creído; chapter 40. she didn't want..

1.1K 101 77
                                    

Dengan disaat dirinya masih mematung tanpa bergerak, tubuhnya langsung bergerak begitu saja saat wanita yang memeluknya tadi menariknya untuk menghadap kearah wanita tersebut. Kedua tangan wanita itu menangkup kedua pipinya, membuat kepalanya menunduk menatap wanita tersebut.

"Justin, kau kenapa?"

Matanya langsung menutup dengan erat saat merasakan denyutan dikepalanya muncul dengan tiba tiba. Kedua tangan Justin dengan sigap memegang bahu wanita di depannya, kalau tidak, dia bisa terjatuh begitu saja.

"Kepalaku sakit." Lirih Justin.

"Justin.." wanita itu memanggilnya dengan nada yang rendah, yang membuat Justin langsung memeluknya.

Berjalan dengan masih menutup matanya dan akhirnya wanita dalam pelukannya terjatuh dengan keadaan duduk di ranjang, Justin langsung duduk disebelahnya tanpa melepas pelukan tersebut.

"Kau tidak membohongiku bukan?" Bisik Justin.

Tubuh wanita itu menegang dan segera untuk membiasakan tubuhnya. Lalu membalas pelukan Justin dengan erat tanpa menjawabnya.

"Erlin? Jawab aku." Ucap Justin.

Justin menjatuhkan tubuhnya ke ranjang dengan kaki yang menjuntai kebawah, lalu menarik Erlin untuk tiduran juga di sampingnya. Justin membuka matanya, menatap Erlin dengan tatapan sendu, matanya mulai memerah,

"Jawab aku." Ucapnya lagi.

Tangan Erlin beranjak mengelus rambut Justin dengan perlahan, dan tangan satu lagi dia selip di sela sela lehernya,

"Tidak, aku tidak berbohong." Ucap Erlin.

Senyuman tulus Justin mengembang di bibirnya lalu tangannya mengangkat mengelus pipi Erlin. Kedua matanya tertutup dengan perlahan, merasa lelah untuk membuka matanya dan akhirnya tangan yang mengelus pipi Erlin terjatuh dengan lemas di atas ranjang.

"Justin?"

Erlin beranjak, mendekat kearah Justin lalu mengguncang guncang dengan cepat tubuh Justin. Sama sekali tidak bangun. Erlin menggigit bibirnya dengan kasar, rasa khawatir mulai keluar dan menjalar di tubuhnya.

"Justin, bangun!" Erlin terus mengguncang guncangkan tubuh Justin.

"To-"

Ucapan Erlin berhenti saat melihat Pattie yang berdiri tak jauh dari nya. Dengan tatapan tajam Pattie, dia berjalan kearah Erlin. Detik kemudian Pattie sudah berada di hadapan Erlin, sekuat tenaga yang Pattie bisa, kedua tangan Pattie mendorong Erlin dengan kesal sampai Erlin terjatuh dari ranjang.

"Kau meracuni otak anakku, dasar murahan." Ucap Pattie.

Tangannya mengambil handphone Justin yang berada di meja sebelah ranjang tanpa memperdulikan Erlin yang sekarang menangis dan meringis kesakitan karna bokongnya berdenyut.

Tangannya yang baru saja memegang handphone Justin, langsung terjatuh saat melihat darah yang mengepung di lantai. Pattie mengerjap,

"Erlin! Itu darah apa?!" Teriak Pattie.

Dengan isak tangis Erlin, dia menjawab, "Se-lena."

"A-apa?" Pattie menatap Erlin dengan tidak percaya.

Erlin menunduk merasa takut, "Tadi Justin mendorong Selena lalu, la-lalu Selena mengeluarkan itu dari balik celananya. Da-daryl membawa Selena ke ru-rumah sakit." Ucap Erlin.

Pattie menegang, pikirannya langsung kepada cucunya. Dia segera beranjak tanpa memperdulikan putranya. Berlari dengan cepat.

Dan Pattie berhenti saat sudah sampai pintu, tanpa membalikkan tubuhnya, dia berucap,

creído // JelenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang