creído; chapter 45. shouldn't come back

1.3K 114 90
                                    

Tangan Justin memegang dengan erat pintu didepannya, kalau tidak, dia akan terjatuh. Matanya tertutup dengan erat, merasakan kepalanya yang berdenyut kencang. Ringisan tanpa dia mau keluar begitu saja dari mulutnya.

"Dude?!"

Suara lengkingan berat Daryl menggema di telinga Justin. Saat itu juga, dia merasakan tubuhnya di tarik dengan perlahan, dan di bawa ke arah sofa lagi. Justin mengumpat, mengapa dia lemah seperti ini?

"Sekarang kau pulang!" Ucap Daryl.

Justin mendongak menatap Daryl dengan alis tertekuk,

"Tidak, tidak apa." Ucapnya.

Daryl terkekeh dengan sinis,

"Tidak ada yang namanya menemui Selena saat ini."

Detik itu pun tubuh Justin menegak, dan menghela nafas perlahan. Memperlihatkan tubuhnya yang kuat kearah Daryl secara tidak langsung. Dan Daryl tahu itu. Tapi tetap saja, tubuh Justin sedang tidak baik, dan akan bertemu dengan Selena, sendiri? Tidak, Daryl tidak mengizinkan itu. Kalau terjadi sesuatu, itu bisa fatal.

"Daryl, tubuhku baik baik saja." Ucap Justin.

Justin berdecak dengan kesal menutupi ringisan yang akan keluar dari mulutnya karna kepala nya terus berdenyut tanpa henti. Tatapan Justin tertuju pada Daryl yang berdiri dihadapannya, lalu dia mengambil handphone yang sebelumnya dia ambil di karpet. Membuka pesan Daryl, dan menekan nomer yang tertera pada pesan itu. Sungguh, hatinya menghangat karna sebentar lagi dia akan bertemu dengan wanitanya.

"Sudahlah, aku ing-"

"Urusi keadaanmu dulu, sialan!" Potong Daryl dengan kesal.

Dengan malas Justin menatap Daryl. Tanpa memperdulikan itu, Justin membuang muka dan menempelkan handphonenya ke telingannya. Jantungnya perlahan lahan berdetak dengan cepat, dan juga kaki yang sekarang tidak mau diam. Justin menggigit bibirnya dengan kasar. Dan mengumpat, mengapa tidak diangkat?

"Daryl, mengapa Selena tidak mengangkatnya?"

Daryl mengangkat bahunya, kakinya berjalan kearah mejanya, lalu tangannya mengambil handphonenya, berniat untuk menelpon, bisa saja kalau dirinya diangkat bukan? Daryl menatap Justin tanpa mendekat kembali. Dia lebih memilih menyender di mejanya, mengutak atik handphonenya lalu menekan nama 'Selena' di situ. Tangannya menekan loudspeaker. Supaya Justin bisa mendengar.

Justin terpaku, saat tidak mendengar suara sambungan. Mendengar suara hening di sana. Sialnya, hatinya berdenyut, mengapa Daryl diangkat dan dia tidak? Justin tertawa di dalam hati. Jelas bukan kalau Selena tidak memilih mengangkat sambungannya? Dia mendongak menatap Daryl, yang juga menatapnya.

"Daryl.."

Tepat pada itu, Justin semakin terpaku. Menegang secara bersamaan. Sudah berapa lama dia tidak mendengar suara itu? Satu tahun? Bahkan lebih. Justin membuang muka, menggigit bibirnya, dia tidak boleh menangis. Dia kuat.

Daryl menatap Justin yang baru saja membuang muka darinya. Yang sialnya, sikap Justin membuat hatinya seperti tersayat. Sebegitu nya?

"Daryl? Kau disana?"

"Ya." Jawab Daryl, sama sekali tidak mengalihkan tatapannya pada Justin.

"Apa ada masalah? Daryl, dia menelponku." Ucap Selena disana.

Justin menatap Daryl dengan cepat.

"Dia siapa?" Tanya Daryl berpura pura tidak tahu.

"Si brengsek itu.."

creído // JelenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang