creído; chapter 1. tanpa disengaja

2.3K 147 10
                                    


Aku berjalan beriringan dengan Erlin di koridor yang sangat ramai. Tangan Erlin memegang buku seperti binder gitu.

"Oh iya, kau ingin ikut aku untuk memberikan buku ini ke justin?" Ucap Erlin dengan tangannya yang memperlihatkan buku itu.

Alisku mengkerut, "apa?"

Erlin tersenyum, lalu menghela nafas. "Kemarin, justin meminta tolong pada ku untuk menitip buku ini."

"Mengapa?" Tanyaku.

Erlin mengangkat kedua bahunya, "entahlah."

Hening beberapa detik, dan akhirnya aku mengangguk dengan perlahan. Erlin langsung menarik tanganku kearah Rombolan di tempat duduk yang dekat dengan kelas.

"Permisi." Ucap Erlin dengan sopan.

Mereka menengok kearah Erlin lalu langsung ke arahku. Aku tersenyum paksa dan menunduk. Erlin menarikku tapi aku ditahan oleh anak satu laki laki yang tinggi.

"Erlin." Meremas tangannya. Erlin menengok dan dengan langsung Erlin melepasnya. Sial.

"Hei." Bisik laki laki itu dan tangannya memegang daguku seraya menarik untuk mendongak.

Aku menggerakan kepalaku ke kanan, dan tangannya pun terlepas di dagu ku.

"Kau mantan Justin kan?"

Aku hanya diam dan menunduk. Aku menghela nafas. Kedua tangan menempat di kedua pipiku, dan menariknya. Alhasil aku tertarik dan menempel pada tubuhnya.

"Wow." "Ray woo."

Banyak yang berseru disana.

Aku memberontak, dan mendongak. Menatap mata biru itu. Dia tersenyum dan menarik tengkukku lalu mencium bibirku. Aku tersentak, dan mendorong dengan sekuat tenagaku. Tapi tetap tidak bisa. Rasanya aku ingin menangis. Aku ternodai oleh laki laki yang baru aku kenal.

"Bajingan!"

Aku tertarik dengan kasar, dan terjatuh.

Aku tersentak, menatap kedepan apa yang terjadi. Mereka berkelahi.

Justin.

"Selena, kau tidak apa apa?"

Aku mendongak dan melihat Erlin yang membantukku berdiri.

"Tidak." Bisik ku dan aku memeluk Erlin, dan menangis.

"Aku, aku-"

"Ssstt, jangan menangis." Erlin mengusap punggungku.

Aku melepasnya dan menghapus air mataku lalu berbalik menatap justin dan laki laki itu yang masih berkelahi.

Aku berlari kearah mereka. Dan menarik tangan justin dengan gemetar.

"Justin sudah, stop. Justin." Aku menarik nya dengan sekuat tenagaku.

Aku memegang lengan nya dan dadanya. Aku mendongak menatap justin yang nafasnya meburu, dan sedikit darah di ujung bibirnya dan pipinya. Dia menatap tajam kearah laki laki itu.

Justin sedikit maju, tapi tertahan karna ada aku. Justin menunduk, menatapku dengan tajam.

Aku merindukannya.

"Terimakasih." Bisikku.

"Kau terluka, aku akan mengobatimu. Ayo." Ucapku.

Tapi justin menyentakkan kedua tanganku dengan kasar.

"Kau, dasar jalang." Bisiknya dan dia pergi.

Aku terdiam. Air mataku turun dengan langsung. Badanku bergetar.

creído // JelenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang