creído; chapter 38. Lie

866 79 40
                                    

Dengan jantung yang berdegup kencang, lelaki itu menatap dua benda di kedua tangannya. Memejamkan matanya dengan erat, dia ingin mengingat, mengapa ada dua benda tersebut dikamarnya. Dia mendengus, merasa tidak bisa mengingat apa pun dan langsung membuka matanya. Dengan segera kedua tangannya menyimpan di ranjangnya lalu tangan mengambil handphone, membuat kontak di handphone tersebut.

Tangannya mengelus layar keatas, melihat lihat nama nama tertera dan dia ingin mencari yang dia cari. Lelaki tersebut memberhentikan elusan tangannya, saat melihat ada nama,

My princess Sel ♡

Sel? Dia menggeleng, lalu menekan nama tersebut sekali. Detik itupun lelaki itu menghapus nama tersebut dari kontaknya. Dia menghela nafas, dan kembali untuk mencari nama yang dia cari.

Satu tangannya menyimpan handphone di telinga kiri, seraya menatap dua benda tersebut.

"Ya? Apa, Justin?"

"Kau sedang apa?"

"Aku sedang dirumah, kau merindukanku, Sayang?"

Dia terkekeh,

"Ya, kau benar."

"Kalau begitu, aku kerumahmu. Apa boleh?"

"Erlin, kau kekasihku. Tentu boleh, aku juga ingin kau disini." Ucapnya, dengan tangan yang kosong mengambil kedua barang tersebut.

"Aku akan bersiap siap."

Justin menghela nafas, "Erlin?"

"Ya?"

"Apa kau hamil?"

"Apa?"

"Aku menemukan USG dan juga sepatu kecil," Bisik Justin seraya meremas sepatu tersebut, "Apa kau hamil? Anakku? Aku tidak mengingat apapun." Lanjutnya.

Justin mendengar suara tawa Erlin,

"Kau benar benar amnesia. Iya sayang, aku hamil, anakmu."

Detik itu Justin langsung tersenyum simpul, menunduk menatap USG.

"Sial, mengapa aku bisa amnesia seperti ini. Astaga, aku minta maaf, Sayang. Aku melupakan masa itu." Ucap justin dengan suara yang kesal dan juga kekehan secara bersamaan.

Justin menggigit bibirnya, dia tak ingin tersenyum seperti orang sinting. Tetapi tak bisa.

"Tidak apa. Sayang, aku akan berangkat, aku tutup ya?"

"Yasudah, hati hati."

"Aku mencintaimu."

Untuk kesekian kalinya Justin tersenyum, "Aku juga mencintaimu."

Setelah itu Erlin mematikan sambungan tersebut. Justin melempar handphonenya, dan menyimpan kedua barang tersebut di ranjangnya kembali. Kaki Justin kemudian berjalan keluar.

Tatapan Justin tertuju pada Pattie yang sedang berjalan di bawah,

"Mom!"

Pattie mendongak, melihat Justin yang berlari kearahnya. Pattie tersenyum, dan berhenti berjalan, terdiam, menunggu Justin menghampirinya.

Setelah Justin selesai menuruni tangga, dia segera memeluk Pattie seklias, lalu menatap Pattie dengan mata yang berbinar,

"Mom, mengapa kau tidak mengatakan kalau kekasihku sedang hamil?" Ucap Justin.

Pattie terdiam, lalu tersenyum, "Iya-"

"Kau menyebalkan, Erlin akan segera kesini. Ya tuhan dia sedang hamil, dan dia kesini sendiri." Ucap Justin dengan menatap ke seluruh dinding.

creído // JelenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang