creído; chapter 6. tidak percaya

1.1K 103 31
                                    


Aku menghembuskan nafasku dengan perlahan. Mataku menatap Mom yang terbaring lemah di ranjang. Hatiku terasa diremas karna kenyataan nya Mom koma dan entah bangunnya kapan.

"Kau harus makan."

Aku mendongak, dan mataku langsung tertuju pada wajah tampan bermata karamel itu. Justin menatapku dengan dingin, tangannya masih memberikan aku sebungkus makanan.

Aku mengambilnya dan manaruh di pahaku, "terimakasih."

"Ya." Balas Justin dengan cepat lalu dia duduk disebelahku dan menatap Momku.

Aku menatap plastik yang berisi makanan di pahaku, lalu menghembuskan nafasku.

"Kau tidak pulang?" Bisikku.

"Tidak." Ucapnya cepat.

"Mengapa?" Aku menatap Justin.

Justin masih menatap kearah Momku lalu mengangkat bahu, "tidak tahu."

Aku menghembuskan nafasku lalu membuka makanan yang di kasih justin. Kita tidak mengobrol sama sekali. Hanya ada suara mesin detakan jantung Mom yang bersuara. Bibi Chelsi pulang karna suaminya menelpon dan besok akan kesini lagi. Daryl pulang karna sudah dihubungi kedua orang tuanya, lalu Erlin juga sama. Jadi Daryl dan Erlin pulang bersama karna Justin tidak mau mengantarkan Erlin saat itu.

Aku menyuapkan suapan terakhirku. Aku membereskan bungkusan itu lalu beranjak ke tempat sampah, dan aku berjalan kearah meja yang ada air putih disitu. Tanganku mengambil botol itu lalu membuka tutupnya, mataku melirik Justin yang menyender dan kedua matanya tertutup.

Aku meminum air putih lalu menutup kembali dan menaruh di meja itu lagi. Aku berjalan kearah kursi tadi, dan duduk dengan perlahan.

"Justin?" Bisikku.

Justin diam tanpa menjawab. Dengan perlahan aku maju mendekat kearah Justin. Tanganku mengusap pipinya dengan pelan. Justin membuka matanya, dan langsung tertuju padaku. Lalu tubuh Justin reflek menjauh membuat tanganku terhanyut kebawah.

Aku menatap Justin dengan getir. Sebegitu benci atau? Aku tidak tahu.

"Justin kalau kau mengantuk, kau bisa menempatkan kepalamu di paha-"

"Tidak usah." Potong Justin.

Aku terpaku. Mataku memanas, aku membuang muka.

"Aku tidak tahu salahku apa padamu." Ucapku.

Sial. Suaraku bergetar.

Aku menunduk.

"Kau benci padaku?" Ucapku lalu mendongak menatap Justin.

"Ya." Ucap Justin. Dia menatap kedepan.

"Justin, apa salahku?" Bisikku. Aku maju kearah Justin.

"Justin, kumohon." Bisikku saat Justin menggeserkan lagi tubuhnya.

Air mataku turun. Ini begitu menyesakkan.

"Aku mencintaimu." Isakku. Aku menutup mukaku dengan kedua tanganku.

Bahuku bergetar.

"Kau mencintaiku? Aku tidak sudi dicintai oleh jalang sepertimu." Ucap Justin dengan nada dingin.

Aku menjauhkan kedua tanganku dari wajahku. Aku menatap Justin lalu dengan langsung aku memeluk tubuh Justin dengan erat. Justin memberontak.

"Aku bukan jalang. Aku bukan jalang Justin." Bisikku.

"Aku mencintaimu." Bisikku.

"Lepas, atau aku akan memukulmu." Ucap Justin tanpa berontak.

Aku menggeleng, "silahkan."

Aku memeluk erat leher Justin, merangkak kepangkuan Justin.

"Selena." Bisik Justin.

Aku bisa merasakan rahang Justin mengeras.

"Aku mencintaimu." Ucapku.

"Justin, Selena." Aku menengok tanpa melepas lingkaran tanganku pada leher justin.

"Erlin." Ucap Justin.

Justin mendorong ku dengan keras. Aku terjatuh dengan keras ke lantai. Aku meringis, karna punggungku rasanya sakit sekali.

Aku melihat Justin beranjak tanpa melirik keadaanku.

"Aku kesini sudah izin pada mom, dad. Tapi kayanya aku mengganggu kalian." Bisik Erlin.

"Tidak sayang." Ucap Justin. Justin berjalan kearah Erlin.

Tapi Erlin berlari meninggalkan ruangan ini.

"Erlin!" Pekik Justin tertekan.

Justin berbalik kearahku dan berjalan kearahku. Menarik tanganku dengan kasar, dan tangannya langsung melayang diudara.

PLAK!

"Kau jalang, perusak, pengganggu, kau bukan jalang malah melibihi pelacur!" Bentak Justin.

Mata Justin memandangku dengan marah lalu berlari meninggalkanku.

Aku menyentuh pipiku yang panas. Tubuhku merosot jatuh. Air mataku jatuh dengan deras. Aku menatap lantai dengan kosong.

Justin baru saja memukulku.

Aku menutup mulutku, isakkanku keluar. Bahuku bergetar. Aku tidak percaya Justin memukulku.

"Aku tidak mengerti, tuhan." Bisikku.

Aku memeluk tubuhku dengan erat. Mom mendengarnya pasti. Aku berdiri lalu berjalan dengan cepat kearah ranjang Mom.

"Mom." Bisikku. Aku tersenyum getir lalu memegang tangan Mom dan mengecupnya.

"Justin tidak seperti itu, Mom. Mom jangan percaya apa kata Justin ya, dia hanya sedang marah. Justin mencintaiku, Mom. Aku tahu itu." Isakku. Aku memeluk tubuh mom.

Air mataku bertambah deras, bahuku bergetar. Dikeheningan ini aku menangis tidak percaya karna,

Justin memukulku.

***

Vote comment hehe muah

creído // JelenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang