28 days..
"Justin, sekarang kau sudah menikah. Dan berarti kau harus ikut aku bekerja di perusahaan kita." Ucap Jeremy.
Yang di panggil namanya dalam perkataan itu langsung mendongak mengalihkan dari piring berisi makanannya. Lalu mengernyit,
"Apa terlalu cepat?" Ucap Justin.
Jeremy menggeleng tanpa menatap Justin, "Tidak. Kau sekarang dua puluh dua tahun, dan bagus untuk bekerja."
Justin menghela nafas dan mengumamkan kata 'okay' lalu melanjutkan sarapannya. Tatapan Justin menatap ke sampingnya, melihat Erlin yang memakan makanannya dengan semangat. Dan saat itu pun senyuman di bibir Justin terukir, tangan kirinya melepas 'garpu yang dia pakai lalu merangkul pinggang Erlin.
"Kapan aku ikut denganmu, Dad?" Ucap Justin seraya mendongak menatap Jeremy.
"Besok?" Jeremy mendongak seraya menyimpan peralatan makannya di atas piring lalu mengambil tissue.
"Besok? Dad, kau ingin memisahkan aku dan Justin?" Ucap Erlin dengan bibir kedepan.
Justin tertawa dan Jeremy juga tertawa tapi di buat buat. Bahkan dalam diri Jeremy, ingin sekali melempar piring didepannya ke arah Erlin.
Pattie hanya diam, memakan dengan tenang tanpa berminat berbicara dan apalagi bergabung. Pattie menghela nafas, dia memikirkan Selena. Pattie merindukan Selena yang tidak tahu sekarang berada di mana.
"Kau bisa bertemu Justin saat pulang dari kantor dan juga saat hari libur. Dad tidak akan menyuruh Justin bekerja di hari libur tetapi kalau Justin tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya dalam hari bekerja, mau tak mau, Justin harus bekerja di hari libur." Ucap Jeremy.
Erlin mendengus, yang membuat Justin terkekeh lalu mengecup pucuk kepala Erlin. Menarik pinggang Erlin untuk menyimpan kepala Erlin di bahunya lalu melepas nya lagi.
"Bye, bye. Aku tidak bertemu dirimu." Ucap Justin dengan nada yang mengerjainya.
Detik itu tangan Erlin memukul bahu Justin dengan kesal.
Justin tertawa lalu tatapannya beralih ke Pattie yang dari tadi hanya diam. Tawa Justin berhenti,
"Mom?" Panggil Justin.
Pattie mendongak menatap Erlin dan justin, tapi langsung Pattie buang muka dan menatap Jeremy.
"Mom, kau kenapa?" Ucap Justin.
Pattie tidak menjawab, dia beranjak mendekat kearah Jeremy lalu memeluk tubuh Jeremy dari samping,
"Aku lelah, aku ingin di kamar." Bisik Pattie pada Jeremy.
Jeremy menunduk, "Kau sakit?"
Pattie menggeleng geleng.
Dan pada saat itu Jeremy beranjak dan diikuti Pattie yang berada pada rangkulannya sekarang. Justin ikut berdiri dan memutari meja makan, lalu berhenti tepat didepan orang tuanya. Mata Justin menatap Pattie,
"Mom, kau kenapa? Kau marah padaku?" Tanya Justin seraya memegang bahu Pattie.
Pattie menatap anaknya, bahkan tatapannya tidak selembut dulu. Justin bisa melihatnya walaupun masih ada sedikit kelembutan disana. Pattie hanya diam menatap Justin lalu membuang buka kembali.
"Apa kau sakit, Mom? Mommy, kau kenapa?" Tanyanya lagi.
Pattie benar benar berdiri tegak saat ini. Menatap anak nya yang lebih tinggi darinya, yang membuat Justin menangkup kedua pipi Pattie dengan lembut,
KAMU SEDANG MEMBACA
creído // Jelena
ФанфикRasa yang sangat amat menyakitkan terus terulang ulang. Wanita menahan sakit, akan kuat. Tapi tak akan selamanya wanita kuat untuk menghadapi itu.