Lelaki itu menghela nafas berkali kali. Dirinya tak tenang mendengar teriakan wanita itu, tapi sikap tak memperlihatkan kalau dirinya peduli. Dia berpikir, dirinya sudah di ujung ke emosiannya.
"Justin."
Diri nya terpanggil, dia melihat kekasihnya yang tersenyum kepadanya. Justin juga ikut tersenyum dan memeluk kekasihnya lalu mengecup pucuk kepalanya.
"Justin, aku mengantuk." Bisik kekasihnya.
Justin mengangkat satu alis, "yasudah kau bisa tidur bukan di kamarku." Ucap Justin.
"Erlin," panggil Justin, Erlin langsung menatap wajah Justin.
"Hm?" Erlin menyenderkan kepalanya di dada Justin.
"Tidak." Bisik justin, lalu tertawa kecil.
Erlin berdecak kesal, lalu berbalik dan mencubit pipi Justin dengan gemas. Justin langsung tertawa dengan sikap Erlin. Kedua tangan Justin mengelus elus punggung Erlin, detik kemudian rambutnya. Yang membuat Erlin makin mengantuk. Justin menekan kepala Erlin perlahan untuk menyender di dadanya. Bibir Justin mengecup terus pucuk kepalanya.
"Justin." Panggilan itu membuat Justin tersentak.
Tapi langsung dia tutupi, dia tetap memeluk Erlin tanpa menoleh siapa yang memanggilnya.
"Justin, astaga." Ucap lelaki yang sedang berjalan kearahnya.
"Hm? Kau boleh keluar, dan aku tahu berita yang akan kau sampaikan." Ucap Justin disaat lelaki itu tepat berdiri di hadapannya.
"Apa memang?" Ucap Lelaki itu dengan kedua tangan terlipat di dadanya.
"Farel, aku tahu dia sudah tak-"
"Kata siapa dia sudah tak perawan?" Potong Farel.
Justin langsung menatap Farel.
"Apa mak-"
"Dia masih perawan, dan aku berterimakasih untuk mu karna kau memberikan wanita itu untuk napsuku, ah astaga tadi itu sangat nikmat, kau harus tau." Ucap Farel.
Mata Justin menatap kedepan dengan kosong. Jantungnya berhenti berdetak dan langsung berdetak dengan amat sangat kencang. Kedua tangan Justin terkepal sudah, meremas baju Erlin. Tangannya mendorong langsung Erlin tanpa memperdulikan itu akan nerakibat apa. Dia langsung berdiri menghadap Farel, lalu dia tertawa.
"Bohong tak mempan untukku." Bisik Justin.
Farel mengerutkan alisnya, "kau ini kenapa, astaga. Aku tak berbohong!"
"Bohong sialan!" Bentak Justin. Tubuhnya bergetar, menahan tangannya untuk tak memukul Farel.
"Kau tak percaya padaku? Lihat ranjang yang di tiduri wanita itu, lihatlah." Ucap Farel dengan kesal lalu berjalan pergi.
KAU YANG BILANG, JUSTIN! KAU INGAT? KAU BILANG AKU HANYA MILIKMU, KAU YANG AKAN MERASAKAN KU TERLEBIH DAHULU, TAK ADA SEORANG PUN YANG AKAN MERASAKANKU, JUSTIN! Kumohon, lepaskan. Aku tak mau! Aku tak mau!
Kata kata itu.
Semua tubuh Justin bergetar. Hatinya seperti diremas oleh apapun yang membuatnya sangatlah sakit. Dipikirannya adalah bahwa semuanya bohong. Semuanya membohongi dirinya.
Justin dengan sigap langsung berlari keatas dengan cepat. Kemudian dia sampai di kamar Selena yang sedikit terbuka. Lalu mendobraknya dengan kencang. Justin masuk, melihat wanita itu yang tertidur dengan tertutupi selimut. Dengan keadaan ancur dan juga tangisan yang pilu.
Dengan langsung Justin mendekat, dan menarik selimut sialan itu. Yang membuat dirinya melihat semua tubuh bulat wanita itu. Sakit. Perih. Saat melihat darah di ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
creído // Jelena
FanfictionRasa yang sangat amat menyakitkan terus terulang ulang. Wanita menahan sakit, akan kuat. Tapi tak akan selamanya wanita kuat untuk menghadapi itu.