"Mom senang, Justin bisa membuatmu tersenyum walaupun pernah menyakitimu."
Dengan berpakaian putih, Marie menatap Selena dengan lembut yang ditatap membuat menangis dengan kerinduan yang terdalam.
"Mom." Bisik Selena di sela sela isak tangisnya.
Dia tidak tahu harus apa.
"Mom ingin cucu yang banyak." Ucap Marie.
Selena tertawa dan memegang perutnya, "Mom, disini ada seseorang yang akan menjadi cucumu." Bisiknya.
Marie terus tersenyum, "Tidak ada. Saat kau nikah di perutmu itu akan ada cucuku."
"Tidak, Mom, in- Mom?" Selena menatap kesekeliling yang tidak menemukan sama sekali keberadaan Mommy.
"Mom?"
"MOM!"
"Sayang! Selena!"
Selena membuka matanya dengan cepat, dan menatap Justin yang sudah berada di hadapannya. Detik itupun Selena beranjak dan masuk dalam dekapan Justin. Memejamkan matanya dengan erat, lalu air mata perlahan keluar.
"Kau membuatku khawatir." Bisik Justin.
Tangan Justin mengelus rambut Selena dengan lembut seraya menekan lebih erat untuk masuk dalam kehangatannya. Satu tangan nya lagi mengangkat pinggang Selena itu lebih dekat ke tubuhnya. Memeluk dengan erat sesekali mengecup pucuk kepala dan pelipis Selena. Justin menunduk menatap Selena yang mulai terisak, Justin menghela nafas dan memeluknya lebih erat.
"Sstt, sayang, jangan menangis." Bisik Justin.
"Kau memimpikan Mommymu?" Tanya justin.
Selena mengangguk dan melepas pelukan Justin, tatapan Selena menatap dada Justin yang tanpa baju. Detik itupun kedua tangan Justin menangkup kedua pipi Selena, ibu jarinya menghapus air mata Selena. Menarik untuk menatap wajah Justin.
"Ceritakan padaku." Bisik Justin yang langsung di jawab oleh gelengan lalu menghambur kembali kepelukan Justin, memeluk leher Justin dengan erat.
"Mimpinya sangat aneh." Gumam Selena.
Justin menatap jam dinding yang terletak di ujung ruangan kamarnya, jarum pendeknya menunjukkan keangka satu dan Selena tertidur jam setengah satu-an. Berarti Selena tidur siang hanya setengah jam-an. Kecupan sayang mendarat di pipi Selena.
"Mau tidur siang lagi?"
Selena menggeleng, "tidak."
Tangan Justin memegangi kedua bokong Selena lalu mengangkatnya, Selena melingkarkan kedua kakinya dengan erat di pinggang Justin, dan memeluk erat leher Justin.
Justin berjalan keluar kamar, berjalan menuju ruang televisi. Kemudian Justin duduk di sofa dengan Selena yang berada di pangkuannya. Selena menatap Justin lalu maju, menyenderkan pipinya di bahu Justin. Justin mengusap usap bahu Selena dengan lembut sesekali mengecup kening Selena.
"Kau sudah tidak apa apa, Justin?" Bisik Selena.
"Sudah, Sayang. Kemarin aku sudah sembuh." Tangan kosong Justin mencubit pipu Selena dengan gemas dan pelan.
"Justin."
"Hmm?"
"Aku ingin jalan jalan." Cicit Selena seraya memajukan kepalanya kearah leher Justin.
"Mau kemana? Besok kita studi lapangan, ingat?" Ucap Justin.
"Aku tahu, tapi Justin, aku ingin main." Rengek Selena lalu menjauhkan kepalanya dari bahu Justin dan menatap Justin dengan alis tertekuk dan bibir menekuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
creído // Jelena
FanfikceRasa yang sangat amat menyakitkan terus terulang ulang. Wanita menahan sakit, akan kuat. Tapi tak akan selamanya wanita kuat untuk menghadapi itu.