannya.
"Boleh, aku juga belum sarapan," Dia mengambil kantung plastikku, Lalu duduk di lantai, Aku pun ikut duduk.
"Kak, Nadira sekarang gimana?" Tanyaku penasaran akan keadaan nadira, Aku tidak pernah bertemu lagi dengannya.
" Sekarang dia sudah mulai belajar main piano lagi, Thanks berkat ucapanmu, dia sudah mulai menerima keadaan," Ucap Si Gagu setelah menelan Kunyahannya.
Aku tersenyum ke arahnya, Lalu beranjak mengambil air botol untuknya.
Aku menghampiri Si Gagu,menyodorkan Air botol mineral kearahnya, Namun, Saat si Gagu ingin mengambilnya, tanganku tanpa terduga dicekal dari arah samping.
" Lu lagi Ngapain? Tebar pesona sama sohib gue?" Seketika Aku langsung berpaling ke asal sumber suara.
"B-Bukan Beg.." Aku gugup menatap matanya yang seakan ingin mengulitiku saat ini juga.
"Gue khan Bilang, Lu harus Ngasih Makanan itu ke Gue, Kenapa lu ngasih ke sohib gue?! lu ngelanggar aturan gue, lu memang harus diberi pelajaran," Dia mengangkat Tangan Kanannya Ke arahku.
Aku menutup Mataku dengan nyali menciut, Namun mataku seketika Terbuka lebar-lebar, Aku terkesiap dibuatnya, Dia tidak menamparku, malah membuatku menjadi pusat perhatian.
Dia mencium dahiku di hadapan semua orang.
Aku mendorongnya kuat," Apa yang kakak lakukan!" Aku melirik sekilas semua orang yang nampak syok bahkan ada beberapa yang mangap menatapku, ketika melihat kejadian tadi.
Dia hanya tersenyum sinis kearahku, "bukannya itu yang lu mau?" Dia menatap semua orang yang ada digedung ini, "Gue peringatin Buat semua yang ada disini, baik sohib gue sendiri, selama dia masih sama gue, jangan pernah ada yang deketin dia, kalo dia udah lepas sama gue terserah! kalian mau deketin atau apalah! G..."
"Apa Hak Kakak bilang begitu? Aturan? Haha, Kakak pikir gue barang? Oh! Thanks banget, sepertinya kakak salah alamat, kakak perlu mengecek ulang, Apakah gue barang yang gampang diopor-opor setelah kakak jemu memainkanku?!" Aku berlari keluar dengan sebuah bulir air mata yang menetes tanpa terduga.
Saat sampai dikoridor, Aku memperlambat langkahku.
Arghh, kenapa mesti aku meneteskan air mata hanya karena ucapannya?
Tarikan di pergelangan tanganku, membuatku seketika membalikkan badan.
"Ikut gue!" Aku mencoba memberontak, namun kekuatanku tidak seberapa, terpaksa aku mengikutinya dengan enggan, dia memaksaku menaiki motornya.
Kemana dia akan membawaku? Kenapa Seragamnya berantakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
CGC [END]
Teen FictionLaura Pratiwi Dewi. di hadapkan pada 3 Pintu yang dinamai CGC, ke 3 pintu memiliki gembok. Dan laura memiliki kunci berbentuk bintang yang berbeda dari pemilik lain. Ada apa dengan pintu CGC?dan bagaimana misi laura terhadap pintu CGC?serta ada apa...