"Sel, satu suap lagi."
Aku membuka mulutku tanpa mengalihkan tatapan ku dari Justin. Mengusap usap punggung tangannya dengan lembut, aku tidak sabar melihatnya bangun. Aku sudah semangat makan, minum susu, dan meminum vitaminku. Karna Justin. Aku tidak lagi menangis, hatiku sudah tenang.
"Minum susunya."
Aku menatap Mom Pattie yang menatapku dengan senyuman. Aku menerima susunya dan mengalihkan pandanganku lagi kearah Justin. Meminum susu dengan perlahan, sesekali tanganku mengangkat ke arah rambut Justin lalu mengelusnya dengan lembut.
Tanganku memberi gelas ke Mom Pattie, lalu dia memberiku vitamin dan segelas air putih. Aku tertawa,
"Aku seperti orang sakit tahu tidak, Mom." Ucapku.
Mom Pattie mengusap rambutku, "Bayimu yang harus tumbuh jadi kau harus seperti orang sakit sampai waktu tiba." Ucapnya.
Aku tersenyum dan setelah meminum vitaminnya, aku menunduk menatap perutku. Tanganku yang kosong mengusap perutku perlahan dan merasakan perutku yang lumayan sedikit membuncit. Aku mendongak menatap Justin,
"Kau pasti senang, lihat perutku sedikit membuncit, Justin." Ucapku dengan senyumanku yang bahagia.
Aku berdiri, mendekat kearah Justin lalu mengecup bibir nya sekilas, ah, aku sangat mencintainya. Sungguh, aku tak sabar melihat Justin membuka matanya.
"Justin, kau harus bangun, aku mengidam dirimu. Bukan kah kau senang? Aku hanya ingin dirimu, berarti bayi kita menginginkanmu." Bisikku, detik kemudian aku terkekeh.
Tatapanku teralihkan karna suara pintu, aku menengok melihat Daryl yang membawa tasnya. Aku yakin dia dari kampus, aku tersenyum saat tatapan Daryl tertuju padaku. Aku melihat Daryl membawa sekantung plastik,
"Bawa apa?" Tanyaku.
Daryl menarik kursi lalu mendekatkan ke kursiku. Aku segera duduk dan Daryl pun duduk di kursi. Dia mengambil permen lolipop yang ukuran sedikit besar lalu Daryl memberi kepadaku.
"Untukku?" Aku menunjukkan diriku.
Dia tertawa lalu mengangguk, "Untuk menghilangkan bosanmu." Ucapnya.
Aku bersorak kecil, mengambilnya dan membukanya dengan perlahan. Kemudian aku menjilat atas, memasukinya sedikit karna tidak muat dimulutku. Aku menatap Justin yang masih memejamkan matanya. Tanganku yang mengenggam tangannya, aku segera meremas sekaligus mengelusnya.
"Justin ada perubahan?"
Aku segera menggeleng dan menatap Daryl sekilas. Memang tidak, 5 hari setelah Justin melewati kritisnya, sama sekali belum ada perubahan. Aku menghela nafas dan menjilat terus menerus permen lolipop, rasanya aku ingin menjadi pensulap dan membangunkan Justin dengan mantraku.
Itu mustahil.
"Aku keluar dulu bentar."
Tatapanku langsung mendongak, melihat Daryl yang sudah berdiri. Aku tersenyum dan mengangguk. Menit kemudian, Daryl sudah tidak berada disini.
Aku menarik tangan Justin, mengecup punggung tangannya dengan lembut, dan mengusap usap terus menerus.
"Aku mencintaimu." Bisikku.
Mataku membuka dengan lebar, terkejut apa yang baru aku rasakan. Tangan Justin bergerak lalu meremas tanganku. Sial. Yatuhan, jantungku berdetak lebih cepat sekarang.
"Mom! Mommy! Justin!" Aku berteriak dengan reflek.
Yatuhan.
Aku menatap wajah Justin, dia diam, tapi mengapa tangannya bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
creído // Jelena
FanficRasa yang sangat amat menyakitkan terus terulang ulang. Wanita menahan sakit, akan kuat. Tapi tak akan selamanya wanita kuat untuk menghadapi itu.