Bab 18

12K 483 0
                                    

***
Di rumah.

Aku pulang naik angkot menuju arah rumahku, kuputuskan tidak menaiki bis hari ini, aku sampai dan memasuki rumahku, sepi seperti biasa, rumahku terbilang besar namun nampak tidak berpenghuni.

Kata juminten tadi orangtuaku memiliki urusan mendadak, jujur aku sangat bersyukur tinggal di rumah megah dan memiliki rejeki berlimpah tetapi entah mengapa walaupun orangtuaku menyayangiku.

Rasanya kosong.

Aku menaiki tangga, kalian pasti bertanya kenapa aku jarang menemui kak abel di rumah?

Itu karena kak abel memiliki ekstrakulikuler di luar sekolah, sedangkan aku? Aku belum berminat untuk itu, cukup untuk pengenalan pelajaran IPA Yang membuatku pengen muntah.

Di sekolah kami, selain CGC kak abel juga memiliki point + untuk jurusan lain yang kutau dari dania hanya mereka ber4 yang bebas memilih apa saja yang mereka inginkan.

Ya, di sekolah kami, untuk jurusan seni, disitu diajarkan materi saja sedangkan untuk pengaplikasiannya namanya EXTRAKULIKULER.

itu yang sedang kak abel jalani sekarang.

***

Malam harinya.

Rasanya malam ini, aku ingin makan es cream.

Aku keluar menggunakan pakaian santai.

Aku berjalan keluar, aku tersenyum pada mang sukijan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berjalan keluar, aku tersenyum pada mang sukijan. Aku terkenal ramah pada orang yang lebih tua. Ya, walaupun pembantu, aku harus tetap sopan pada mereka. Itulah prinsipku.

Lagi pula aku tidak boleh semena-mena.

Aku berjalan ke alfamart .Membeli Se cup es cream. Dan memutuskan duduk di taman.

Aku menikmati es creamku.

Ku raba perlahan leherku, aku mengingat ketika mama mengatakan kalau aku jangan sampai menghilangkan kalung itu, katanya kalung itu sangat berharga.

Mungkingkah di jalan? Atau di alfamart? Aku tidak pernah melepaskan kalung itu, karena peraturan sekolah yang melarang menggunakan aksesoris, aku menggunakannya secara diam-diam, saat akan tiba di gerbang sekolah aku melepasnya, namun akan kupakai lagi setelah jauh dari pandangan anak-anak komdis, apa mungkin tanpa sengaja terlepas?

Bagaimana ini?

Aku mencarinya, berjalan, menunduk, menengok ke kanan, ke kiri dan menunduk, Sampai di depan alfamart aku melihat si cowok cabe keluar sambil membawa 2 kantong minuman.

Takdir yang buruk!. Dari sekian banyak alfamart, kenapa harus di alfamart deket rumahku!?

Abaikan. Aku harus pura-pura tidak kenal. Lagi pula aku jamin dia gak bakal peduli.

aku menunduk dan menutup kepalaku agar tidak terlihat, saat aku melangkah, aku terdorong ke belakang.

Itu karena, dia menarik ujung jaketku. Sungguh prediksiku salah.

''Eh cewek bego, ngapain lu?'' dia menahanku.

''Lepaskan! Gue malas berdebat dengan lu, gue lagi mencari kalung.'' ucapku keceplosan.

''Oh kalung''.dia menunjukkan kalung berbentuk kunci padaku melalui atas kepalaku karena aku belum membalikkan badan.

Refleks aku membalikkan badan, ku lihat dia tersenyum setan.

''Kembalikan!'' teriakku. Aku menyodorkan tanganku.

"Woi, sante lu, lu mau buat gue budeg?" katanya kesal, "Gimana gue mau ngembaliin kalo lu mintanya pake toa?!"

Aku menghela nafas.

"Kembalikan," Ucapku lembut dan tersenyum palsu.

"Eits gak gampang, ada 2 syarat kalo lu mau kalung ini." Dia berucap dengan gaya santai.

Lihatlah, dia mau memanfaatkanku!

Lagipula darimana cowok cabe ini mendapat kalungku? Aku tak habis pikir.

Demi kalung itu, aku ikutin permainan si cabe tak tau malu ini.

"Apa? cepet katakan sebelum gue berubah pikiran." Aku memutar mata malas melihat tingkah cabe ini.

"Oh, jadi lu gak mau nih? Ya, Sudah gue bawa lagi?'' katanya menaik turunkan alisnya.

''Arghhhh, gue mau.. cepat katakan," kataku kesabaranku sudah mulai habis.

Dia menertawaiku. Sial! Dia menghentikan tawanya.

'' Syarat 1. Lu temenin gue bawain ini buat temen-temen gue, gue butuh asisten karena minggu ini giliran gue bawain mereka minuman, 2. Bagi gue nomor hp lu, soalnya gue belum memikirkan syarat ke 2, karena sewaktu-waktu gue butuh lu untuk syarat ke 2," katanya santai.

Apa-apaan itu?

Aku protes.

''Gak, gue gak setuju, lu menang banyak kalo gitu?terus kapan gue terbebas?" kataku geram.

"Setelah gue gak butuh lu, ''dia menyunggingkan senyum setan.'' Tapi kalo lu gak butuh kalung ini, lu gak perlu setuju, tinggal gue bawa lagi." Dia ingin mengantonginya lagi.

Aku mencegahnya memasukkan kalung itu kedalam saku jaketnya dan merebutnya "oke deal," Ucapku Terpaksa menerima Tawarannya, Toh aku dalam keadaan terjepit.

Dia tertawa pelan, dan menarik ujung jaketku.

"Pelan-pelan, gausah tarik-tarik! Lu pikir gue kambing !? Lu seret seenak jidat!?" Aku berkilat marah.

"Eits lu tuh jadi cewek jangan suka marah-marah lu udah jelek, lu marah tambah jelek, mana suara kayak toa, gak ada menarik-nariknya jadi cewek !lu inget terakhir kali kita ketemu, lu bikin gue kesel." giliran dia yang kesal.

Lihatkah perkataannya! Cabe banget bukan? Apa tadi katanya? Dih aku juga ogah kali bikin dia tertarik.

Cih, amit-amit 7 turunan....

CGC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang