Suara dentuman musik yang sangat keras mengiringi jalang jalang yang sedang menggoda para lelaki yang memasuki club. Semuanya hanya memakai bekini. Yang berada di club tersebut hatinya senang, seringai menyenangkan keluar dari semua lelaki dan perempuan.
Tetapi tidak dengan ini, Selena diam menatap semua orang dengan asing. Tubuhnya kedinginan. Dia sudah dijual, dan yang katanya dirinya akan menjadi pelayan. Tapi tidak, dia akan menjadi jalang disini. Hati nya terasa sakit saat saat dia menolak dan ingin menjadi pelayan saja, tidak ada yang mendengarnya sama sekali.
"Hai."
Kepala Selena mendongak menatap mata biru laut itu. Jantung berdetak tak karuan. Selena bungkam, tidak ingin membalas sapaan itu.
"Kau tidak akan menggodaku?" Bisik Lelaki itu.
Diam. Hanya diam.
Lelaki itu menaiki satu alisnya.
Tangannya menyimpan vodkanya di meja, lalu menarik pinggang Selena dan yang tadinya duduk menjadi berdiri bahkan tubuhnya terbentur tubuh tegap lelaki ini.
Nafas Selena tercekat, saat mengirupkan nafas bau alkohol.
"Aku Grey." Bisik Grey.
Jari jari Grey menari di sekitar pinggang dan punggung Selena.
Selena berontak dan menepis kedua tangan Grey yang berada di pinggang dan punggungnya.
"Kau disini jalang, kau harusnya melayaniku!" Ucap Grey dengan rahang yang mengeras.
Grey dengan langsung menarik tengkuk Selena dan menempelkan bibirnya pada bibir Selena dengan napsu. Selena memberontak. Tapi tidak bisa. Tenaga lelaki itu sangatlah kuat.
Tubuh Selena melemas. Hatinya pasrah. Pasrah kemana dia akan melanjutkan ini.
Tangan Grey turun ke bokong Selena dan meremasnya. Gigi Grey gemas dan dia mengigit bibir bawah Selena yang membuat Selena melenguh.
Senyuman kemenangan terukir di ciuman itu.
"Kau sangat sexy." Bisik Grey.
Bibirnya turun ke tengkuk Selena dan leher.
Grey berhenti melakukan aktivitas itu. Mata biru lautnya menatap wajah Selena lalu dia duduk di sofa yang tersedia.
"Duduk dipangkuanku, sayang." Ucap Grey. Tangannya menepuk pahanya.
Selena menghela nafas, memejamkan matanya sebentar lalu duduk dengan perlahan di pangkuannya.
Tidak nyaman.
Selena melirik kearah belakang, menatap Grey yang meminum alkoholnya dengan lahap.
"Tu-tuan, aku tak nyaman." Bisik Selena.
"Apa?" Ucap Grey tak mendengar suara Selena.
"Aku tidak nyaman." Ucap ulang Selena.
Grey mengangguk angguk, dan dia memegang pinggang Selena lalu mengangkatnya, menarik kedalam dekapan Grey.
Selena membeku.
Kepalanya yang terbentur dada bidang milik lelaki itu dan bisa mendengar detak jantung yang teratur.
Selena memejamkan matanya dengan erat, berdoa kepada tuhan. Untuk menyelamatkan diri nya dari penjara setan ini.
***
"Mom? Mom marah padaku?" Suara khawatir terdengar diseisi dapur.
Hening.
"Mom, kumohon maafkan aku." Rengekan seperti anak kecil keluar dari mulut Justin.
Tidak ada balasan dari Mommynya.
Justin memeluk Mommynya dari belakang, menyimpan dagunya di bahu Mom Pattie. Bibir Justin kedepan. Dia sangat lucu saat seperti ini.
"Mom, iya nanti aku akan mencari Selena." Ucap Justin.
Suara tawa paksa terdengar di telinga Justin,
"Nanti." Ucap Mom Pattie. Menyindir Justin.
"Mom ini sudah malam." Ucap Justin dengan gemas.
"Sudahlah, terserahmu. Lepaskan." Ucap Mom Pattie melepas pelukan Justin dan membawa secangkir susu yang tadi dia buat lalu meninggalkan Justin sendirian di dapur.
Justin menggertak kedua kaki dengan kesal. Memberantakkan rambutnya dengan kasar. Bibirnya masih maju dengan gemas.
Di benaknya berbicara juga memikirkan kemana dia harus pergi mencari Selena?
Yang membuatnya semakin pusing.
Justin menendang dinding dengan kesal lalu berjalan keluar dari dapur. Wajahnya tertekuk, menunduk.
Disaku celana nya bergetar.
Dia dengan langsung mengambil handphonenya lalu melihat mengapa handphone berdering.
Dari Erlin.
Senyuman terukir di bibir Justin, dengan cepat membukanya.
Mata Justin membesar.
Jantungnya berdetak cepat detik itu juga.
Rahangnya mengeras.
"WHAT THE FUCK!?" Teriak Justin.
***
YEY UP AGAIN!!
WHAT DO YOU THING GUYS?
VOTE VOTE VOTE.
PLIS YANG BACA JUGA TOLONG VOTE :)
GAMPANG JUGA YAK ISH TINGGAL PENCET BINTANG DOANG
KAMU SEDANG MEMBACA
creído // Jelena
Fiksi PenggemarRasa yang sangat amat menyakitkan terus terulang ulang. Wanita menahan sakit, akan kuat. Tapi tak akan selamanya wanita kuat untuk menghadapi itu.