Aku menatap laki laki itu dengan diam. Lalu berlari menyusul justin. Tanganku menghapus air mata yang dari tadi masih keluar dari mataku."Justin." Panggilku, dan memegang telapak tangannya.
Tapi langsung di hempas.
"Justin, ku mohon." Tanganku memegang telapak tangannya lagi dan maju dengan cepat menghalangi dia jalan.
"Menyingkirlah." Ucap justin dengan dingin.
Aku menggeleng, "Tidak, Tidak akan."
Tanganku yang tidak memegangi apapun, memegang dengan perlahan rahangnya, dan ibu jariku mengusap darah yang berada diujung bibirnya.
Justin sedikit meringis dan dia menatapku, masih sama dengan tatapan dinginnya.
"Aku minta maaf." Bisikku.
"Ya." Ucap justin, dia menatapku lalu membuang muka.
"Aku obati lukamu ya?"
"Tidak usah." Justin berjalan dengan sisi yang aku tidak halangi.
"Hati hati justin." Teriakku.
Aku menghela nafas, dan menatap punggung justin yang kelama kelamaan makin menjauh.
Jangan menangis.
Aku menunduk dan berjalan entah mau kemana. Menatap lantai putih dan sepatuku yang berwarna putih. Handphoneku berdering di saku jeansku. Aku mengambilnya dan membuka kuncinya.
Ada pesan satu dari Erlin.
From:Erlin
Aku pulang duluan ya.
Aku menghela nafas dan membenarkan tas sampingku. Tanpa membales aku mengantongkan kembali handphoneku dan berjalan keluar dari gedung ini.
Mataku menatap gerbang yang tinggi berwarna putih.
"Sayang masuk cepat." Teriak justin dari dalam mobil.
Aku menghetak kan kakiku dan masuk. Dan aku menatap gerbang tinggi berwarna putih.
"Aku minta maaf, tadi ada teman aku, mengajakku berbicara sebentar." Jelas justin.
Aku menghela nafas, "ya."
"Kau marah." Justin menarikku.
"Tidak, sudahlah jalankan saja mobilmu." Ucapku.
"Baby." Justin memeluk pinggangku dengan satu tangan.
Tangan satu lagi memegang stir dan mulai menjalankan mobilnya. Justin mengecup pucuk kepalaku.
"Maafin ya?" Bisik justin.
"Ya." Bisik ku.
Aku menempatkan tangan ku belakang punggung justin dan tangan satu lagi di pinggang justin.
"Aku mencintaimu." Bisikku.
"Aku juga sayang, sangat."
Aku tersenyum dan mempererat pelukannya.
"Yatuhan."
Aku melamun lagi disaat yang tidak tepat.
Aku tersenyum menatap gerbang putih itu. Tanpa aku mau, aku menengok kearah parkiran motor dan menemukan laki laki dan perempun yang sedang mengobrol.
Alisku mengkerut dan mataku menyipit.
Erlin.
Justin.
Dadaku seketika sesak melihat mereka berdua. Justin memberi helm hitam ke Erlin dan Justin yang sudah pakai helm naik ke motornya diikuti oleh Erlin yang naik juga.
Mereka?
Justin mulai menjalankan motornya, dan sedikit lagi akan melewatiku.
Aku melihat justin menatapku, aku menatapnya lalu Erlin yang tersenyum kearahku tanpa ada bersalahpun, maksudku Erlin tidak punya rasa tidak enak atau apapun gitu?
Mereka melewatiku.
Dadaku sesak. Sangat. Sahabatku berboncengan dengan mantan kekasihku yang masih aku cintai.
Mataku memburam. Bibirku bergetar. Dan semuanya keluar. Air mataku keluar. Aku menutup mulutku menahan isakkan yang keluar.
***
Vote comment.
Tulisan yang miring itu artinya selena lagi flashback ya
KAMU SEDANG MEMBACA
creído // Jelena
FanfictionRasa yang sangat amat menyakitkan terus terulang ulang. Wanita menahan sakit, akan kuat. Tapi tak akan selamanya wanita kuat untuk menghadapi itu.