Bab 36

11K 471 0
                                    

***
Kutatap pantulan diriku di cermin, kau laura pratiwi dewi!! Tidak seperti yang dia pikirkan!! aku berbicara sendiri dan mendesah lega.

Aku menangis semalaman, entah berapa banyak air mata yang ku tumpahkan, seandainya boleh di tampung mungkin cukup untuk membuat kolam ikan. Terlalu banyak, terlalu sakit.

Aku duduk di bis seperti biasa, akhir-akhir ini ku putuskan untuk naik bis.

Bahkan tangisan yang sudah kutahan selama 2 tahun, yang tak ingin ku keluarkan lagi, dengan berengseknya merembes terus menerus.

Aku menangis karena 2 hal, kenyataan yang baru ku ketahui.               
Apakah selama ini aku bukan anak mereka?

Apakah itu yang membuat omah dan keluarga lain membenciku?

Aku terlalu takut untuk kenyataan yang akan ku ketahui. Dan untuk kejadian kemarin, bagaimana bisa dia ingin memperlakukanku seperti gadis murahan! dia memaksaku! !membentakku! Ingin Menginjak-injak harga diriku! Ingin rasanya aku memaki, tapi tenagaku sudah habis,emosi menguras tenagaku, rasanya benar -benar lelah.

Apa salahku sebenarnya?

Aku tidak tau apa-apa!

Ketidaktauanku membuatku menjadi gadis bodoh! Harusnya aku bisa membalas ucapannya, bahwa kamu salah kak! Tarik ucapanmu! Tapi aku tidak membantahnya karena aku si gadis bodoh yang tidak tau apa-apa.

Sampai di dekat sekolah, aku berhenti sejenak, kenapa aku harus melewati gerbang sekolah?

Bolehkah aku meminta?

Jika boleh, aku ingin sampai di kelas tanpa melewati gerbang. Rasanya terlalu sulit untuk melewati gerbang.

aku berjalan dan aku melewati gerbang sekolah, tadi sempat kulirik si chameleon, aku ingin melihat ekspresinya ketika melihatku, tapi hey! Dia memang si brengsek sialan, dia tetap berwajah seperti biasa, dingin dan datar! sungguh rasanya ingin ku tonjok wajahnya itu.

***
Sampai di kelas, ku lirik semua diam, dan hanya menampilkan muka sinis ketika aku masuk.

Bagus! jika mereka berani lagi menyerbu dan memarahiku rame-rame.

Lihat saja aku akan melawan mereka, aku LAURA PRATIWI DEWI, sekalian saja jadi preman kelas ini.aku muak di perlakukan seperti orang rendahan, aku muak mereka menyalahkanku!

Aku akan menjadi pencetus pertama gadis preman X.1, Itukan yang mereka mau?

Aku duduk dengan dania dan kami memulai pelajaran. Karena guru sudah datang.

***
Sekarang aku berada di ruang latihan band setelah pelajaran usai, aku membersihkan ruang latihan band, tadi mereka latihan, aku menyibukkan diriku, agar tidak bersitatap dengan si chameleon jerk!.

Untunglah tidak ada yang menyadari tingkah anehku, karena mereka juga sibuk latihan.

Mereka telah selesai latihan, Ruangan latihan band, hanya terisi aku dan si gagu, Si chameleon sudah pergi terlebih dahulu mungkin karena tidak tahan berada satu ruangan denganku!

cih,,, seharusnya aku yang marah disini! Dan si cabe juga sudah pergi bersama si chameleon.

Dan si cabe? entahlah anak itu selalu kelayapan setelah latihan selesai. Si gagu tiba-tiba di sampingku, ketika aku sedang merapikan sisa dari snack yang ada di meja.

"Sudah baikan?" tanya dia.

Aku mengangguk. Tiba-tiba suara hp berbunyi dari saku celananya. Dia terlihat pucat. Ada apa sebenarnya?

Ku lihat dia tergesa-gesa. Aku penasaran. Aku mengikutinya dari belakang. Aku tau dengan pasti, bahwa dia tidak akan menyadari kedatanganku.

Motor dia sampai di sebuah rumah sakit.

Rumah sakit? siapa yang sakit?

Dia sudah masuk terlebih dahulu, aku mengikuti jejaknya.

Sampai di sebuah kamar, aku bisa melihat apa yang orang tuanya lakukan padanya, karena jendelanya terbuat dari kaca yang transparan.

Mereka disana, kulihat papanya menamparnya berkali-kali, dan dia hanya diam menerima perlakuan ayahnya dengan wajah menunduk.

Mamanya sudah menangis di depan gadis......eh bukankah itu gadis yang pernah ku temui di rumahnya? Dia terbaring dengan selang infus ditangannya.

Ada apa ini?

"Keluar! ini semua salahmu!" Ku dengar suara bentakan yang cukup keras.

Si gagu keluar. Saat menutup pintu dia nampak kaget melihatku.

Dia menyeretku keluar dari rumah sakit dan duduk di taman rumah sakit.

Dia menghela napas.

"Ngapain kamu disini?! Kenapa kamu selalu saja mau tau urusan hidupku?! Kenapa kamu sok peduli!?" Dia berbicara tanpa menatapku.

"Sudah kak? Boleh aku berbicara sekarang? Kenapa kalian selalu membentakku, memarahiku hanya karena aku peduli!?

Kenapa jika aku peduli? apa salah? aku juga tidak tau kenapa aku bisa peduli, sudah ku katakan berulang kali aku juga tidak tau! Yang kutau aku melakukan hal yang hatiku ingin Lakukan!! Aku tidak bisa mencegahnya!!!

Aku disini karena aku mengikuti hati dan kemana kakiku berjalan menuntunku, Aku juga tidak tau sejak kapan aku mulai mengurusi hidup orang lain seperti ini! Aku juga muak, tapi aku tidak bisa menyangkal hal yang ingin hatiku lakukan!!

Dorongan untuk rasa kepedulian itu sangat besar!!! Apa aku salah? Apa aku harus ke dokter bedah? Menganti hatiku dan memotong kakiku!? Itu yang kakak mau?"

Kulihat dia membeku. Aku meninggalkannya.

Aku membawa air botol mineral dingin. Ku tempelkan ke pipinya yang masih menunduk. dia mendongak.

"Dia Adikku, semua terjadi karena kesalahanku, harusnya malam itu, aku menjemputnya tapi aku malah sibuk dengan kegiatan osis sialan itu,dia menelponku dan aku mengatakan untuk menungguku, tapi ternyata kegiatan itu berlangsung lama, aku ketua ,aku tidak bisa meninggalkan tanggung jawabku.

Adikku menunggu hingga malam. aku hampir melupakan adikku, dia menelponku berulang kali, saat aku sampai ternyata dia sudah di larikan ke rumah sakit, dia berencana pulang sendiri, saat menyebrang dia tidak melihat mobil dari arah sampingnya.

Aku syok, dia dinyatakan buta, papa berulang kali menyalahkanku, bahkan mama sudah tidak peduli padaku.

Wajar mereka marah, ini semua kesalahanku tapi aku juga ingin menyalahkan mereka, papa terlalu menekan kami, dia menyekolahkan adikku di sekolah internasional yang pulang larut malam, dan juga selalu menekan kami agar kami memiliki nilai bagus, aku tau nadira adikku sudah lelah, tapi dia bertahan untuk membuat orang tua kami senang, aku sungguh kakak yang tidak bertanggung jawab bukan?aku gak pantas di sebut kakak bukan?" ucapnya sedih. Dia menutup mukanya dengan tangan.

Aku menggeleng, aku tidak bisa berkata apa-apa, Aku mengelus punggungnya. Memberinya kekuatan. Aku tau rasanya di salahkan. Aku tau betul itu.

CGC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang