creído; chapter 29. Studi lapangan?

1.5K 107 53
                                    

Di keramaian kelas yang sudah selesai, orang orang pada berlalu keluar dari kelasnya. Tapi tidak dengan wanita satu ini,

Dia hanya diam, menahan gejolak diperutnya yang sadari tadi ia tahan. Rasa aneh yang saat dia memainkan lidahnya di dalam mulutnya. Terasa hambar. Menghela nafas perlahan, dia beranjak, dan mengambil tasnya. Berjalan keluar dengan perlahan, dipikirannya, apa ini efek kandungannya? Kalau iya, dia tak akan mengeluh, karna ini memang wajib untuk dilaksanakan walaupun sangat tidak enak.

Gejolak diperutnya itu makin keatas, dengan segera dia berlari terbirit birit menahan mual. Dia sesekali mengucapkan kata permisi saat melewati orang orang yang menghalangi dirinya jalan. Kemudian sampai pada toilet wanita, dengan langsung dia ke wastafel lalu memuntahkan isi perutnya. Tapi hanya air kental yang keluar.

Tangannya menyalakan air dan membasuh mulutnya. Tubuhnya langsung tegak, dan melihat dirinya di cermin. Ujung rambutnya sedikit basah karna terkena air.

Bibirnya tertekuk, lalu tangannya memegang rambutnya yang basah. Bahunya turun, berjalan keluar tanpa memperlihatkan orang orang yang berada di dalam kamar mandi.

"Selena."

Kepalanya langsung mendongak, dan melihat ayah dari kandugan ini.

"Ya tuhan," lelaki itu memeluk Selena dan melepasnya lagi. "Kau membuatku khawatir." Bisik lelaki itu.

Selena menghela nafas dan hanya menatap lelaki itu, sesekali mengerjap ngerjapkan matanya.

"Kau kenapa?" Ucap lelaki itu seraya merangkul bahu Selena.

Mereka pun berbicara sambil berjalan.

"Aku mual lagi, Justin." Bisik Selena.

Kepala Selena menyender pada bahu Justin.

Justin mengecup pucuk kepala Selena, "tidak enak ya?" Tanyanya.

Selena langsung mengangguk.

"Kau harus makan." Ucap Justin yang langsung dibalas dengan dengusan Selena.

"Tidak." Tolak Selena.

"Harus."

"Tidak."

"Harus."

"Tidak."

"Harus, Selena."

"Ih tidak!"

Selena menjauhkan dirinya dari Justin yang membuat rangkulannya terlepas. Justin langsung menatap Selena, menghela nafas dengan sabar.

"Harus, sayang." Ucap Justin. Dengan cekatan tangannya lansung mengenggam tangan Selena dan membawa Selena ke kantin.

"Tidak mau, Justin." Rengek Selena seraya memberontak tapi tidak bisa.

Justin menarik Selena dengan sedikit hentakkan lalu memeluknya dengan erat. Justin menopang dagu di pucuk kepala Selena, dan dia tersenyum dikala dimana semua orang yang melewati nya melihat dia.

Mereka berjalan dengan berpelukan. Itu membuat perhatian semua orang teralih kepada mereka.

"Aku membencimu!"

"Tapi aku mencintaimu." Ucap Justin seraya mengecup pucuk kepala Selena.

"Diam disebelahku." Ucap Justin dan melepas pelukan, tangannya menarik tangan Selena untuk berdeketan dengannya lalu melepasnya lagi.

Selena mendengus, menatap Justin dengan kesal, tapi Justin hiraukan dan memilih untuk memesan makanan. Selena menghela nafas, dan melihat ke penjuru arah.

creído // JelenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang