Tangan Selena baru saja menyimpan piring di meja makan, dan kedua matanya langsung melihat dua pasangan yang berjalan kearahnya, ralat ke meja makan ini. Selena menunduk, tak ingin melihat, tapi justru dia mendengar percakapan mereka. Dia menghela nafas sebelum pergi dari meja makan, meninggalkan mereka berdua walau mereka berdua pun tidak menginginkan dirinya disana.
"Mom, apa lagi yang harus aku kerjakan?"
"Tidak dan tidak."
Selena menekuk bibirnya, menatap Pattie dengan sedih. Pattie melirik Selena, lalu tertawa kecil.
"Kau keluar saja, Sel." Ucap Pattie.
"Kau mengusirku?"
Dengan berkacak pinggang Selena berucap seperti itu. Pattie menggeleng,
"Tidak, kau sensitif sekali." Pattie menatap Selena dengan kesal.
Selena mendengus, "Tidak mau keluar, nanti bertemu mereka." Bisiknya.
Pattie yang tadinya melanjutkan masaknya yang akan selesai, langsung menengok kearah Selena. Dengan helaan nafas, Pattie menatap Selena dengan sedih. Semua nya sangat cepat, baru saja Justin dan Selena berbahagia lagi, dan sekarang? Bahkan berjauhan seperti dulu.
"Mom, aku sudah lapar."
Kedua nya tersentak, dan menatap ke belakang. Melihat Justin yang merangkul erat Erlin. Sesak, tentu saja bagi Selena. Selena membuang muka, tidak ingin melihat itu semua. Menghela nafas dengan perlahan, lalu tangannya menyentuh perutnya yang lumayan menonjol. Tidak lama, Selena tersenyum saat ingat kalau bayi nya sudah berumur tiga bulan.
"Sel?"
Selena mendongak dengan perlahan, dan melihat Daryl yang sedang berjalan di belakang Justin dan Erlin. Dengan perlahan Selena tersenyum, menunggu Daryl menghampirinya.
"Hai." Sapa Daryl dengan gigi yang bermunculan.
Daryl menengok ke Pattie, dan menghampirinya lalu memeluknya singkat,
"Hai bibi." Sapa Daryl."Daryl, mengapa kau kesini?" Selena berucap seraya menghampirinya.
"Tidak boleh? Lagi pula Bibi Pattie yang mengajakku kesini." Ucap Daryl.
Selena menatap Pattie, dan Pattie tersenyum lalu mengangguk. Dia menatap Daryl kembali, dan Daryl tersenyum lalu memeluknya. Dipelukannya, Daryl menggoyang goyangkan tubuhnya yang membuat tubuh Selena juga bergoyang. Selena mendongak lalu tertawa geli.
"Sekarang ada Daryl, kau bisa keluar berdua." Ucap Pattie.
Selena melirik Pattie lalu menyengir,
"Memangnya kau tidak berani-"
"Ekhem!"
Daryl memberhentikan ucapannya, lalu tersenyum miring dan menatap kebelakang,
"Ada apa? Apa ada yang salah?" Ucap Daryl.
Justin menatap Daryl dengan tajam, merasa tidak suka dengan ucapan Daryl. Bahkan tanpa sadar, Justin meremas pinggang Erlin dengan kuat yang membuat si punya meringis. Tapi tetap tak diperdulikan oleh Justin.
Dan tatapan Daryl tertuju pada tangan Justin.
Dengan tatapan me-remeh, Daryl berjalan masih dengan berpelukan. Membawa Selena dalam pelukan. Saat tubuh keduanya sampai disamping Justin, Daryl berhenti,
"By the way, kau menyakiti 'wanitamu'." Ucap Daryl dengan penuh ketekanan.
Daryl tertawa dengan sendiri, merasa lucu pada ucapannya tadi, 'wanitamu' ? Menyakiti? 'Pas untuk Justin sekali. Mungkin Justin merasa ucapan itu untuk Erlin. Daryl memang untuk Erlin tapi seperti nya tidak, itu untuk Selena.
KAMU SEDANG MEMBACA
creído // Jelena
Fiksi PenggemarRasa yang sangat amat menyakitkan terus terulang ulang. Wanita menahan sakit, akan kuat. Tapi tak akan selamanya wanita kuat untuk menghadapi itu.