creído; chapter 20. kita lihat

1.2K 92 32
                                    

"Kau berselingkuh dengan dia!" Teriaknya dengan keras.

"Erlin, baby, tidak, aku tidak." Ucap lelaki yang memeluk Erlin dari satu jam yang lalu.

"Tap-"

Lelaki itu mengecup bibir Erlin dengan cepat dan singkat.

"Kau sangat bawel saat cemburu membuatku gemas padamu." Bisiknya.

"Justin jangan melunakkan ke marahanku." Ucap Erlin dengan kesal.

Justin tertawa, dan dia mengecup ngecup kening Erlin dengan gemas.

"Heh, kau." Ucap Erlin dengan kasar.

Erlin memberontak dari pelukan Justin, dan mendekat kearah wanita yang menangis dalam diam. Kedua tangan Erlin dengan kasar mendorong wanita itu yang membuat wanita itu terjungkal ke belakang.

"A-aw." Ringisnya.

Kedua mata Justin membesar, dia menarik Erlin lagi, "sayang, kau kasar sekali." Bisik Justin.

Justin menatap wanita itu, tatapannya tak bisa di artikan. Dirinya bingung, mengapa sikap dirinya pada wanita itu yang baru dia lakukan baru baru tadi sangatlah bagus untuk wanita itu. Justin menghela nafas, kepalanya tiba tiba sangatlah pusing.

"Sialan, dasar jalang. Selena jalang sialan, pergi kau." Ucap Erlin.

Selena menatap Erlin, dan dia bangun dengar perlahan walaupun bokongnya sangatlah sakit. Menghapus air matanya di kedua pipinya.

"Aku bukan jalang sialan! Kau yang seharusnya di panggil jalang!" Ucap Selena dengan kesal.

Erlin tertawa sangatlah keras tetapi di sengaja.

"Kau? Aku? Hey, perbandingan kau dan aku itu sangat lah jauh. Kau, haha, penggoda lelaki di club. Ew." Ucap Erlin.

Selena menahan nafas, lalu menatap Justin yang juga menatapnya.

"Kau membututiku?" Bisik Selena.

"Kau hanya ingin membuat Justin sangat amat membenciku. Kau sangatlah iri pada ku." Ucap Selena dan dia langsung berjalan meninggalkan Erlin dan Justin.

Cukup.

Hatinya sangatlah sakit.

***

Selena menatap televisi dengan kosong, pikirinnya kemana mana. Dia ingin memerjuangkan Justin, tetapi dirinya sangatlah lelah untuk itu.

Hatinya sudah lelah untuk menerima makian dan ucapan ataupun panggilan yang membuat dia muak. Membuat dia berpikir mengapa mereka semua bersikap seperti itu tanpa bukti.

"Justin, marahi dia." Ucapan itu membuyarkan pikiran dan tatapan kosong Selena.

Dia mendongak mencari suara itu. Dan menemukan Erlin dan Justin yang berdiri tak jauh darinya.

Ini sudah hari ke tiga saat dimana dirinya dan Justin berperilaku romantis lalu diganggu oleh Erlin sialan. Mereka saling diam selama tiga hari tersebut.

Selena sudah tak tahan, dan dia berdiri menghadap ke mereka berdua.

"Apa? Kau menyuruh Justin memarahiku karna apa?" Ucap Selena.

Erlin menatap Selena, lalu berperilaku seperti jijik. "Aku menatap dirimu saja sangat lah jijik, jalang."

Tangan Selena mengepal. Menahan emosi sekuat tenaga, karna perilaku Erlin yang sangat menjijikan.

"Mengapa kau terus terusan memanggilku jalang, Erlin yang terhormat?" Ucap Selena. Dia tersenyum dengan paksa.

"Ew, jalang sialan." Ucap Erlin.

"Aku bukan jalang, sialan!" Teriak Selena.

Dia tak peduli, tak peduli nantinya dia akan terkena marah oleh Justin.

"Wow, kau bukan jalang tapi kau sudah tak perawan." Ejek Erlin lalu tertawa dan dia menyender di bahu Justin dengan manja.

"KAU YANG SEHARUSNYA DIPANGGIL JALANG! KAU YANG SUDAH TAK PERAWAN BUKAN AKU, SIALAN!" Teriak Selena dengan keras. Bahkan air matanya sudah turun.

"SELENA!" Bentak Justin dengan keras.

Selena menatap Justin, lalu dia menghapus air matanya. Tawa getir Selena keluar dari mulutnya.

"Apa?" Tanya Selena, "kau ingin memukulku? Kau ingin memarahiku? Menamparku? Silahkan." Ucap Selena dengan isak tangisnya.

"Aku bukan jalang. Sekali lagi aku bukan jalang Justin!" Ucap Selena di akhir teriakan.

Justin menghentakkan tangan Erlin dengan kasar, lalu dia mendekat kearah Selena. Mencengkram prrgelangan tangan Selena dengan kasar.

"Sialan! Kau, mengapa kau melindungi diri terus menerus padahal bukti sudah ada di depan mataku hah!" Bentak Justin. Rahangnya mengeras dan wajahnya memerah.

"ITU BUKTI PALSU!" Teriak Selena. Tangisan Selena sangatlah kencang.

PLAK!

Tangan Justin menampar pipi Selena dengan keras.

Selena memegang pipinya dengan terkejut.

"Jangan berteriak didepan ku, sialan!" Bentak Justin.

Mata Selena menatap Justin dengan nanar, air matanya turun terus menerus.

"Aku membencimu." Bisik Selena.

Justin menatap Selena dengan tajam.

"Aku tak peduli." Ucap Justin dengan penekanan.

Tangan Justin mengambil handphonenya dengan tergesa gesa di sakunya. Tanpa mengalihkan tatapannya pada Selena. Saat handphone berada di tangannya, mata Justin langsung tertuju pada handphonenya lalu mengetik sesuatu.

"Kau ingin membuktikan apa yang kau lindungin itu kan?" Ucap Justin dengan dingin.

Selena terkejut.

"Mari kita lihat." Ucap Justin lalu menempelkan handphonenya di telinganya.

"Ke rumahku, sekarang." Ucap Justin dengan singkat lalu mematikkannya.

"Justin, apa maksudmu?" Ucap Selena dengan masih berada di keterkejutan.

"Kau ingin membuktikan keperawanan mu itukan, aku ingin melihatnya." Ucap Justin.

"Just-"

"Kau bilang kau masih perawan, mengapa kau terkejut, eh?" Ucap Justin dengan senyuman miring.

"Sialan, aku makin membencimu karna kau sekarang terlihat seperti pembohong." Gertak Justin.

"Bukan itu maksudku, tap-"

"Diamlah, aku hanya ingin melihat bukti sialanmu itu, bukan ucapanmu." Bisik Justin.

Selena menatap Justin dengan tidak percaya.

***

Hayoloh ini apa...

Vote comment yaa

creído // JelenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang