Bab 21

10.9K 478 2
                                    

***

Ada apa dengannya? Aku memegang dahinya.

Ya ampun, panas.

Tadi, kupikir dia sekarat ternyata cuman demam. Otakku terkadang berfikir berlebihan.

Aku berlari ke dapur, aku berhenti di tengah. Kiri atau kanan?

Aduh, kenapa sih rumah kak zayn harus sebesar ini?

Kanan? Aku berlari ke kanan dan itu menuju pekarangan rumah. OH god! Demi bopak! aku salah memasuki ruangan.

Berarti kiri, bodoh!

Aku segera berlari ke kiri melewati beberapa ruangan.

Benar-benar melelahkan.

Ada apa sebenarnya dengan kak zayn kenapa di rumah segede ini dia harus sendirian?

Apa yang terjadi padanya setelah kejadian 2 tahun yang lalu?

Aku tau, kenapa kak zayn bisa demam mungkin karena kecapean dan karena tiap malam sering duduk melamun di balkon sambil mendengarkan musik dengan earphone di telinganya.

Aku mengambil air yang kuisi es batu ke dalam baskom dan kain untuk mengompres kak zayn.

Aku mengompres kak zayn, setelah itu, aku menyelimutinya.

lalu, Aku memasak bubur untuk kak zayn. Walaupun tidak sepandai kak abel aku bisa membuat bubur, aku sering diajari juminten makanya aku tau memasak.

Aku menghampirinya, ku cek suhu tubuhnya lagi dengan menempelkan tanganku ke dahinya. Sudah lumayan turun.

Aku tertidur cukup lama, hingga ku sadari di sampingku, bergerak.

Aku membuka mata. sial, aku ketiduran! Kulihat dia bersender di kursi .

Aku kembali mengecek suhu tubuhnya. Aku melihatnya memasang wajah datar.

"Ngapain kerumah? kenapa kamu mesti peduli? mau aku mati sekalian biarkan saja!" katanya membentak dengan suara pelan. Khas orang sakit.

See, sifat cowok ini!! Manusia chameleon tak tau diri, harusnya berterima kasih malah membentak! Jika bukan karena misiku sudah ku kibarkan bendera putih. TANDA MENYERAH!.

Tapi tidak, aku masih punya benteng kekebalan hati untuk melawan mereka, bagaimana pun perlakuan mereka terhadapku akan ku lalui.

Aku meredakan emosi. Menghela nafas. Sungguh aku sering menghela nafas belakangan ini.

"Aku di suruh kak abel bawa tugas kelompok kak, dia gak sempat ngasih, soalnya buru-buru ingin ke bandung, kerumah omah kami. Aku masih punya hati kali kak, andaikan aku tidak punya hati, kubiarkan saja kak zayn mati seorang diri disini, tak perduli," Ucapku menekan setiap perkataanku.

Dia bener-bener mirip dengan si Gagu alias kak dafa.

Aku beranjak mengambil bubur, obat dan air putih, berdebat dengannya membuatku lelah.

Aku kembali duduk disamping kak zayn. Aku menyimpan bubur di depannya. Tidak ada pergerakan. Aku berinisiatif menyuapinya "Buka mulut, Kak." Dia mengangkat alis.

Uh, kebiasaan, kalau gak gitu, lebaran monyet pun, dia tidak akan pernah menyentuh buburnya.

"M.A.K.A.N" aku mengeja setiap kataku, diakhiri ekspresi mirip emak-emak galak.

Dia membuka mulut. Nah anak pintar, penurut gini khan cakep.apasih?! aku mulai ngawur.

Setelah itu, aku mengambil obat, aku juga berniat menyuapinya, tapi dia buru-buru merebutnya, dan meminum air.

Hahaha anti banget di suapi, kak.

Aku tertawa dalam hati, aku tau pasti gengsimu tinggi kak.

Sudah larut malam, aku memutuskan untuk pulang.

"Kalau gitu dong, aku balik dulu kak, cepet sembuh." dia hanya mengangguk dan tidur kembali memejamkan matanya.

Sebenarnya aku tidak tega meninggalkannya dalam keadaan seperti itu, tapi apa kata tetangga jika mereka melihatku keluar dari rumah cowok?

Jadi kuputuskan untuk pulang dan beristirahat.

CGC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang