creído; chapter 19. fall

1.2K 94 26
                                    

Cahaya yang mulai menerangi ruangan yang gelap itu membuat eratan pada pelukan semakin menjadi. Dirinya terganggu.

Dia menggeram, dan menunduk tanpa membuka mata, lalu menyempilkan kepalanya ke sela sela ternyaman. Yaitu leher perempuan yang dia peluk.

Perempuan itu mengernyit, dan dengan terpaksa membuka matanya. Menatap keseliling yang masik gelap tetapi jendela yang tertutup horden sudah terang. Matanya melirik jam, jarum pendeknya kearah tujuh.

"Justin." Bisiknya.

Kedua tangan dirinya mengusap rambut Justin dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Bangunlah." Bisiknya lagi.

Justin menggumam tak jelas dan mempererat lingkaran tangannya.

"Justin, ak-"

"Kau bawel sekali, Sel." Ucap Justin dengan dingin tapi suaranya sangatlah serak.

Selena terdiam, tapi dirinya ingin membuang air kecil tapi masih bisa ditahan, tetapi tetap saja.

"Justin, bangunlah, ak-"

"Sialan! Tutup mulutmu!" Bentak Justin.

Justin membuka matanya, menatap Selena dengan tajam dan matanya sangatlah merah. Selena menegang, dia takut sekarang. Melihat kedua mata Justin yang sangat merah membuat nya merasa bersalah.

"Jangan banyak bicara." Ucap Justin dengan dingin lalu mencium bibir Selena dengan cepat.

Melumatnya dengan kasar.

Tak lama Justin melepasnya lalu menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Selena. Selena menahan nafas, tubuh Justin sangatlah berat.

Selena menghela nafas, berusaha tak masalah dengan posisi tidur justin ini. Dia tak ingin Justin marah lagi. Dengan lembut Selena melingkarkan kedua tangannya di pinggang Justin lalu mengusapnya dengan lembut.

"Kau, dasar bayi besar." Bisik Selena lalu tertawa kecil.

Selang beberapa menit Justin mempererat pelukan lalu menjatuhkan dirinya kesebelah tanpa membuka mata yang alhasil Selena ikut bergerak karna tarikan di pinggangnya. Jadi sekarang gantian, tubuh Selena yang di atas tubuh Justin.

Selena menatap Justin yang tetap menutup matanya, dia tersenyum, lalu dia sedikit bergerak maju yang membuat Justin juga semakin mempererat, mungkin takut Selena kemana mana. Kedua tangan Selena menangkup kedua pipi Justin, dan mengelus dengan lembut.

"Aku mencintaimu, sayang." Bisik Selena.

Wajah Selena maju untuk lebih dekat ke wajah Justin, lalu mengecup kening Justin dengan kasih sayang. Ciumannya turun ke hidung, lalu kedua mata Justin dan kedua pipi Justin. Selena mengangkat wajahnya, menatap Justin yang Selena lebih suka seperti ini, dia seperti baik baik saja saat tertidur.

Kedua mata Selena terpejam untuk merasakan terpaan nafas Justin. Bibir Selena naik, menjadi ukiran senyuman yang sangat cantik. Dia ingin seperti ini terus.

Detik kemudian, Selena terkejut. Merasakan sesuatu basah di bibirnya, dia langsung membuka mata, dan melihat Justin yang menutup matanya, memainkan bibirnya.

Justin menekan tengkuk Selena dengan satu tangan, memperdalam ciuman ini. Selena langsung memejamkan matanya lagi dan membalas ciuman ini dengan lembut. Kedua tangan Selena mengelus pelipis Justin.

Semakin kesini, ciuman ini berubah jadi panas.

"Jus-uh." Ucapan Selena terpotong dengan lenguhan karna ulah Justin yang menggigit bibir Selena.

Justin memutarkan posisinya, tanpa melepas ciuman ini. Selena bisa merasakan kalau bajunya tersingkap karna kedua kaki Justin yang tak bisa diam, dia yakin, bahwa celana dalamnya keliatan sekarang.

"Justin, stop, ah!" Selena memekik tertahan saat, Justin menekan payudaranya tanpa aba aba.

Selena mendorong bahu Justin, yang membuat ciuman mereka terlepas dan saling menatap satu sama lain dengan nafas yang memburu. Selena menekuk lutut kaki kirinya dengan reflek, yang membuat terkena sesuatu di bawah sana.

"Ah." Erang Justin tertahan.

Mata Selena terkejut dan membesar, menatap Justin yang menatap Selena dengan alis tertekuk. Dia bisa merasakan remasan kedua tangan Justin di kedua sisi sisi bantalnya. Selena mengigit bibirnya dengan keras, jantungnya berdetak tak karuan. 

"Justin." Bisik Selena menciut.

"Selena, kau, kau membuat yang, ya tuhan!" Ucap Justin dengan gemas.

Justin ingin tertawa saat melihat ekspresi Selena, dibawahnya memang merasakan sesuatu, tetapi teralihkan karna dirinya ingin tertawa sekencang kencangnya.

"Maafkan aku, ku mohon." Bisik Selena. Matanya berbinar, seperti ingin menangis.

"Kau harus tanggung jawab." Bisik Justin.

Selena melotot, dan menekan kepalanya di bantalnya karna Justin terus mendekatkan tubuhnya. Matanya tak menatap Justin lagi.

Air mata Selena mengalir, "hiks, ku mohon, maafkan aku." Bisik Selena.

Isak tangis Selena makin menjadi.

Justin tertawa, yang membuat Selena menatap Justin. Satu tangan Justin menghapus air mata Selena.

"Mengapa menangis?" Bisik Justin.

Selena menggeleng, dan tangisannya semakin menjadi. Yang membuat Justin panik,

"Hey, aku hanya bercanda." Ucap Justin.

Dengan gemas Justin mengecup ngecup bibir Selena dengan berkali kali.

"Dasar cengeng." Bisik Justin.

Tangan Selena dengan langsung memukul bahu Justin. Dan menangis makin deras. Bahu nya bergetar.

Justin tertawa, dan mengecup kening Selena lalu memeluk Selena dengan erat. Selena langsung memeluk leher justin, dan menangis dibahu Justin.

Selena menangis karna dia kira Justin benar benar menyuruhnya tanggung jawab. Dan dia menangis pun, dia bahagia karna Justin seperti ini.

Justin langsung mengubah posisi tubuhnya, dan memeluk lebih erat Selena.

"Kiss me." Bisik Justin.

Dengan langsung Selena mengangkat kepalanya untuk menatap Justin. Lalu dia menggeleng tak mau. Justin menangkup kedua pipi Selena, lalu menghapus jejak jejak air mata Selena dan langsung mencium bibir Selena.

Tanpa ia sadari, seseorang masuk.

Dan langsung naik ke ranjang lalu menarik rambut Selena.

"Aw!" Teriak Selena. Dia berusaha mengambil rambutnya.

Ciuman mereka langsung terlepas.

"Erlin!" Bentak Justin.

"Erlin, hey, stop!" Ucap Justin dan dia berusaha menarik tangan Erlin dari rambut Selena.

Justin menghela nafas, lalu memejamkan matanya sebentar, "Sayang! Lepaskan!" Bentak Justin dengan keras.

Dengan langsung Erlin melepasnya karna Justin masih memanggilnya dengan Sayang.

Tubuh Selena lemas dan dia menghindar dari mereka berdua. Lalu memegang rambutnya dan kepalanya yang sangatlah sakit.

Matanya menatap Justin yang menatap Erlin lalu mereka berpelukan dengan Erlin yang menangis.

Hatinya langsung sakit.

Seperti ada ribuang yang menusuk dan terjatuh ke jurang yang berisi batu. Sangatlah sakit.

Jadi itu bukan kesadaran Justin untuk melakukan hal yang membuat Selena terbang ke 7 langit.

***

HAIIIIIIII AGAIN!

creído // JelenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang