WI 7

11.3K 1K 5
                                    

Sampai di rumah sakit, aku langsung turun dari mobil dan berlari secepat yang aku bisa menuju UGD. Jantungku memompa darah dengan cepat dan keringat mulai bercucuran tapi aku tak peduli. Biarlah Kahfi yang membantu ibunya turun dari mobil, karena yang kukhawatirkan saat ini hanya keadaan Risa.

"Nduk Vita....Risa...", Mbah berkata dengan tersendat dan langsung memelukku begitu aku sampai di UGD.

Aku tak tahu harus menjawab apa karena aku belum tahu kondisi Risa parah atau tidak. Jadinya kami berdua menangis berpelukan mencoba saling menguatkan tanpa kata.

"Yang sabar Vita...," kata Bu Hasna sambil mengusap-usap punggungku, mencoba ikut menghibur.

Aku menoleh ke arah Bu Hasna, mencoba menenangkan diri dan meredakan air mata yang seolah berdesakan ingin keluar dari tempatnya.

"Gimana keadaan Risa, Bu?"

"Belum tahu, Vit. Dokternya belum keluar dari dalam UGD. Mungkin belum selesai memeriksa. Ya semoga nggak parah, ibu lihat tadi banyak lecet-lecet."

"Kejadiannya di depan sekolah, Bu?"

"Nggak di depan sekolah sih, udah deket kok ke rumah, di gang depan itu. Aulia anak ibu tadi kan pulang bareng Risa. Katanya pulang sekolah, mereka beli mainan. Nah pas jalan depan gang itu punyanya Risa jatuh di jalan, Risa mau ngambil mainannya nggak lihat kalau ada motor yang ngebut lewat, jadinya keserempet. Mana yang nyerempet nggak nolongin, main kabur aja. Ibu kesel banget sama tuh orang, nggak ada tanggung jawabnya sama sekali, udah tahu gang kecil, banyak anak-anak eh nekad ngebut aja," jelas Bu Hasna panjang lebar.

"Untungnya Vit, mainannya tuh jatuhnya agak ke pinggir, coba kalau di tengah jalan, aduh nggak bisa ibu ngebayanginnya. Alhamdulillah adik kamu masih dilindungi Allah,"tambahnya lagi.

"Terus yang nganter ke sini tadi siapa, Bu?"

"Kan Aulia pulang lari-lari sambil nangis, ngabarin Risa diserempet motor. Mbah langsung lemes, ibu juga panik nggak tahu mesti ngapain awalnya. Terus ibu ke tempat kejadian, untung ada Pak Mursidi yang ngangkut gabah hasil panen kebetulan lewat, jadinya Risa dibawa ke rumah sakit pakai mobilnya Pak Mursidi. Mbah masih nangis pas diajak ke rumah sakit, badannya lemes gitu, ibu nggak tega jadi ibu temenin kesini."

Aku mengingatkan diri untuk berterimakasih pada Pak Mursidi nanti.
"Terus Pak Mursidi kemana Bu?"

"Cuma nganter tadi, begitu Risa udah masuk UGD dia pulang, katanya masih ngurus panen di sawahnya Pak Karso jadi nggak bisa nungguin."

"Oh, gitu."

***

"Adik kamu gimana kondisinya?", tanya Kahfi begitu sampai di UGD bersama ibunya.

"Belum tahu, Fi. Dokternya belum keluar."

"Oh coba aku cek ke dalam dulu," katanya padaku lalu dia berjongkok di depan kursi roda ibunya.

"Mama disini sama Vita ya, Kahfi mau lihat kondisi adiknya Vita di dalam."

"I..ya."

Kahfi lalu bangkit dan bergegas masuk ke dalam ruang UGD.

"Sini duduk dekat Vita, Bu,"aku mendorong kursi rodanya ke dekat tempatku duduk.

"Mbah, Bu Hasna, ini Bu Widya, Vita udah hampir seminggu ini kerja dirumahnya."

"Saya Sunarti, Bu, Mbahnya Vita."

Mbah mengulurkan tangan untuk bersalaman yang disambut dengan ramah oleh Bu Widya. Bu Widya lalu berkenalan pula dengan Bu Hasna.

Tak lama Kahfi keluar dari ruang UGD. Aku segera berjalan menghampirinya. Saking cemasnya aku tak sadar memegang tangannya dan bertanya," Fi, gimana Risa? Dia baik-baik aja kan?"

Wrong ImpressionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang